Renungan Baperan – Pastor Dapat Cincin Batu Giok

0
257 views
Ilustrasi - Cincin dengan batu mulia. (Ist)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN

Senin, 31 Mei 2021

Bacaan:

  • Zef 3: 14-18a.
  • Lk. 1: 39-56.

BETAPA agungnya iman kita. Gereja tidak hanya menerima anugerah iman. Gereja merawat, menjaga, meneruskan kemurniaan, dan keutuhan iman. Melalui para rasul dan kebiasaan-kebiasaan suci.

Penerusan iman dalam kejujuran, kesatuan akan kuasa kasih Allah, cinta dan penebusan Kristus. 

Pemberdayaan dan pembaharuan Roh Kudus yang menumbuhkan keindahan dan kekudusan. Juga mengembangkan kebaikan dan menegakkan keadilan. Lalu juga menguatkan harapan dan memberi kepastian akan penyertaan Allah dalam hidup.

Hari ini kita merayakan pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet.

Satu kehendak Allah itu disampaikan kepada Maria. Ia tidak hanya akan mengandung dan menjadi seorang ibu. Malaikat Gabriel  memberitahu Maria, saudarinya yang bernama Elizabeth juga mengandung di hari tuanya.

Tak ada satu pun yang lebih manusiawi dari pada desakan hati untuk mengunjungi saudarinya. Keluar dari zona nyaman diri sendiri, menjumpai saudarinya, membuahkan sebuah percapakapan dalam Tuhan dan berbagi kabar tentang kebaikan dan kemurahan Tuhan.

Maria, sang puteri belia, berjalan dari Nazareth menuju Ai-Karem yang berjarak sekitat 80 mil, atau sekitar 128,72 km. Mengagumkan. Sekitar 4-5 hari perjalanan saat itu.

Saat melihat Maria, Elizabeth menerima anugerah dan pencerahan Roh Kudus. Ucapan pertama yang keluar dari bibir Elizabeth membuktikan, Elizabeth sadar Maria sedang mengandung seorang anak yang lebih dari bayinya sendiri. Dan telah ditentukan bagi kemuliaan Allah.

Salam Elizabeth pada Maria begitu menyentuh hati, terasa dekat dan hangat, di hati sanubari.

Tidak hanya telah diabadikan di dalam Injil, tetapi telah menjadi bagian doa yang begitu sederhana dan bersahaja, lembut dan manis, indah dan akrab pada bibir umat Katolik.

Doa Salam Maria adalah pengulangan kata-kata suci yang disampaikan Malaikat Gabriel, “Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu”.

Pujian syukur atas kemurahan kasih yang begitu Agung dari Allah Bapa diungkapkan oleh Elisabeth, “Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.

Lutut tak kan goyah

“Mam, kenapa duduk di sini? Ntar masuk angin lo,” kataku kepada seorang mama yang saat itu berumur kurang lebih 80 tahun.

Ia selalu duduk di ujung bangku urutan ke-10; sebelah kiri dekat pintu keluar.

Setiap Minggu pada misa pagi, saya selalu melihat mama itu tekun berdoa Rosario sambil duduk. Setia dan rajin. Bahkan ketika Perayaan Ekaristi berlangsung, ia tetap memegang rosario.

“Nggak apa-apa Romo. Saya duduk di sini  supaya saya tidak mengganggu orang lain. Saya bisa keluar tanpa juga mengganggu orang lain. Maklum sudah tua dan berjalan pun juga harus pelan dan hati-hati,” jawabnya.

Hampir selama tujuh tahun dan itu berlangsung setiap pekan,  saya melihat mama ini. Hati saya tersentuh melihat kesetiaannya berdoa.

Sering saya kunjungi baik di tempat usaha atau di rumahnya.

Mama selalu menasehati begini.

“Romo, jangan lupa doa kepada Bunda ya. Doa Rosario,” katanya kepadaku.

“Ma, saya lihat kalau ekaristi mama sulit berdiri atau berlutut. Lain kali mama duduk saja ya. Nggak apa-apa,” kataku lirih.

“Enggak dosakah? Mama hanya duduk, sementara yang lain bisa berlutut dan berdiri?”

“Ya enggaklah Ma. Kan sudah berumur. Nanti komuni akan diantar ke tempat mama ya,” kataku menghiburnya.

Hati saya terharu, meneteskan air mata. Ketika mama sakit, mama lalu melepaskan cincin batu giok tua dari jari manisnya.

“Romo, ini cincin batu giok dari orangtua saya. Saya mau kasih. Romo sudah saya anggap sebagai cucu saya sendiri.”

Saya percaya lewat butir-butir pujian hati dan syukur atas peran Maria, Mama ingin “pulang” dengan bebas.

Melepaskan segalanya. 

Ia lahir dengan telanjang, ia pulang dengan kemurnian imannya.

Dilahirkan kembali dalam kemuliaan surgawi.

Salve Regina, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu Kami mati.

Tuhan, Terima kasih atas pemberian ibu-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here