Kupang: Memperingati Sosok St. Bakhita, Pelindung Budak dan Korban Perdagangan Manusia

0
725 views
Para suster lintas tarekat religius yang punya hati dan atensi atas isu perdagangan manusia di Kupang, Timor, NTT. (Panitia)

SANTA Bakhita adalah suster biarawati Kongregasi Suster-suster Canossian (FdCC). Ia juga menjadi pelindung bagi para budak dan korban praktik perdagangan manusia.

Kami, para suster biarawati yang berkarya di Ibukota Kupang, Provinsi NTT, mengadakan secama malam renungan dan refleksi bersama dengan mengacu kepada Santa Bakhita sebagai mercusuarnya.

Acara ini dihadiri oleh segenap aktivis penggiat gerakan anti human trafficking yang berkarya di sekitaran Kupang, Timor, NTT.

Santa Bakhita, suster biarawati Kongregasi Suster Canossian (FdCC), pelindung para budan dan korban perdagangan manusia. (Ist)

Terima kasih untuk sumbangan dalam rupa jagung rebus, pisang goreng, aneka macam gorengan, minuman dalam botol kemasan dari para sahabat.

Terima kasih kepada Romo Rudi Chung PR atas  diperbolehkannya kami menggunakan gedung aula yang megah untuk kami bisa berkumpul. Juga kepada semua pihak yang tak bisa kami sebut satu per satu.

Isu penting dan mungkin juga membosankan

Isu praktik human trafficking atau perdagangan manusia ini penting dan layak menjadi perhatian banyak orang, termasuk hirarki Gereja. Namun, bisa jadi hal ini sudah menjadi isu membosankan karena saking banyaknya dan seringnya kasus ini terjadi.

Lebih dari itu, kasus ini juga punya dimensi persoalan yang amat pelik. Sebuah rantai persoalan yang seperti air mengalir sampai jauh dan tak mudah diurai dari mana berasal dan kemana akan berakhir.

Sudah banyak orang membahas isu ini. Begitu pula, ada begitu banyak orang yang ikut mengurusi dan mencoba mengurai persoalan kemanusiaan ini.

penulis mangajak semua partisipan berpaling dan mengacu pada sosok Santa Bakhita, pejuang kaum budak dan korban praktik perdagangan manusia. (Ist)

Bentuknya macam-macam.

Mulai dari kegiatan yang sifatnya pencegahan, pencerahan berupa seminar, pemberdayaan, pendampingan korban, advokasi, penelitian oleh para akademisi.

Juga sudah banyak program juga yang telah dibuat untuk membrantas TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang). Lalu juga sudah begitu banyak dibentuknya aneka satgas anti-trafficking di berbagai institusi yang melibatkan banyak wartawan baik lokal, nasional maupun internasional.

Mereka semua sudah mengupas habis. Mereka semua sudah jenuh, dan bosan mendengar maupun membacanya. Mungkin juga sudah mulai putus asa mungkin.

Membangun semangat bersama di antara para penggiat anti praktik perdagangan manusia di Kupang. (Ist)

Namun kepada siapa mereka mau mengadu, jika ada masalah? Siapa yang akan menolong mereka? Siapa yang akan melindungi mereka? 

Kalau semuanya sudah bosan dan jenuh, lalu kepada siapa mereka harus bertanya dan menanyakan solusi atas masalah kemanusiaan ini.

Semoga lilin lilin yang kita nyalakan dan semangat Santa Bakhita ini tetap terus bernyala untuk membakar semangat kami yang mulai memudar. Semoga menjadi demikian adanya.

Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya. (Yes 42: 3)

#Tua Providentia Pater Gubernat

Menjaga agar lilin tetap bernyala dan semangat Santa Bakhita tetap menjadi dian tak pernah padam di hati para penggiat anti perdagangan manusia. (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here