Surat Gembala Keuskupan Agung Samarinda tentang Pemilu: “Pilihlah Secara Benar, Bertanggungjawab, dan Tepat”

0
362 views
Uskup Keuskupan Agung Samarinda Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF (Dokpen KWI)

Surat Gembala Uskup Keuskupan Agung Samarinda
Menyambut Pemilu Serentak
Tanggal 17 April 2019

“Pilihlah Secara Benar, Bertanggungjawab, dan Tepat”

Segenap umat Katolik Keuskupan Agung Samarinda yang terkasih,

Bangsa Indonesia sedang bersiap-siap menyambut peristiwa besar dan penting: Pemilihan Umum (PEMILU).  PEMILU kali ini akan dilaksanakan pada hari Rabu, 17 April 2019 secara serentak untuk memilih wakil-wakil rakyat (DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten), Wakil Daerah (DPD) dan pemimpin negara dan pemerintahan, yaitu Presiden dan Wakil Presiden.

Dengan PEMILU itu, seluruh warga masyarakat yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih berhak untuk menentukan pilihannya.

Menggunakan  hak pilih berarti ikut mengambil bagian dalam menentukan masa depan negara yang kita cintai ini. Ikut memilih juga merupakan salah bentuk tanggungjawab warga negara dalam membentuk bangunan demokrasi di negeri ini, dan sekaligus mengambil bagian dalam hidup dan perjalanan bangsa lima tahun ke depan.

Sebagai anak bangsa  pantaslah kita menyambut dengan gembira pesta demokrasi itu.

Tidak menggunakan hak pilih berarti menyerahkan hak kita  kepada pihak lain untuk menentukan wakil-wakil dan pemimpin bangsa. Oleh karena itu, gunakanlah hak pilih itu. Perlulah diingat, satu suara saja bisa sangat menentukan.

Memilih secara benar dan tepat 

Setiap pemilih perlu menyadari bahwa hal yang paling penting dalam menggunakan hak pilih itu bukan sekedar datang dan mencoblos kertas suara, melainkan memilih dengan benar dan tepat.

Mencoblos lima kertas suara dengan bentuk dan lima warna yang berbeda menuntut kecermatan. Perlulah diingat bahwa suara itu sah, hanya bila surat suara dicoblos dengan benar.

Namun yang hal terpenting adalah menjatuhkan pilihan dengan tepat, yaitu memilih orang-orang yang akan mewakili masyarakat dalam beberapa tingkatan, dan memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden dengan penuh tanggung jawab.

Kita mesti memilih orang-orang atau pasangan yang mau memberi diri secara tulus dan berjuang dengan sungguh-sungguh demi makin dekatnya cita-cita bangsa Indonesia, yaitu damai sejahtera bagi seluruh masyarakat Indonesia berazaskan keadilan sosial.

Maka kita mesti memilih baik wakil-wakil rakyat maupun pasangan presiden dan wakil presiden yang sungguh-sungguh berjuang demi kepentingan bangsa dan bukan kelompok atau golongan tertentu, apalagi untuk kepentingan diri sendiri.

Karena itu, perlulah melihat dengan cermat para calon wakil dan sekaligus pemimpin itu. Lihatlah sikap dan perilaku sehari-hari dan rekam jejak hidup mereka. Jangan mengikuti kesan sepintas ketika kampanye yang sering tidak mencerminkan watak, sikap hidup dan perilaku mereka sehari-hari.

Ada beberapa kriteria sederhana yang bisa dijadikan pedoman untuk memilih dengan tepat.

Pertama, orang atau pasangan yang kita pilih mesti beriman baik, yang nampak dalam praktek hidup keagamaan sehari-hari yang secara nyata mewujud dalam hidup toleran dan bersaudara dengan siapa saja, tanpa memandang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Kedua, menerima Pancasila sebagai dasar negara, menghargai dan mensyukuri kemajemukan di negara kita, yang bermotto Bhinneka Tunggal Ika.

Ketiga, berani menolak radikalisme dan intoleransi.

Keempat, tidak berpolitik uang dan menggunakan SARA untuk kepentingan politik. Kelima, mampu memperjuangkan terwujudnya bonum commune, yaitu kebaikan, kesejahteraan bersama, dan kepentingan umum.

Selain itu, kita mesti memilih mereka yang memiliki watak pemimpin yang melayani dan yang memperjuangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Ajaran Sosial Gereja: menghormati kehidupan dan martabat manusia, menghayati, dan mendorong meningkatnya semangat solidaritas serta memberi perhatian lebih kepada sesama yang kurang beruntung.

Mengenal calon-calon juga amat penting. Amat menguntungkan, bila telah mengenal calon secara pribadi. Namun bisa juga mengenali mereka melalui informasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), media massa, baik media cetak, seperti koran dan majalah, maupun media elektronik (TV, radio, internet) dan sumber lain yang terpercaya.

Tidak mungkin kita menemukan calon-calon yang sempurna. Setiap calon atau pasangan calon pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kalau merasa sulit memilih yang baik,  pilihlah calon anggota legislatip atau pasangan calon presiden dan wakil presiden yang dikenal paling banyak kelebihannya, dan paling sedikit  kekurangannya.

