DI sinilah suara seorang ayah menjadi fondasi.
Bukan untuk mengatur,
tapi untuk memandu.
Bukan untuk mengekang,
tapi untuk meneguhkan nilai-nilai
sebelum dunia mengacaukannya.
Karena kelak,
ketika anak itu berjalan di tengah hiruk-pikuk dunia,
suara ayah akan tetap bergema, bukan di telinga, tapi di hati.
Tjoretan tipis, makna manis.
— Jusuf Goen
Baca juga: Logika kalah sama emosi