Puncta, Puncta 05.02.19 Markus 5:21-43 PW. St. Agata, Not One Less

0
454 views
Film "Not One Less".

“SELESAIKAN dulu tugasmu, baru kamu akan dibayar. Ada 28 murid di sini. Saat saya kembali saya mau tak satu pun murid pergi dari sekolah ini. Apabila saat saya pulang nanti semua murid saya masih ada, kamu boleh meminta 50 Yuan pada kepala Desa,” kata Pak Guru Gao kepada guru kecil Wei Minshi yang baru berumur 13 tahun.

Itulah salah satu cuplikan dialog dalam film Not One Less yang sangat bagus dan inspiratif.

Ada banyak kejadian memprihatinkan sekaligus mengharukan. Yang paling heboh adalah saat salah satu muridnya, Chang Hui Khe lari meninggalkan sekolah tanpa pamit untuk mencari kerja demi ibunya yang sakit. Tetapi ia terlunta-lunta di kota.

Demi tanggungjawab dan komitmennya, Wei Minshi mencari muridnya. Ia kehabisan biaya, kelaparan, bingung, tidur di emperan stasiun, namun ia tak putus harapan. Satu-satunya keinginan hanyalah Chang Hui Khe ditemukan kembali, bagaimanapun caranya ditempuh.

Dengan gigih akhirnya dia bertemu dengan direktur penyiaran TV. Direktur itu baik sekali. Ia prihatin dengan kondisi sekolah di kampung.

Maka dibuatlah wawancara guru kecil Wei di layar kaca.

Kejadian yang bikin terharu adalah saat dia depan kamera meminta sambil menangis agar Chang Hui Khe (Semoga muridnya bisa melihat acara di layar TV) untuk kembali ke sekolah.

“Chang Hui Khe, pulanglah! Aku dan teman-temanmu sangat merindukan engkau” katanya sambil mengusap air mata di pipinya.

Kebetulan Chang Hui Khe berada di sebuah warung sedang meminta-minta sisa makanan. Pemilik warung menyeretnya untuk melihat layar TV. Melihat pesan gurunya di TV, Chang Hui Khe menangis dan anak ini ditemukan.

Akhirnya mereka kembali ke sekolah dengan membawa kapur tulis bagi anak-anak di kampung.

Bacaan Injil hari ini menggambarkan bagaimana kegigihan seorang kepala rumah ibadat bernama Yairus memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan anaknya. Juga keteguhan seorang wanita yang sudah 12 tahun mengalami sakit pendarahan.

“Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh”. Iman terwujud dalam komitmen dan konsistensi berjuang tanpa kenal lelah. Yesus sangat meghargai komitmen dan konsistensi mereka itu sehingga apa yang mereka minta dikabulkan.

Kita juga punya komitmen, tetapi kadang tidak konsisten. Doa tidak dikabulkan sudah putus asa, menuduh Tuhan tidak adil.

Kita punya cita-cita, ada hambatan kecil sudah mengeluh dan mundur. Marilah kita mohon iman yang kuat.

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Berkah Dalem,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here