Penajam, Kaltim: Surat Rekomendasi Pendirian Paroki Baru (2)

0
842 views
Ilustrasi: Kunjungan Uskup Keuskupan Agung Samarinda Mgr. Sului Florentinus MSF (alm) ke Penajam tahun 2002. (Dok. Liemt Tjay)

BEGINI tulisan Liem Tjay 20 tahun yang lalu. Judul risalah itu adalah Wilayah Seberang Paroki Santo Petrus & Paulus Dahor, Balikpapan.

Sesuai dengan motto Uskup Keuskupan Samarinda Mgr. Sului Florentius MSF (alm.) yakni ”Datanglah Kerajaan-Mu” rupanya persekutuan umat beriman semakin berkembang ke seluruh pelosok Kalimatan Timur.

Terlebih dengan adanya arus globalisasi dinamika Gereja terasa sekali dengan muncul beberapa paroki baru.

Di pihak lain, krisis yang dialami seluruh bangsa Indonesia mepunyai dampak tersendiri bagi “Datang-Nya Kerajaan Allah” di Bumi Etam ini.

Walaupun demikian perkembangan umat untuk semakin mandiri dan dewasa dalam menghadapi tantangan zaman dan perjuangan umat yang konsisten dalam menghadirkan Kerajaan Allah merupakan kegembiraan tersendiri.

Pembinaan, perhatian,pendampingan menuju persekutuan umat beriman yang mandiri dan dewasa dalam satu wilayah merupakan harapan bagi suatu daerah yang sedang mekar.

Dalam hal ini, umat stasi stasi di wilayah seberang kota Balikpapan dan Samarinda sedang menuju arah pengharapan tersebut.

Di mana wilayah seberang laut Balikpapan

Yang dikatakan wilayah seberang laut Kota Balikpapan adalah stasi-stasi yang berada di Kabupaten Pasir. Stasi stasi ini masuk dalam empat kecamata: Kecamatan Penajam, Kecamatan Sepaku, Kecamatan Waru, dan kecamatan Balikpapan Barat

Yang termasuk kecamatan Penajam:

  1. Stasi Penajam
  2. Stasi Petung
  3. Stasi Majapahit
  4. Stasi Jenebora
  5. Stasi Sotek

Yang termasuk Kecamatan Sepaku:

  1. Stasi ITCI Kenanga
  2. Stasi Semoi Sepaku

Yang termasuk kecamatan Waru:

  1. Stasi Babulu Darat – Gunung Intan
  2. Stasi Babulu Laut (Sebakung)

Yang termasuk Kecamatan Balikpapan Barat

  1. Stasi Teluk Waru

Stasi Teluk Waru (permukiman karyawan dan kampung di sekitar perusahaan Ply Mill PT DMR, PT Naga Mas) bukan masuk wilayah Kabupaten Pasir. Namun terletak di teluk seberang Kota Balikpapan dan hanya bisa dijangkau lewat laut. Maka pelayanan pastoral masuk wilayah seberang

Awal mula ke arah pemekaran

Pada umumnya, umat pendatang dari berbagai suku ke Kalimatan Timur ini dengan sendirinya membentuk kelompok kecil untuk beribadat dan berdoa bersama. Kelihatannya umat berkembang dari bawah secara diaspora.

Pendekatan, pendampingan, pembinaan dan pelayanan pastoral dari pihak Gereja amatlah dibutuhkan kelompok kecil.

Kelompok kecil, umat Allah inilah yang menjadi cikal bakal adanya Gereja di daerah daerah yang jauh dari pusat paroki.

Demikian juga stasi-stasi di seberang ini umumnya adalah umat pendatang sebagai transmigran. Iman Katolik yang dibawa dari daerah asalnya tumbuh di tanah yang baru. Mestinya tanah itu harus diolah lebih dulu, supaya biji iman ini dapat berkebang subur.

Pengolahan ini dilaksanakan baik dari umat setempat maupun dari pihat petugas pastoral dalam hal ini paroki.

Beberapa pertimbangan

Ada beberapa pertimbangan yang dapat menyuburkan biji iman katolik di daerah seberang agar dapat menuju penyatuan sebagai wilayah tersendiri.

  1. Kesamaan irama

Daerah daerah seberang merupakan daerah transmigrasi, daerah pengembangan sektor perkebunan, pertanian maupun industri perkayuan.

