Setia

0
134 views
Ilustrasi - Memasak. (Ist)

Renungan Harian
Jumat, 20 Agustus 2021
PW. St. Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja
 
Bacaan I: Rut. 1: 1. 3-6. 14b-16. 22
Injil: Mat. 22: 34-40
 
SEORANG teman menyampaikan berita duka dan mohon doa untuk keselamatan jiwa yang dipanggil. Ketika menelpon, teman saya sambil terisak terdengar kesedihan dan duka yang amat mendalam.

Teman saya seorang laki-laki yang tegar menurut saya. Dan saya belum pernah melihat dan mendengar dia menangis; bahkan ketika bapaknya meninggal pun dia nampak tegar dan tidak menangis, meski kelihatan bahwa dia berduka.

Ia menyampaikan bahwa yang meninggal adalah asisten rumah tangganya (ART).

Saya sedikit terkejut bahwa dia begitu berduka kehilangan ART-nya.
 
Kemudian dia bercerita: “Wan, bagiku dia bukan lagi ART. Dia telah menjadi bagian keluargaku dan bagian dari hidupku. Bagiku dia orang yang luar biasa. Dia sudah ikut saya sejak saya baru menikah, sampai sekarang anak-anak sudah pada mau menikah. Saya selalu ingat bagaimana dia setia pada kami dan itu luar biasa banget bagi kami.
 
Waktu kami jatuh dan terpuruk; saat itu kami sungguh-sungguh tidak punya apa-apa. Bahkan rumah pun sudah kami jual dan kami ngontrak rumah.

Saya ngomong ke dia, bahwa kami sudah tidak mampu lagi mempekerjakan dia. Dan lagi rumah juga sudah tidak ada.

Wan, dia saat itu mengatakan bahwa tetap akan ikut kami, dan tidak usah memikirkan menggaji dan juga kamar untuk dia.

Asal bisa berbaring sudah cukup. Dia mau membantu kami apa pun.
 
Wan, disaat kami kesulitan semacam itu, dia menawarkan agar kami buka warung nasi. Nanti dia yang masak dan dia juga membantu berjualan. Kasarnya sempat beberapa bulan justru dia yang menghidupi kami.

Itulah Wan, mengapa saya sungguh sangat kehilangan dia. Dia orang yang sungguh-sungguh setia, bahkan saat kami tidak bisa memberikan jaminan hidup apa-apa bagi dia.”
 
Rasanya orang semacam itu sudah barang langka pada masa kini. Orang yang setia pada seseorang yang tidak bisa memberikan keuntungan apa pun. Bahkan banyak orang yang bisa lompat sana-lompat sini demi mendapatkan keuntungan pribadi. Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Rut.

Rut setia pada Naomi mertuanya meskipun mertuanya sudah tidak lagi bisa memberikan jaminan hidup dan perlindungan kepadanya.

“Janganlah mendesak aku meninggalkan dikau dan tidak mengikuti engkau. Sebab kemana pun engkau pergi, ke situ pula aku pergi. Di mana engkau bermalam, di situ pula aku bermalam. Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah aku bisa setia kepada Tuhan meski aku merasa tidak mendapatkan keuntungan apa pun?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here