Gagal Paham

0
291 views
Ilustrasi - Bank menyalurkan kredit kepada pelanggannya untuk berhutang. (Ist)

Renungan Harian
Sabtu, 27 Agustus 2022
PW. St. Monika
Bacaan I: 1Kor. 1: 26-31
Injil: Mat. 25: 14-30
 
HARI itu saya ngobrol dengan beberapa bapak di halaman gereja, sambil mencari angin. Hari itu, cuaca sedang tidak baik. Panas begitu menyengat dan angin seolah-olah tidak ada yang bergerak.

Mencari angin di halaman gereja jauh lebih nyaman daripada di dalam pastoran, walau tidak mengurangi panas. Tetapi setidaknya terasa sedikit angin yang lewat.
 
Kami ngobrol tentang pekerjaan para bapak. Ada yang menceritakan kisahnya sebagai seorang pegawai negeri. Sebagai abdi negara rendahan, pengalaman suka-dukanya amat banyak. Bahkan kalau dibandingkan dukanya lebih banyak.

Ada yang menceritakan pengalaman pergulatan sebagai pedagang yang sering kali harus melawan suara hatinya.

Ada satu bapak yang di awal ceritanya menarik perhatian kami semua.
 
Bapak itu mengawali ceritanya dengan mengatakan bahwa dirinya amat bersyukur, bahagia dan bangga dengan pekerjaan yang dijalani. Salah satu alasannya adalah bahwa pekerjaannya itu sesuai dengan firman Tuhan dan wujud menjalankan perintah Tuhan.

Membuat “koperasi”

Kami semua menunggu ceritanya karena penasaran dengan pekerjaannya. Bapak itu menceritakan bahwa pekerjaannya adalah membuat “koperasi”.

Kami semua terkejut bagaimana kerja “koperasi” disebut sebagai wujud menjalankan perintah Tuhan.

“Koperasi” yang dimaksud adalah meminjamkan uang dengan menarik bunga yang tinggi atau sering disebut dengan bahasa kasar adalah “lintah darat” atau penjual uang.

Bapak itu menjelaskan bahwa pekerjaan itu sesuai dengan Sabda Tuhan yang menceritakan perumpamaan tentang talenta. Bapak itu merasa bahwa dia diberi uang Rp 1 juta dan bisa mendapatkan kembali laba Rp 1 juta.

Kami semua terdiam.
 
“Bapak, maksud perumpamaan itu kiranya bukan seperti itu. Hal Kerajaan Surga diumpamakan dengan seorang yang mempercayakan hartanya.

Harta itu hendaknya tidak ditangkap mentah-mentah sebagai uang yang digandakan. Menghasilkan laba kiranya dimengerti sebagai berbuah sebagaimana perumpamaan tanah yang subur.

Buahnya kiranya adalah kebaikan dan rahmat yang dapat dinikmati oleh orang lain. Lewat diriku orang bisa mengalami kasih dan kemurahan Tuhan, karena aku mau berjuang untuk mengembangkan rahmat-rahmat yang ada padaku.
 
Apa yang bapak lakukan malah seperti tuan yang mempercayakan hartanya itu sebagaimana disebut oleh orang yang mendapatkan sati talenta.

Kiranya kisahnya sendiri adalah kisah seorang yang kejam dan kikir. Ketika dia mau pergi tidak mau kehilangan keuntungan maka mempercayakan hartanya dan menuntut untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat. H

anya saja kisah ini digunakan Yesus untuk mengumpamakan Kerajaan Allah dimana maksudnya adalah agar manusia mengembangkan  anugerah-anugerah yang diterimanya demi kebaikan bagi orang lain,” demikian saya menjelaskan.

“Maaf romo, saya salah mengerti. Tadinya, saya pikir artinya seperti yang saya pikirkan semula,” kata bapak itu.
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here