Penduduk adalah pendatang dari berbagai suku: Jawa, Bugis, Toraja, Timor, Banjar, Batak, Suku Asli Dayak Pasir yang tinggal di Sungai Riko Kecamatan Sepaku 

Tujuan kaum pendatang adalah mencari pekerjaan untuk hidup lebih baik sebagai transmigran yang diatur oleh Dinas Transmigrasi maupun alasan pribadi ikut keluarga merantau.

  • Ada kelompok yang sudah lama dan mapan tinggal di suatu tempat sehingga tanah sudah berproduksi seperti umat di Petung, Babulu Barat, Semoi.
  • Ada kelompok yang beekrja di perusahaan kayu, Kelapa sawit. Mereka terikat dengan mati hidupnya perusahaan, seperti umat di stasi ITCI Kenangan, Teluk Waru, Dong hwa Jenebora, Sotek, Majapahit.
  • Kelompok pendatang baru adalah transmigran asal Atambua, Timor, NTT di Sebakung (Babulu Laut). Mengilah rawa merupakan perjuangan hidup mereka di daerah transmigrasi, agar tetap krasan dan mapan.
  • Ada kelompok umat yang bekerja sebagai guru, seperti di Penajam.
  • Ada yang menetap.
  • Ada yang belum karena terikat pada perusahaan merupakan sala satu ciri umat pendatang.

Di samping itu, keluar masuk umat karena sedang mencari pekerjaan yang tetap mempengaruhi irama pastoral. Bentuk pelayanan pastoral memang harus disesuaikan dengan irama pasang surut, lebih lebih irama perusahaan dengan aturannya sendiri.

Walaupun umat berasal dari berbagai kultur kebudayaan, suku, bahasa namun status mereka adalah pendatangan (trasmigran), bukan penduduk asli. Maka pastoral umat kategori transmigran juga perlu mencari bentuk tersendiri.

Bentuk pelayanan pastoral transmigran memang cukup relevan di daerah seberang untuk dikembangkan, sebagai satu wilayah gerejani.

  • Efisien tenaga pastoral dan dana

Hasil Raker Keuskupan Samarinda tahun 1995 adalah Keuskupan Samarinda menju kemandirian dalam tenaga pastoral dan dana. Umat yang tersebar di daerah seberang perlu ditata pelayanan pastoral sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi.

Penataan secara efisien dan ekonomis meruakan salah satu wujud tekad Keuskupan.

Pada awal mula umat stasi stasi wilayah seberang ini dilayani oleh Paroki Santa Theresia Prapatan dan Paroki Santo Petrus & Paulus Dahor Balikpapan.

Pembagian daerah pelayanan didasarkan atas kebijakan kedua Pastor Paroki karena keterbatasan tenaga. Pelayanan secara praktis dan mudah menjangkau umat di daerah seberang dijadikan acuan pembagian daerah pastoral

Misal dalam satu jalan ke arah Teluk Balikpapan ada stasi ITCI Kenangan yang paling ujung dan dua stasi: Jenebora dan Teluk Waru di sebelah kanan dan kiri teluk.

Stasi ITCI Kenangan dilayani oleh Paroki Prapatan. Hari minggu dalam waktu bersamaan ada dua tenaga pastoral dari dua paroki melayani dua stasi yang berdekatan satu sama lain

Di satu pihak mekanisme semacam ini membuat umat senang karena kunjungan dari paroki secara rutin. Di lain pihak bukankah carai ni merupakan wajah ketidakefisienan dan pemborosan dana pelayanan. Toh habis dikatakan biayanya berasal dari saku masing masing.

Itu benar. Bukankah ada stasi yang masih membutuhkan tenaga pastoral.

Mengingat ada beberapa stasi yang berada di lokasi perusahan, maka penghematan ongkos transportasi bisa ditekan serendah mungkin, dengan ikut kapal atau speedboat perusahaan.

Dilihat dari segi persekutuan umat beriman, antar umat beriman, antar umat stasi yang berdekatan dengan jalur dan situasi yang sama kurang saling mengenal. Lalu muncul pernyataan dan sikap klasik: itu daerahmu, itu umatmu, ini daerahku, ini umatku.

Pembagian pelayanan secara jelas berdasarkan Hukum Kanonik memang harus dilaksanaan supaya reksa pastoral dapat berjalan dengan baik.

