Pijar Vatikan II di Tahun Iman: Kereta Kencana dan Tukang Ojek (10A)

0
3,921 views

TAHUN 1992, Paus Yohanes Paulus II meresmikan Katekismus Gereja Katolik yang baru. Umat Katolik seluruh dunia menyambut gembira.  Sudah cukup lama, Gereja Katolik tidak memiliki “Katekismus Induk” yang bisa menjadi acuan bagi katekismus setempat. Para pastur, para katekis, para pengajar: calon baptis, calon komuni pertama, persiapan perkawinan, dan pewarta pendalaman iman umat, membutuhkan pegangan yang meyakinkan. Mereka bisa mendapatkannya dari katekismus yang baru itu.

Isi Katekismus Gereja Katolik itu sangat luar biasa. Ibarat harta karun, warisan iman dan tradisi Gereja kita yang begitu kaya, tersimpan semua di sana. Tidak terasa, bersamaan dengan Pesta Emas Konsili Vatikan II ini, usia katekismus itu sudah 20 tahun. Bukan tanpa alasan, kalau pada Tahun Suci ini, Paus menyerukan agar semua umat katolik kembali mempelajari katekismus.

Bagaimana kita mau beriman, kalau apa yang harus kita imani, bagaimana mengimani, dan bagaimana mempraktikkan iman kita itu, tidak pernah baik-baik kita ketahui. Katekismus menjadi alat bantu pendalaman iman yang andal.

Para katekis

Bapak Uskup Agung Jakarta waktu itu  sangat antusias mendukung sosialisasi Katekismus Gereja Katolik ini. Beliau tahu, para pewarta iman di KAJ perlu terus mendapat dukungan dan pembekalan. Di banyak kesempatan, Bapak Uskup Jakarta selalu membanggakan bahwa pasukan andalan KAJ dalam mewartakan kerajaan Allah adalah para katekis itu.

Uskup sangat mencintai para katekis itu. Beliau tahu sebagian besar dari mereka itu, melakukan pekerjaannya tanpa digaji. Kalau pun ada yang digaji, ya biasanya jumlahnya kecil saja. Apalagi mereka yang mengajar agama katolik di sekolah-sekolah negeri! Kalau yang diberi pelajaran agama cukup berpengertian, para katekis itu mendapatkan “uang lelah” sekadarnya.

Para pengajar itu juga biasanya diam saja, kalau para calon baptis, krisma atau komuni pertama itu, memberikan “stipendium” untuk romonya. Padahal para romo, biasanya tidak mengajar para calon baptis dan calon komuni pertama itu.

Sekretaris KAJ waktu itu adalah Romo JB Martasudjita SJ. Selain Bapak Uskup, almarhum Romo Marta juga sangat antusias mendukung sosialisasi katekismus itu. Romo Marta merancang sendiri jadwal pendalaman dan sosialisasi katekismus itu. Melihat semangat Uskup dan Sekretaris Keuskupan yang semacam itu, saya dan teman-teman katekis jadi ikut-ikutan semangat.

Katekismus

Pertemuan umat di paroki, di dekanat, di tingkat Komisi Keuskupan bahkan “Tepas” (temu pastur) tahun-tahun itu tema pokoknya pewartaan. Oleh Keuskupan, Romo John Prior SVD diundang ke Jakarta, untuk mempresentasikan Katekismus versi Indonesia.

Pastur Herman Embuiru SVD bahkan telah menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia dari Katekismus versi Jerman. Sebuah usaha dan karya yang harus dihargai tinggi. Penerbit Arnoldus, Ende mencetaknya. Sementara Romo Tom Jacobs SJ diminta untuk mempresentasikan “Buku Iman Katolik”, Katekismus baru versi Indonesia sebagai pendamping Katekismus Induk itu.

Pada tahun 1993, ada jadwal sosialisasi Katekismus untuk dekanat Jakarta Pusat. Tempatnya di gedung Gereja Paroki Kramat. Pembicara pada pertemuan itu adalah Romo Martin Harun OFM dan Bapak Stefan Leks. Saya ikut jadi pembicara penggembira saja.

Sebelum pertemuan itu, saya mampir dulu ke Wisma Unio Indonesia di bilangan Jl. Kramat juga. Hari itu saya mau ketemu Romo Mangun yang lagi ke Jakarta dan sedang menginap di Wisma Unio.

Di sela-sela obrolan kami, saya bertanya kepada Romo Mangun, apa komentar beliau tentang Katekismus yang baru itu. Tidak saya duga, Romo Mangun bilang begini: “Katekismus itu seperti kereta kencana! Indah, bagus, mewah, dihiasi emas dan permata! Tapi ya nggak bisa dipakai di jalanan. Kereta kencana itu keretanya para raja dan ratu. Cuma untuk dikagumi, dan tidak untuk dinaiki. Kereta kencana itu bukan kendaraan rakyat. Bukan kendaraan untuk cari duit. Yang kita butuhkan sehari-hari, bukan kereta kencana semacam itu! Yang kita butuhkan setiap hari adalah bis kota, angkot, dan tukang ojek!” (Bersambung)

Artikel terkait:

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here