Pelita Hati: 25.06 2022 – Meneladan Ketaatan dan Kesetiaan Maria

1
590 views

Bacaan: Yesaya 61:9-11, Lukas 2:41-51

Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (Luk. 2:42”-43.48-51)

Sahabat terkasih, 

HARI ini Gereja memperingati Hati Tersuci Santa Perawan Maria. Pelita sabda hari ini mengisahkan Maria dan Yosef yang berkat tanggungjawabnya membawa serta Yesus yang berumur  duabelas tahun (12th) ke Bait Allah untuk merayakan paskah. Sebagai orang tua, Maria dan Yosef sadar akan tanggungjawabnya sebagai pendidik iman utama dan pertama bagi anaknya.  

Sahabat terkasih, 

Peristiwa tertinggalnya Yesus di Yerusalem menyisakan cerita indah akan ketaatan dan kesetiaan Maria yang pada akhirnya menyatakan kesuciannya. Ketika dalam perjalanan pulang  Maria tidak melihat Yesus bersamanya, ia dan Yusuf kembali ke Yerusalem mencari-Nya. Setelah tiga hari mereka menemukan Yesus sedang bersoal jawab dengan tua-tua agama di Bait Suci. Terjadilah dialog ibu dan anak yang berujung pada kata-kata Yesus yang menusuk perasaan, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Namun Maria dengan segala ketaatan dan kebijaksanaanya “menyimpan” perkara itu dalam  hatinya. Menyimpan dalam hati berarti  merenungkan dan membatinkannya. Inilah sikap bijak seorang Maria yang nenegaskan bahwa ia sungguh-sungguh suci. Semoga kita pun mampu meneladan Maria, tak mudah bereaksi dan terprovokasi tetapi dengan bijak membawa setiap peristiwa hidup ke dalam permenungan diri. Semoga kita mampu meneladani bunda tersuci sehingga dapat memancarkan kesucian itu kepada sesama.

Dari Taman Ria ke Karawaci,
dahulu naik metromini.
Ya Maria Bunda tersuci,
doakan kami orang berdosa ini.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah Dalem**Rm.Istata

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

1 COMMENT

  1. Saya percaya bunda Maria memang bunda tersuci. Tapi dengan mengkaitkan “Maria menyimpan semua nya dalam hati” menjadi dasar yang membuat “Bunda Maria tersuci” relevansi nya agak lemahmohon penjelasan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here