NAMANYA Simon Buta Ama (83). Ia adalah umat Lingkungan Konrad II, Paroki Santa Clara, Bekasi Utara dan baru saja menerima “Penghargaan Pahlawan Inspirasi” atau “Pahlawan Inspirasi Award” dari Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) melalui Komisi Komunikasi Sosial (KOMSOS).
Penghargaan tersebut diserahkan Ketua KOMSOS KAJ Romo Harry Sulistyo Pr di Wisma Samadi Klender, Minggu, 4 Desember 2016 lalu. Simon Buta Ama menghadiri penerimaan penghargaan tersebut diantar dan ditemani Sekretaris Dewan Paroki Harian Rasnius Pasaribu.
Selain Simon, tiga orang lain juga menerima penghargaan yang sama, yakni Lusia Soetanto (aktivis sosial dan rohani), Roy Suwandi (pewarta muda) dan Justinus Yanto Jayadi Wibisono (inisiator Ayo Sekolah Ayo Kuliah-ASAK). Keempatnya dinilai bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang melalui kerya dan cara hidup masing-masing.
Mekanisme pemilihan dilakukan dengan cara: panitia meminta setiap paroki mengajukan calon lengkap dengan alasan. Penentuan pemenang kemudian ditentukan oleh jumlah suara yang diperoleh dalam polling yang dipublikasikan melalui aplikasi google dan disebarkan di antara umat KAJ.
Hidup sederhana
Simon dinilai melalui hidupnya yang sederhana, penuh perjuangan yang tak kenal lelah dan mengeluh bisa menjadi kritik hidup bagi banyak orang yang ingin hidup enak namun tidak mau kerja keras, malah menjadi penilep atau koruptor.
Ketika menjadi salah satu narasumber dalam talkshow sebelum menerima piala dan sertifikat serta sejumlah uang, Simon sharing bahwa dalam hidup dan melalui pekerjaannya sebagai tukang abu, dia hanya melakukan yang mampu ia lakukan tanpa keinginan untuk menipu atau mencuri.
“Saya bersyukur saja atas yang saya dapat setiap hari. Kalau beruntung, saya bisa dapat Rp 80 ribu, tapi kadang kurang dari Rp 40 ribu setelah berjalan sepanjang hari menarik gerobak abu,” ujar pria mungil berkulit legam karena tersengat terik matahari ini.
Romo Benny Susetyo yang juga menjadi narasumber dalam talkshow yang dipandu Carlos, penyiar televisi Berita Satu tersebut memiliki refleksi tersendiri atas karya dan hidup keempat orang tersebut. Menurutnya, keempat orang tersebut adalah orang-orang yang mau memberikan hati dan cinta bagi orang lain dan tidak egois.
“Pak Simon mensyukuri yang ia dapat. Ia berikan yang terbaik. Ada totalitas di situ. Pahlawan itu, orang yang bisa mengatasi keterbatasan, tanpa melihat untung dan rugi. Pahlawan adalah orang yang berani mengatakan bahwa hidupnya untuk orang lain,” kata Benny.
Orang yang berkekurangan, jelas Benny, tidak akan menjadi pahlawan, sebab dia tidak akan pernah mau memberi sebab selalu merasa kekurangan.
Menurut Benny, orang Katolik mestinya orang yang hidup secara normal dan mau memberikan hidup bagi orang lain.
“Kita harus sadar bahwa saudara kita membutuhkan kita. KIta sentuh mereka dengan cinta. Mulailah dari hal yang kecil, maka dunia akan bergetar,” ujar Benny lagi.
Pemberian penghargaan tersebut dilakukan dalam pertemuan KOMSOS KAJ. Penghargaan diberikan untuk memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November.