Renungan Harian 1 Agustus 2020: Berangus

0
566 views
Ilustrasi - memberangus mulut anjing agar tidak menggigit dan menyalak.


PW. St. Alfonsus Maria de Ligouri
Bacaan I: Yer. 26: 11-16: 24
Injil: Mat. 14: 1-12
 
SEORANG teman yang dikenal punya karir yang cukup cemerlang di sebuah perusahaan besar, sekarang hidup di desa sebagai petani dan penggerak petani di sebuah desa. Saya kagum dengan keberaniannya untuk meninggalkan kemapanan hidup di kota besar dan memilih menjadi petani dan penggerak petani.

Dia mengusahakan pertanian organik dan menggerakan rekan-rekannya di desa tempat dia tinggal untuk ikut menjadi petani organik.
 
Dia bercerita di awal usahanya sungguh sulit bahkan hidup pas-pasan. Tabungan selama bekerja di perusahaan besar habis dan memasarkan hasil pertanian organik tidak mudah.

Hasil pertanian organik harga jualnya lebih mahal dibanding dengan hasil pertanian bukan organic, sementara konsumennya amat terbatas.
 
Saat ngobrol dengannya dan saya memuji pilihan hidupnya sebagai petani, dia mengatakan bahwa apa yang dijalaninya sekarang merupakan konsekuensi atas usaha menyuarakan kebenaran. D

ia menjadi petani, karena dia diberhentikan dari perusahaan tempat dia bekerja.
 
Dia bercerita:

“Wan, saat itu saya mendapat promosi untuk menduduki posisi tinggi di perusahaan itu. Dengan posisi itu saya bisa mengetahui seluruh sepak terjang perusahaan. Awalnya saya hanya tahu satu bagian saja yang setiap hari saya geluti.
 
Saat saya duduk di posisi itu, saya tahu bahwa ternyata perusahaan selama ini telah banyak merugikan masyarat dan bahkan membahayakan masyarakat. Perusahaan itu membuang limbah yang berbahaya tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Memang kalau harus mengolah limbah terlebih dahulu membutuhkan biaya yang cukup besar, dan itu pasti mengurangi keuntungan perusahaan.
 
Wan, kamu tahu, pada masa itu semua dapat diselesaikan dengan uang. Dan jumlah uang untuk menyelesaikan itu amat sedikit dibanding dengan biaya mengolah limbah. Jadi sejak berproduksi perusahaan itu sudah membuang limbah berbahaya keluar pabrik begitu saja.
 
Saat saya tahu hal itu, dalam sebuah pertemuan dengan petinggi-petinggi perusahaan saya menyampaikan betapa berbahayanya limbah yang dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dan betapa mengerikan dampaknya bagi masyarakat. Dalam pertemuan itu terjadi perdebatan, dan saya mengatakan seharusnya perusahaan berani mengurangi keuntungan untuk mengelola limbah.
 
Dua hari setelah pertemuan itu, saya diberhentikan dari perusahaan itu. Saya sungguh terkejut dengan kejadian itu. Saya merasa diperlakukan tidak adil. Tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Satu pihak saya marah dengan kejadian itu, namun di lain pihak saya bahagia karena saya sudah menyampaikan kebenaran.”
 
Banyak orang yang tidak senang mendengar kebenaran yang telah dilanggar olehnya. Mana kala orang itu mempunyai kuasa maka ia bisa menggunakan kekuasaan untuk menutup kebenaran itu.

Maka sering terjadi orang yang menyuarakan kebenaran akan diberangus agar kebenaran itu tidak terungkap.
 
Pertanyaan besar bagiku adalah apakah aku berani menyuarakan kebenaran dengan resiko mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here