Melihat dan Percaya

0
478 views
Melihat Dan Percaya Rabunni, by Catholic Strength.

Sabtu, 3 Juli 2021

Ef.2:19-22.
Yoh. 20:24-29

SEORANG sahabat yang berkarya di pedalaman Papua New Guinea (PNG), bercerita bahwa pada awal dia berkarya di sana sempat dibuat terheran-heran oleh umatnya.

Suatu hari dia kedatangan tamu seorang umat, lalu dia menghidangkan kopi pada umat yang bertamu di pastorannya tersebut.

“Pater mana susunya?,” kata umat itu.

“Oh ya, sebentar,” kata sahabat itu sambil berjalan mengambil susu. Dalam hatinya dia berkata tidak sopan sekali. Ini sudah diberi kopi bukannya berterima kasih, malah minta susu lagi.

Selang beberapa waktu dia pergi kunjungan ke stasi, dia mengajak beberapa umat untuk membawa barang dan menjadi teman perjalanan. Karena di wilayah itu sangat tidak mungkin berjalan sendiri.

Wilayahnya masih cukup berbahaya, dan medannya sangat sulit.

Dalam perjalanan itu ada umat lain yang ikut bergabung dan mau menemani perjalanan turney sahabat tersebut.

Di tengah jalan itu mereka berhenti untuk istirahat dan memasak nasi.

“Maaf saya hanya bawa sendok dan garpu lima pasang sesuai rombongan awal,” kata sahabat itu.

“Tidak apa-apa Pater, ini saya bawa sendok dan garpu,” kata umat yang bergabung di tengah jalan itu.

“Di situlah saya baru mengerti dan memahami atas sikap umat yang minta susu waktu saya hidangkan kopi di pastoran beberapa waktu lalu,” tuturnya

“Tamuku waktu itu, bukannya tidak tahu sopan santun. Melainkan karena dia melihat kalau para pendatang biasanya minum kopi dicampur susu. Maka untuk mereka, kopi dan susu itu adalah paduan yang harus ada ketika minum kopi,” jelasnya.

“Demikian juga, mereka tahu. Kalau ikut turney, pasti makan nasi. Dan itu bagi mereka adalah makanan mewah,” kisahnya

“Mereka selalu melihat bahwa biasanya untuk makan nasi dan lauk memakai sendok dan garpu,” katanya.

“Maka mereka sudah menyiapkan sendok dan garpu dari rumah, ketika berniat ikut bergabung dalam perjalanan turney,” lanjutnya.

Melihat dan mencontoh itulah yang dilakukan oleh orang-orang yang dilayani sahabat saya.

Mereka mempercayai apa yang mereka lihat dan itu sudah cukup untuk diikuti. Bagi mereka seauatu yang mereka lihat itu sudah menjelaskan dan membuktikan sendiri tidak perlu lagi omong banyak.

Melihat merupakan konfirmasi kebenaran.

Inilah yang juga dialami oleh Tomas. Sebelum melihat bekas luka dan mencucukkan jarinya ke dalam bekas luka Tuhan Yesus, Tomas tidak akan percaya pada Tuhan yang telah bangkit.

Apakah aku bisa melihat karya Tuhan dalam peristiwa kehidupan yang telah aku jalani?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here