Sabtu, 26 April 2025
Kis. 4:13-21.
Mzm. 118:1,14-15,16ab-18,19-21; Mrk. 16:9-15
DALAM hidup ini, ketakutan dan keraguan adalah bagian yang tak terhindarkan.
Bahkan para murid Yesus, orang-orang yang berjalan bersama-Nya, yang menyaksikan mukjizat-Nya, pun mengalami ketakutan dan keraguan ketika menghadapi realitas kematian dan kebangkitan-Nya.
Mereka merasa kehilangan, bingung, dan ragu akan masa depan. Reaksi itu sangat manusiawi.
Di tengah kekacauan batin itu, Yesus menampakkan diri. Ia hadir, tidak hanya sebagai penghibur, tetapi sebagai pemberi tugas dan pengingat bahwa mereka tidak berjalan sendirian.
Penampakan Yesus adalah bukti nyata bahwa kasih dan kuasa-Nya melampaui batasan kematian dan rasa takut. Ia menguatkan mereka, memberikan pengharapan, dan mengutus mereka untuk menjadi saksi-Nya.
Ketakutan dan keraguan tidak harus menjadi penghalang bagi panggilan kita. Justru dalam menghadapi tantangan, ketika kita tidak mudah menyerah, kita menemukan bahwa kasih dan kuasa Yesus cukup untuk menolong kita melangkah maju dengan berani.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Yesus mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.
Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Kita melihat bagaimana Yesus mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati para murid.
Mereka menolak untuk percaya pada kesaksian orang-orang yang telah melihat Yesus yang bangkit. Ini bukan hanya soal kurangnya iman, tetapi juga kekerasan hati yang membuat mereka menutup diri terhadap kebenaran besar yang telah terjadi.
Namun, yang luar biasa dari bagian ini adalah bahwa Yesus tidak berhenti pada teguran.
Ia tidak membuang mereka karena kelemahan mereka. Justru setelah mencela ketidakpercayaan mereka, Ia memberi mereka tugas yang besar dan mulia: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Inilah kasih dan kepercayaan Yesus yang luar biasa. Ia tidak menunggu murid-murid menjadi sempurna atau tanpa ragu.
Ia memilih untuk memakai orang-orang biasa yang sempat gagal percaya, untuk membawa kabar keselamatan bagi dunia.
Ini adalah kabar baik juga bagi kita hari ini. Kita pun sering bergumul dengan keraguan, bahkan bisa jadi keras hati terhadap suara Tuhan atau kesaksian orang lain.
Tetapi Yesus tetap memanggil dan mengutus kita. Ia melihat potensi di balik kegagalan kita. Ia tahu bahwa kasih-Nya dan kuasa Roh Kudus mampu mengubahkan kita menjadi saksi yang berani.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku berani menjadi saksi Tuhan, meski aku pernah gagal?