Menerima Teguran dan Berubah

0
382 views
Ilustrasi: Kritik (Ist)

Jumat, 30 September 2022

  • Ayb. 38:1,12-21; 39:36-38.
  • Mzm. 139:1-3,7-8,9-10,13-14ab.
  • Luk. 10:13-16.

SETIAP orang punya blind spot— titik buta di mana kita tidak tahu bahwa apa yang kita lakukan mungkin kurang bijak atau tidak tepat.

Jika ada beberapa orang yang memberikan nasihat serupa, mungkin itulah saatnya kita mempertimbangkan kembali keputusan yang telah kita ambil, bahkan gaya hidup yang kita jalani.

Memang tidak semua nasihat harus kita ikuti. Kita perlu cermat membedakan dari siapa, dan nasihat apa yang berkontribusi positif bagi hidup kita.

Tidak perlu keras kepala, terima dengan lapang hati ketika ada teguran untuk kebaikan kita.

“Orang-orang yang menyayangi saya telah berusaha untuk betul-betul membantu saya,” kata seorang bapak.

“Keberadaan saya dilindungi, namun selalu saja saya membuat banyak orang kecewa,” lanjutnya.

“Saya tidak menanggapi tawaran persaudaraan dari hati mereka,” sambungnya.

“Saya terlalu angkuh dan melihat semuanya bisa saya tangani dan lebih baik dari pekerjaan mereka,” ujarnya.

“Hingga kejadian itu terjadi, saya salah langkah, hingga uang organisasi lenyap tak kembali,” lanjutnya.

“Saya tidak tahu lagi saat ini harus bersikap yang benar dan baik, karena semua sudah terlanjur dan hilang,” imbuhnya.

“Hati saya terlalu keras, saya tidak mendengar dan membuka pintu hati kepada siapa pun, termasuk kepada orang yang menyayangi saya,” paparnya.

“Jika saja waktu itu, saya membuka hati, dan pikiran serta mau mendengarkan suara mereka, kejadian yang buruk ini mungkin sekali tidak menimpa kami,” sesalnya.

“Semua kekerasan hati saya ini, berawal dari kejadian yang saya alami ketika ada sebagian orang menolak saya hingga saya berpikir bahwa saya tanpa mereka bisa berjalan,” urainya.

“Namun tak tahunnya sikap seperti itu justru menyesatkan saya, membuat saya terpuruk,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.

“Celakalah engkau Khorazim. Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.”

Khorazim, Betsaida dan Kapernaum menolak Tuhan Yesus. Sungguh menyedihkan. Mereka banyak menerima pengajaran yang baik, tetapi tidak berubah menjadi lebih baik.

Hati mereka tumpul hingga hatinya tidak bisa disentuh oleh karya kasih Allah.

Kita pun sering tidak bisa melihat hal baik pada saat pembelajaran atau teguran dari Allah datang. Padahal, Tuhan sudah melakukan banyak cara untuk menyentuh kita. Hati dan perasaan kita juga cenderung tumpul.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku lembut hati dan mau membuka hati terhadap didirikan Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here