Efek Pinokio: Ketika Kata-kata Terlalu Banyak, Hati Patut Waspada

0
0 views
Tidak berbohong, by Momotaro

SYALOM Pukaters,

Dalam dunia negosiasi, komunikasi, dan kehidupan berkomunitas, kejujuran bukan hanya nilai moral – ia adalah fondasi kepercayaan.

Sebuah studi dari Harvard Business School mengungkapkan hal menarik: pembohong menggunakan lebih banyak kata daripada orang jujur, dan cenderung menghindari kata ganti orang pertama seperti “saya”, “milik saya”, atau “aku”.

Sebaliknya, mereka lebih sering memakai kata ganti orang ketiga: “dia”, “itu”, “mereka”, seolah ingin menjauhkan diri dari tanggungjawab dan membaurkan kebohongan ke dalam narasi umum.

Fenomena ini dikenal sebagai Efek Pinokio — merujuk pada hidung Pinokio yang bertambah panjang – tiap kali ia berbohong. Dalam konteks modern, kata-kata yang bertambah rumit dan berputar-putar bisa jadi tanda ada sesuatu yang disembunyikan.

Yang menarik, para peneliti juga menemukan bahwa semakin seseorang menghindari penggunaan kata “saya” dalam situasi penting, justru semakin penting komitmen pribadi yang sedang ia sembunyikan.

Apa makna reflektifnya bagi kita?

Dalam komunitas seperti PUKAT yang terdiri dari profesional dan pengusaha, komunikasi yang sehat dan jujur sangat dibutuhkan. Saat berbicara atau menyampaikan ide, beranilah berkata:

  • “Saya bersedia.”
  • “Saya bertanggungjawab.”
  • “Saya setuju untuk membantu.”

Jangan sembunyikan ketidaksiapan atau keengganan di balik kalimat panjang nan sopan tapi kosong makna. Firman Tuhan berkata: “Tetapi hendaklah ya kamu katakan: Ya, jika ya; tidak, jika tidak; apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” — Matius 5:37

Makin sederhana dan jujur sebuah pernyataan, makin dalam kekuatannya.

Jangan terlalu banyak berputar.

Dunia butuh lebih banyak pribadi yang berkata “saya siap” – dan benar-benar siap.

Karena integritas bukan soal kata-kata manis.

Ia soal berani menyatu dengan kebenaran.

Ferry Jusuf 20.06.25

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here