Tapi demi efektifitas dan penghematan biaya, mengapa tidak dikembangkan menjadi satu wilayah reksa patoral?

Kebetulan ada lima tenaga pastoral (pastor) berada di Balikpapan. Mengoptimalkan tenaga pastoral untuk memenuhi kebutuhan umat lebih lebih dalam kegiatan sakramental menjadi dasar pertimbangan untuk memekarkan Umat di daerah Seberang Teluk Balikpapan

  • Daerah Jangkau dan Kebutuhan Umat

Transportasi merupakan salah satu kendala berpastoral di Keuskupan Samarinda mengingat medan yang sulit dan letak satu /kampung dengan yang lain cukup berjauhan. Tidak heran kunjungan petugas pastoral (turne) bisa 2 bulan sekali. Waktu habis dalam perjalanan, belum lagi bila ada kerusakan kendaraan ataupun alam dan cuaca yang tidka bersahabat

Kebutuhan umat di kampung-stasi akan hidup menggereja entah pelayanan sakramen, katekese, pendalaman iman, Latihan nyanyi, pembangunan fsik, dan yang lagi ngetren kegiatan sembako sangat membutuhkan perhatian tersendiri.

Memang idelanya bila semua bisa terpenuhi, di situlah nilai nilai dasar hidup menjemaat seperti hidup jemaat purba pertama (bdk Kis 2) dapat terbentuk kuat sebagai Gereja Basis

Boleh dikatakan daerah jangkau wilayah seberang relatif mudah. Jalan darat trans provinsi menuju Kalimatan Selatan menghubungkan liima stasi. Yang lain lewat laut dengan menumpang kapal perusahaan atau speedboat dalam waktu 30-40 menit sudah dapat menjangkau tiga stasi: Teluk Waru, Jenebora dan ITCI Kenangan

Ada stasi yang memang sulit dijangkau karena medan dan jalan darat yang kurang bersahabat misalnya Sebakung, Majapahit. Tapi toh bisa diatasi dengan mengatur turne sebaik mungkin

Mengingat  kebutuhan umat di daerah seberang pada umumnya senada sebagai umat katolik di daerah transmigrasi (pendatang) dan daerah bisa dijangkau dengan kendaraan darat dan laut, maka sangatlah effektif pelayanan pastoral di wilayah seberang untuk memenuhi kebutuhan umat yang nota bene jauh dari pusat paroki

Umat Penajam setia duduk di bawah tenda biru, meski panas terik terasa membakar kulit. (Dok. Liem Tjay)
  • Potensi fisik: jumlah umat dan sarana lain

Selain hal hal tersebut diatas, kekuatan fisik harus dipertimbangkan apakah suatu wilayah sudah cukup potensi untuk dijadikan otonomi sendiri.

Kekuatan fisik ini berupa jumlah umat dan tempat ibadat-sarana lain

  1. Stasi Penajam: 42 jiwa dengan 1 Rumah Ibadat dan tanah seluas 96m2.
  2. Stasi Petung: 64 jiwa dengan 1 kapela dan tanah seluas 1 ha.
  3. Stasi Babulu Darat: 19 jiwa dengan 1 kapela dan tanah seluas 1 ha.
  4. Stasi Sebakung: 126 jiwa dengan 1 Kapela dari Dinas Transmigrasi (KUPT).
  5. Stasi Jenebora: 83 jiwadengan 1 Rumah Ibadat dan tanah seluas 35 m2.
  6. Stasi Teluk Waru: 47 jiwa.
  7. Stasi ITCI: 350 jiwa dengan 1 gereja dan pastoran, aula permanen (Hak Pakai Tanah perusahaan ITCI Kenangan).
  8. Stasi Sotek: 78 jiwa dengan 1 rumah Ibadat diatas tanah pinjaman umat
  9. Stasi Majapahit: 34 jiwa dengan 1 Gereja Oikumene milik perusahaan.
  10. Stasi Semoi Sepaku: 22 jiwa dengan 1 rumah ibadat dan tanah.

Barangkali masih ada kriteria dan pertimbangan lain, namun setidak-tidaknya empat pertimbangan di atas dapat dijadikan semacam acuan untuk membentuk suatu wilayah gerejani yang otonom menuju persiapan suatu paroki administrasi dan kelak paroki. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here