PW. St. Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Lukas 16: 1-8
SEJAK kecil kita-kita dulu diberi dongeng sebelum tidur tentang kancil, binatang yang cerdik dan licik, pandai menipu dan mencuri. Salah satu kisahnya adalah kancil mencuri timun.
Pak Tani punya ladang ditanami timun. Kancil sering mencuri timun Pak Tani. Untuk menakuti kancil, Pak Tani membuat orang-orangan sawah yang dioles-olesi getah nangka di sekujur tubuhnya. Kancil tidak takut sama orang-orangan itu.
Dia menghantam sang boneka dengan kakinya. Karena ada getah, kakinya menempel di tubuh orang-orangan sawah. Kancil makin marah, dipukulnya lagi, nempel lagi. Lalu ditendangnya lagi, sampai keempat kakinya tidak bisa lepas dari orang-orangan itu.
Pak Tani datang menangkap kancil, lalu dibawa pulang ke rumahnya. Rencananya kancil akan disembelih jadi lauk keluarga Pak Tani.
Sementara kancil dikurung di luar rumah, datanglah anjing peliharaan Pak Tani. Ia bertanya kepada kancil, “Kenapa kamu di situ Cil?”
Kancil menjawab, “Aku mau dijadikan menantu tuanmu, dia sedang memasak untuk pesta.”
“Aku yang sudah lama ikut tuanku saja tidak dijadikan menantu, kok kamu datang-datang langsung enak sekali jadi menantunya,” kata anjing.
“Apa kamu mau jadi menantunya? Kalau mau gantikan aku di dalam kurungan ini. Aku rela tidak jadi menantu tuanmu,” kata kancil membujuk rayu.
Anjing dengan sukacita mau jadi menantu tuannya. Ia masuk ke dalam kurungan menggantikan kancil yang lari ke tengah hutan. Itulah kelicikan sang kancil yang sering menipu untuk menyelamatkan dirinya.
Bukan tentang kacil cerita Yesus, tetapi tentang bendahara yang tidak jujur. Bendahara itu sering menghambur-hamburkan uang majikannya. Lalu dia dipecat.
Agar hidupnya selamat, bendahara itu “berbuat baik” kepada orang-orang yang berhutang pada tuannya. Seperti kancil, bendahara itu cerdik untuk menyelamatkan dirinya di masa depan.
Kejujuran itu sangat penting. Sekali kita jatuh dalam tindakan tidak jujur, sulit orang akan mempercayai kita.
Banyak contoh tindakan tidak jujur seperti korupsi makin merebak dimana-mana. Bahkan tokoh-tokoh penting seperti menteri masuk penjara gara-gara korupsi.
Kendati kisah kancil mencuri timun sudah tidak ada, tetapi pesannya terlanjur merasuk dalam pikiran kita. Mencuri itu sudah menempel di otak kita.
Mari kita lawan godaan itu dengan sikap kejujuran. Lebih baik bersikap jujur daripada endingnya hancur lebur.
Pergi ke jalan Ayani beli bubur,
Bubur babi dari kota Singkawang.
Marilah kita hidup dengan jujur,
Hati lebih nyaman aman dan tenang.
Cawas, menunggu durian jatuh
Rm. A. Joko Purwanto, Pr