PERANG Baratayuda tak terhindarkan. Kresna sebagai duta Pandawa minta kembalinya Negeri Astina ke pangkuan anak-anak Pandu gagal. Kurawa yang jahat dan tamak tetap ‘keukueh’ menduduki Astina.
Sebelum terjadi perang, Kresna membujuk Karna untuk kembali ke Pandawa, karena mereka satu saudara sedarah daging keturunan Dewi Kunti. Karna adalah putera sulung Kunti, kakak para Pandawa. Tetapi dia hidup bersama para Kurawa.
Sebagai ksatria Karna konsisten, ia tetap pada pendiriannya membela Kurawa. Dia mengambil posisi sebagai “urub-urubing obor” atau pengobar semangat bagi Duryudana. Kalau tidak demikian Duryudana tidak punya nyali maju berperang. Kalau tidak jadi perang, maka orang jujur dan benar tidak akan bisa memusnahkan angkara murka.
Karna seorang ksatria yang baik hidup di tengah ilalang keangkara-murkaan Kurawa. Kebaikannya bersinar teguh di antara keburukan Kurawa. Pengorbanannya membuat Pandawa akhirnya menang dalam Baratayuda.
Angkara murka (ilalang) musnah oleh kebenaran (gandum) para Pandawa. Becik ketitik ala ketara. Yang benar dan baik akan kelihatan pada akhirnya.
Dalam perumpamaan Injil hari ini Tuan yang menabur benih berkata,”Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata pada para penuai, ”kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berkas-berkas untuk dibakar, kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku'”.
Tuhan itu murah hati. Lalang dan gandum dibiarkan tumbuh bersama. Tetapi pada akhirnya lalang akan dibakar dan gandum akan dimasukkan ke dalam lumbung.
Kita tinggal memilih, mau menjadi lalang atau gandum, mau dibakar dalam api neraka atau masuk ke dalam lumbung Tuhan di surga. Tidak ada kata terlambat untuk menjadi gandum.
Marilah kita wujudkan. Selamat merenungkan. Malam ini ada gerhana bulan total “Blood Moon” pukul 00.13 yang hanya terjadi 100 tahun sekali. Mau lihat? Berkah Dalem.