Home BERITA Jangan Pikirkan Akomodasi dan Transportasi

Jangan Pikirkan Akomodasi dan Transportasi

0
Ilustrasi: Prosesi ziarah Salib Solidaritas yang berlangsung penuh tantangan di wilayah Paroki Mansalong, Keuskupan Tanjung Selor, Kaltara. (Romo Stelo Sanggu Pr)

Kamis 5 Oktober 2023.

  • Neh. 8:1- 4a,5-6,7b-12;
  • Mzm. 19:8,9,10,11;
  • Luk. 10:1-12.

SANGAT wajar apabila suatu instansi tertentu (baik swasta atau pemerintah) ketika menugaskan seseorang untuk pergi ke suatu tempat untuk melaksanakan tugas, maka yang duluan dipersiapkan adalah akomodasi dan berbagai perlengkapan lainnya.

Bisa dibayangkan seandainya perusahaan atau instansi pemerintah hanya mengeluarkan surat perintah perjalanan dinas (SPPD) tanpa ada akomodasi.

Masihkah seseorang memiliki semangat untuk melaksanakan tugas tersebut?

Hal ini juga berlaku ketika para murid diutus untuk memberitakan injil.

Yesus menyiapkan mental mereka agar siap apabila kehadiran dan berita yang mereka sampaikan ditolak oleh orang lain.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.

Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.”

Tujuan pengutusan Yesus adalah untuk memberitakan kabar sukacita dan berita pertobatan agar semua orang mendapat keselamatan.

Dengan pengutusan ini, Yesus hendak memperlengkapi para murid agar lebih siap untuk melanjutkan pelayanan Yesus, apabila Yesus akan meninggalkan mereka kelak.

Ini proses pembelajaran dengan pendekatan “learning by doing” (belajar dengan melakukan).

Yesus mengajarkan para murid untuk terjun langsung melihat dan merasakan medan pelayanan sebagai tempat perutusan mereka. Pertanyaannya adalah bagaimana Yesus memperlengkapi kedua belas murid-Nya untuk siap diutus?

Dari perikop pembacaan kita hari ini, ada beberapa strategi yang digunakan oleh Yesus untuk memperlengkapi para murid agar siap diutus memberitakan berita keselamatan:

Dalam melaksanakan misi ini, Yesus menyadari bahwa para murid akan menghadapi situasi yang sulit.

Mereka akan menghadapi perlawanan secara diam-diam. Yesus mengutus mereka seperti “anak-anak domba ke tengah-tengah serigala.

Karena itu, apabila mereka berjalan sendiri-sendiri untuk melaksanakan misi ini, maka setiap orang bisa cepat putus asa dan meninggalkan tugas yang mereka emban.

Dengan berjalan berdua, mereka saling menguatkan dan menyemangati satu terhadap yang lain ketika menghadapi situasi yang sulit.

Yesus mau mengajarkan para murid bahwa bukan satu-satunya fasilitas yang menentukan berhasil tidaknya sebuah misi.

Fasilitas memang dibutuhkan, namun yang terutama dan yang paling utama adalah kesediaan dari seorang yang diutus untuk membuka diri agar hanya mengandalkan dan bersandar pada pemeliharaan Tuhan pada saat melaksanakan tugas pemberitaan Injil.

Setiap penolakan yang diterima oleh Yesus, disikapi dengan bijaksana. Dia tidak terbuai untuk meratapi nasibnya.

Dia juga tidak menyerah begitu saja terhadap kondisi yang dialaminya.

Yesus tetap fokus untuk melaksanakan misinya ke dunia sebagai sang Mesias yang menghadirkan pembebasan dan menyatakan tanda-tanda kerajaan Allah.

Mereka tidak boleh membuang-buang waktu untuk orang-orang yang tidak mau menerima berita keselamatan.

Yesus berpesan “dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang ada di kakimu sebagai peringatan bagi mereka”

Jadi, setiap penolakan dijadikan sebagai motivasi untuk membangkitkan semangat mengajarkan kebenaran kepada setiap orang, kapan dan di mana saja.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berpegang pada Kerahiman Tuhan Dalam menjalankan perutusan yang saya terima?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version