Bacaan Pertama Minggu Biasa ke-29 Tahun C, Minggu Misi 19 Oktober 2025: Hari Pangan Sedunia

0
0 views
Segenap umat mengikuti Ekaristi Hari Pangan Sedunia 2022 di pelataran Gua Maria Giriwening Sengonkerep. (Mathias Hariyadi)
  • Keluaran 17:8–13

ISRAEL berperang melawan Amalek. Sementara Yosua berjuang di medan pertempuran, Musa berdiri di atas bukit dengan tongkat Allah di tangannya. Ketika Musa mengangkat tangannya, Israel menang; tetapi ketika tangannya menurun, Amalek mulai unggul.

Maka Harun dan Hur menopang tangan Musa agar tetap terangkat sampai matahari terbenam, dan akhirnya Israel meraih kemenangan.

Gambaran ini sangat indah dan relevan dengan peringatan Minggu Misi dan Hari Pangan Sedunia. Kemenangan umat Allah tidak hanya bergantung pada kekuatan fisik, tetapi juga pada kerja sama, doa, dan kesetiaan dalam pelayanan. Musa, Harun, dan Hur menjadi simbol Gereja yang bersatu dalam doa dan tindakan, di mana setiap orang memiliki peran masing-masing.

Dalam konteks Minggu Misi, kisah ini mengingatkan kita bahwa misi Gereja bukanlah pekerjaan individu, melainkan tugas bersama seluruh umat Allah. Ada yang diutus untuk mewartakan, ada yang berdoa menopang, dan ada pula yang memberi dukungan materi maupun tenaga. Dalam dunia yang penuh tantangan, semangat mengangkat tangan bersama menjadi wujud nyata solidaritas Gereja universal.

Sementara itu, Hari Pangan Sedunia mengingatkan kita bahwa misi bukan hanya tentang pewartaan iman, tetapi juga tentang pelayanan kasih yang konkret. Pangan adalah hak dasar manusia. Ketika Gereja berbicara tentang keadilan sosial, ia juga berbicara tentang pembagian rezeki yang adil dan pemeliharaan ciptaan Allah.

Santo Yohanes Paulus II pernah berkata: “Iman yang tidak diterjemahkan dalam tindakan kasih kepada sesama, terutama kepada yang lapar dan miskin, adalah iman yang mati.”

Dalam semangat ini, kita diundang untuk merenungkan bagaimana kita dapat berperan sebagai Harun dan Hur bagi sesama: menopang tangan orang-orang yang sedang lemah, lapar, atau kehilangan harapan. Mungkin kita tidak berperang di medan Amalek, tetapi kita berjuang melawan kemiskinan, ketidakadilan, dan sikap acuh terhadap bumi ciptaan Tuhan.

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Kasih kepada orang miskin adalah bagian tak terpisahkan dari hidup Kristiani.” (KGK 2444)

Oleh karena itu, misi Gereja adalah misi kasih: memberi makan yang lapar, menyembuhkan yang terluka, dan menghadirkan damai di tengah penderitaan. Seperti Musa yang tidak berhenti mengangkat tangan, kita pun diajak untuk tidak berhenti berdoa dan bekerja demi kesejahteraan bersama.

Perjuangan melawan kelaparan dan ketimpangan sosial bukanlah tugas pemerintah semata, melainkan panggilan iman setiap umat Katolik. Dalam setiap roti yang kita makan, kita diingatkan akan banyak saudara yang belum mendapat bagian. Maka, berbagi bukan sekadar amal, tetapi bentuk nyata dari perutusan kita.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, Engkau mengajar kami untuk saling menopang dalam kasih. Jadikanlah kami alat-Mu untuk membawa damai, berbagi rezeki, dan menjadi saksi kasih-Mu bagi mereka yang lapar, miskin, dan tersingkir. Amin.

Contoh niat hari ini: Aku akan berbagi makanan atau membantu seseorang yang kekurangan, serta mendoakan para misionaris yang melayani di tempat-tempat sulit agar mereka dikuatkan dalam tugas pengutusan mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here