Pendidikan ala Kongregasi SFD, Pentingnya Laudato Si’ dan Kantong Kebajikan (5)

3
454 views
Foto bersejarah ketika para perintis misi Kongregasi Suster Dina (SFD) memulai karya pendidikan di wilayah Sumatera Utara. (Situs resmi Kongregasi SFD)

KONGREGASI Suster Fransiskus Dina atau SFD terbuka pada perubahan dan pengembangan zaman serta kebutuhan Gereja dan masyarakat pada zaman ini.

Setelah melalui proses refleksi panjang serta setelah melaksanaan evaluasi terhadap penanaman nilai karakter di sekolah, maka merasa perlu menambah nilai baru. Yakni, keinginan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan hidup, sesama, dan Tuhan.

Karena itu, kemudian ditambahkanlah nilai Laudato Si’. Ini untuk menjawab kekawatiran zaman ini akan krisis lingkungan hidup.

Teori tingkat kesadaran moral menurut Lawrence Kholberg. (Ist)

Tingkat kesadaran moral

Kongregasi SFD bercita-cita agar melalui pendidikan karakter dapat menambahkan unsur-unsur karakter positif yang disebut oleh Lawrence Kohlberg untuk mengisi “kantong kebajikan.”

Kita ingin menginternalisasi sifat-sifat dan ciri karakter positif secara khusus yang dihayati dalam sekolah-sekolah SFD. Ini agar supaya menjadi sifat, prinsip dan kontrol moral menghadapi perilaku-perilaku menyimpang yang mungkin terjadi dalam hidup sehari-hari peserta didik.

Dalam pendidikan karakter, peserta didik dibantu untuk menemukan potensi-potensi baik yang ada dalam diri; menumbuhkannya melalui pembiasaan sehingga menjadi karakter pribadi mereka.

Naskah Akademik dan Kurikulum

Kongregasi SFD bersama Yayasan Setia Medan ingin menjadi pelopor pendidikan berbasis nilai-nilai spiritualitas dan berbudaya.

Maka, bertepatan dengan ulang tahun Yayasan Setia Medan ke-60, diadakan kegiatan merilis Naskah Akademik dan Kurikulum, agar menjadi nyata identitas diri sebagai sekolah Katolik; dalam karya para Suster SFD dan para tenaga pendidik Yayasan Setia Medan.

Semua itu sudah tertuang menjadi Naskah Akademik dan Naskah Kurikulum Yayasan di mana digambarkan cara komunitas pendidikan Suster SFD.

Kegiatan merilis Naskah Kurikulum Yayasan Setia Medan milik Kongregasi Suster Fransiskus Dina (SFD)
Acara merilis Kurikum Pendidikan khas Kongregasi Suster Fransiskus Dina (SFD)

Dalam mendesain tujuan dan mencapai sasaran secara gamblang dan jelas. Berupa isi-isi pengajaran di satuan pendidikan dan sarana untuk mengkomunikasikan pembelajaran secara lebih efektif; sesuai dengan spiritualitas serta sejarah Kogregasi SFD.

Di dalam Naskah Akademik dan Naskah Kurikulum  itu juga sudah tertuang identitas budaya, nilai serta pegadogis satuan pendidikan dalam karya kerasulan Suster SFD secara khas dimanifestasikan. (lih. Identitas Sekolah Katolik untuk Budaya Dialog, art. 49)

Karya pendidikan merupakan panggilan dan pilihan hidup para Suster SFD, maka sudah semestinya pembelajaran bermakna mendapatkan tempat yang semestinya; bukan hanya sekadar barang isapan jempol maupun idealisme belaka. Penanaman nilai karakter selama ini diharapkan berbuah manis bagi peserta didik, guru, orangtua dan masyarakat.

Ilustrasi: Formasi “Lodok” oleh para peserta tampil menawan sebagai salah satu bentuk suguhan seni di acara akhir penutupan Festival Golo Koe yang berlangsung di waterfront Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, 15 Agustus 2022. (Panitia Festival Golo Koe Labuan Bajo)

Semoga dengan penyusunan Naskah Akademik dan Naskah kurikulum yang baru ini, maka juga semakin memantapkan Yayasan Setia Medan untuk melangkah maju.

Dalam upayanya ingin mendidik anak-anak bangsa sehingga nantinya menghasilkan generasi emas di mana setiap insan didik mampu berkembang menjadi sosok pribadi yang unggul dalam karakter, berprestasi, cinta lingkungan dan cinta akan budaya Indonesia.

ilustrasi: Murid TK-SD Kanisius Mlese di Klaten ikut berpartisipasi dalam kegiatan nyadran di kampung. Ini merupakan salah satu bentuk model pendidikan kontekstual lokal supaya mereka kenal dengan tradisi masyarakat gelar kendur, sadranan, nyadran, dan gunungan. (Tuti Ekowati)

Sebagai pengikut spiritualitas  Santo Fransiskus Assisi dan di dalam kesatuan dengan Gereja, para Suster SFD ingin menghadirkan sakramen keselamatan melalui karya pendidikan.

Para Suster SFD juga berkeinginan membantu peziarahan pertobatan manusia menuju rencana Allah; dengan secara terus-menerus mewartakan Kabar Gembira, mengupayakan dialog dengan berbagai latar belakang, mengusahakan kemajuan manusia, berkomitmen terhadap keadilan, perdamaian, pendidikan, perawatan orang sakit, dan bantuan terhadap orang-orang miskin serta anak-anak (bdk. Redemptoris Missio, art. 18).

Melalui karya pendidikan, Kongregasi SFD berkomitmen untuk mendidik generasi emas bangsa Indonesia.

Kongregasi SFD merupakan tarekat Peniten Rekolek ditandai dengan kegiatan penuh rajin dalam pengabdian kepada sesame. Juga yakin bahwa pencurahan tenaga yang dituntut oleh pekerjaan merupakan suatu jalan untuk berlepas diri, mengarahkan diri kepada orang lain, dan dengan demikian mengabdi Tuhan.

Ilustrasi: Katekese mengajari berdoa kepada anak-anak. (FX Juli Pramana)

Dalam pencurahan tenaga itu, kami mengalami bahwa pekerjaan dimana mereka saling membutuhkan, mempererat ikatan satu sama lain dan menciptakan suasana penuh rasa terima kasih dan rela mengabdi (bdk. Mère Marie Yosef, Verlichtingen, hlm. 19-20; 35).

Pendiri Kongregasi SFD adalah guru dari calon para guru di Dongen Belanda. Semangat inilah yang mendorong  para Suster SFDsenantiasa berjuang menjadi pelopor pendidikan yang berbasis nilai-nilai spiritualitas dan mendidik anak agar berbudaya.

“Mari kita mulai lagi. Karena sampai sekarang kita baru berbuat sedikit atau bahkan belum berbuat apa-apa.”St. Fransiskus Asisi. (Selesai)

Baca juga: Belajar dari Semangat Ibu Pendiri Kongregasi Suster van Dongen atau SFD (4)

 

3 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here