Fungsionaris Gereja dalam parpol

Demi tanggungjawab terhadap perjalanan negara ,ada banyak kader dan calon anggota legislatip Katolik yang  merasa terpanggil untuk ikut mewujudkan cita-cita bangsa dengan terjun di dalam bidang politik. Usaha itu patut dihargai, karena merupakan salah satu bentuk keterlibatan warga Gereja dalam hidup bernegara dan bermasyarakat, dan sekaligus sebagai wujud keterlibatan  Gereja dalam suka duka masyarakat tempat  Gereja berada dan  hidup (Bdk. Gaudium et Spes No. 1).

Kader partai atau calon legislatip pasti akan berusaha meyakinkan masyarakat bahwa diri dan partainyalah yang akan memberi jaminan tercapainya damai sejahtera  dan kebaikan bersama itu. Dapat difahami bahwa kader partai atau calon legislatip sulit bisa berdiri di atas semua kelompok atau golongan.

Karena Gereja berdiri di atas semua golongan dan kelompok, maka para fungsionaris Gereja, entah katekis, anggota Dewan Paroki atau Stasi yang menjadi kader partai atau calon legislatip, tidak boleh menggunakan posisi mereka dalam Gereja untuk kepentingan partai atau dirinya, misalnya dengan kampanye di gereja-gereja atau dalam rangka kegiatan Gereja.

Ilustrasi: Pilpres 2019. (Ist)

Bila seorang fungsionaris Gereja, yang adalah kader partai atau calon legislatip, tidak bisa atau dinilai sulit melepaskan kepentingan partai atau dirinya ketika menjalankan tugas ke-Gereja-annya,  saya minta untuk sementara waktu sampai dengan PEMILU, untuk non-aktif atau tidak menjalankan fungsinya.

Ikut menyukseskan Pemilu

Agar PEMILU bisa berjalan dengan baik dan berkualitas, sebagai bagian dari masyarakat, kita harus terlibat.

Mereka yang menjadi anggota KPUD, Bawaslu atau anggota KPPS mesti ikut menjaga agar tidak terjadi kecurangan. Kita pun memiliki kesempatan untuk ikut mengawasi jalannya PEMILU itu yang sedapat mungkin kita manfaatkan.

Kami juga mengimbau umat Katolik yang terlibat dalam kampanye, agar berkampanye dengan santun dan beretika, tidak menggunakan kampanye hitam dan tidak pula menggunakan isu-isu SARA.

Hendaknya pilihan Anda tidak dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalan lainnya. Jangan gadaikan keadaan dan perjalanan negara ini selama lima tahun ke depan hanya dengan uang atau barang yang tidak seberapa besar nilainya.

Perlu juga disadari bahwa keberhasilan PEMILU kiranya bukan saja tergantung pada tingginya persentase warga masyarakat yang memilih, melainkan dan terlebih terletak pada hasil yang benar-benar mencerminkan aspirasi sebagian besar masyarakat.

Oleh karena itu seluruh masyarakat, khususnya umat Katolik, mesti berusaha maksimal demi terlaksananya PEMILU yang  berkualitas, bermartabat, aman dan damai.

Penutup

Sebagai warga bangsa yang memiliki hak dan kewajiban yang sama, perlulah setiap warga masyarakat bersikap aktif dan mengamati  dengan cermat situasi yang ada. Kalau ada sesuatu hal yang belum diketahui, mesti berani bertanya; jikalau ada hal yang masih meragukan, tidak enggan untuk mencari kepastian kepada mereka mengerti permasalahannya; ketika ada penyimpangan, mesti berani menyuarakan.

Namun lebih daripada itu, kita  harus selalu menjaga agar seluruh proses PEMILU  bisa berlangsung dengan aman dan damai. Persatuan dan kesatuan bangsa harus tetap terjaga dan menjadi yang utama.

Secara konkrit, kita mesti menjaga kerukunan, kedamaian, persatuan dan kesatuan. Bila ada sesuatu yang bisa menimbulkan kerawanan, khususnya dalam hal keamanan dan kedamaian, bersama dengan warga masyarakat lainnya, harus menangkalnya.

Dalam PEMILU, pasti akan ada pihak yang memang dan kalah. Kemenangan hendaknya tidak membuat sombong dan  kekalahan mesti bisa diterima dengan lapang dada. Tetaplah menjaga kerukunan dan kedamaian, karena kita adalah saudara sebangsa dan se-Tanahair.

Selamat menyongsong kesempatan yang sangat penting dan menentukan perjalanan bangsa selama lima tahun kedepan disertai doa agar Tuhan senantiasa menyertai peziarahan bangsa kita, melimpahkan berkat dan lindungan-Nya.

Semoga Bunda Maria, penolong abadi, senantiasa melindungi kita, bangsa dan negara tercinta, Indonesia.

Semoga dengan persiapan yang matang dan pelaksanaan yang baik, PEMILU berhasil dengan baik demi masa depan bangsa, negara dan masyarakat Indonesia menuju cita-cita bersama.

Samarinda, 11 Februari 2019

Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF
Uskup Keuskupan Agung Samarinda

Ref:  Surat Gembala Uskup Keuskupan Agung Samarinda Menyambut Pemilu 2019

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here