SEORANG remaja puteri lulusan Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) Santo Thomas di Tayan Hilir, Kalimantan Barat, menjadi buah sulung panggilan. Sekolah keagamaan ini berada di Kabupaten Sanggau. Merupakan SMAK ke-3 di Provinsi Kalimantan Barat.
Alumnus SMAK itu bernama Benadikta Anggela. Ia lulus dari SMAK Santo Thomas Tayan Hilir pada tahun ajaran 2020/2021.
Di sekolah itu, Anggela memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kongregasi suster SFIC menjadi tempat dia melabuhkan jalan panggilannya menjadi seorang calon suster biarawati.
Kongregasi SFIC dalam bahasa Indonesia adalah Kongregasi Suster Fransiskus dari Perkandungan Tak Bernoda Bunda Suci Allah. Atau dalam bahasa Latin: Sororum Franciscalium ab Immaculata Conceptione a Beata Matre Dei.
Kebanggaan sekolah
Jalan panggilan itu mulai semakin dalam dia tapaki, ketika Anggela menjadi satu di antara 10 orang puteri dalam penerimaan menjadi Novis SFIC, 3 Juli 2022 lalu. Tahapan ini menandakan, jalan panjang sudah mulai dia tempuh untuk memperjuangkan pilihan hidupnya.
Kepala SMAK Santo Thomas Tayan Hilir, Yosef Kuperseribu, Rabu (06/07/2022), mengatakan, Anggela menjadi alumnus pertama sekolah itu yang meniti jalan panggilan religius. Meski baru dalam tahap postulat, kisah ini sudah menjadi kebanggan tersendiri.
“Bangga, karena Anggela menjadi buah sulung panggilan SMAK ini. Saat menjadi siswa kami, Angela aktif mewakili sekolah untuk tugas-tugas di kapel dan di gereja paroki. Seperti menjadi anggota koor, dan sesekali bertugas menyanyikan mazmur,” ucap Yohanes Kuperseribu.
Mendoakan Benadikta
Ia mengajak semua pihak mendoakan Anggela agar berhasil meniti jalan panggilan ini, hingga kelak menjadi seorang suster SFIC. Selain itu, ia juga berharap, akan muncul alumnus-alumnus lainnya yang mau menjawab panggilan sebagai “pekerja di ladang Tuhan”.
SMAK Santo Thomas Tayan Hilir berada di Dusun Terentang, Desa Subah. Wilayah ini berada dalam Kecamatan Tayan Hilir.
Sekolah tersebut mulai beroperasi pada tahun ajaran 2016-2017, berada di bawah Kementerian Agama RI. Ketika mulai beroperasi, gedung masih menumpang di SDN 44 Terentang. Beberapa tahun terakhir, sekolah ini sudah memiliki gedung sendiri.
Pembinas Agama Katolik, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sanggau, Daniel, mengatakan, adanya buah sulung panggilan dari SMAK ini menjadi capaian tersendiri. Sebab, sangat sesuai dengan bagian dari visi dan misi sekolah.
Peran sekolah sebagai lembaga pendidikan berciri keagamaan, dengan 60 persen kurikulum umum dan 40 persen kurikulum Agama Katolik. Daniel yang juga perintis SMAK Santo Thomas bersama beberapa tokoh pendidikan lokal, senantiasa memberikan pendampingan.
“Saat masih jadi pelajar di SMAK dulu, Anggela terlihat unik. Orangnya tomboy, selalu berambut cepak, dan senang mengenakan celana panjang. Sekarang, ia harus mengenakan busana biarawati,” kenang Daniel.
Dia mengungkapkan rasa bangganya, meski sekolah itu berada di dusun, namun pelan-pelan mulai menampakkan kualitas lulusannya. Beberapa lulusan lain saat ini sedang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.