Talenta untuk Berbagi

0
260 views
Ilustrasi: Cantelan, aksi sederhana untuk berbagi di Sleman, DIY. (Dok. Pribadi)

Puncta 28.08.21
PW. St. Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja
Matius 25:14-30

DI sekitar kita, ada banyak orang baik hati. Apalagi selama masa pandemi ini, hati tulus kaum sederhana muncul seperti bintang di tengah kegelapan.

Dalam situasi ekonomi yang sulit, ada orang yang mau berbagi menolong sesamanya. Setiap kali ketemu orang miskin, dia datang sambil menawari ajakan berjabat tangan. Tiba-tiba di telapak tangannya ada selembar ratusan ribu.

“Ini rezeki bapak, silahkan diambil,” katanya sambil melenggang.

Di kesempatan lain, pada sebuah perempatan jalan, ketika lampu pengatur lalin menyala merah, seorang muda turun membagi uang untuk para pengendara motor.

Ada juga dermawan yang menggantungkan plastik berisi makanan di pagar depan rumahnya.

“Silahkan ambil secukupnya, bila anda membutuhkan.”

Terpampang tulisan di pagar itu.

Namun ada juga yang menggunakan situasi pandemi ini untuk mencari keuntungan pribadi.

Korupsi bantuan sosial, tipu menipu berpura-pura jadi petugas, menjual test antigen, memalak biaya penguburan, mencekik orang dengan biaya kremasi.

Ada banyak cara jahat dipakai demi kantong pribadi.

Suatu kali, seorang kaya meminta kepada mandornya untuk dibuatkan rumah yang bagus.

Mandor itu bertindak curang. Ia membeli bahan-bahan yang murah, mudah rusak dan tidak tahan lama.

Setelah rumahnya jadi, mandor itu menyerahkan kunci rumah kepada orang kaya itu.

Tuan itu berkata, “Terimakasih engkau telah menyelesaikan tugasmu. Sekarang rumah ini kuhadiahkan kepadamu.”

Mandor itu gembira, tapi sangat kecewa. Ia menyesal seumur hidupnya, kenapa dia tidak membuat rumah dengan kualitas yang bagus.

Tak henti-henti ia menyalahkan dirinya yang bodoh.

Yesus memberi perumpamaan tentang talenta. Ada yang diberi lima, dua dan satu talenta.

Mereka yang diberi talenta itu, mengembangkan miliknya bukan untuk diri sendiri.

Mereka menyerahkan kembali kepada tuan yang empunya talenta.

Kejujuran dan tanggungjawab itulah yang dinilai. Tuan itu mengapresiasi usaha yang jujur dan tanggungjawab. Mereka diberi tanggungjawab yang lebih besar lagi.

Namun ada yang diberi talenta tidak dikembangkan. Yang diberi satu talenta punya pikiran yang jahat.

Ia tidak mau berusaha sehingga tidak mendapat hasil apa-apa.

Disini berlaku hukum timbal balik. Jangan harap anda akan diberi kalau anda tidak mau memberi.

Mereka yang memberi banyak akan mendapat banyak juga. Orang yang diberi lima talenta, mengembalikan menjadi sepuluh talenta. Ia telah memberi banyak, maka dia juga diberi tanggungjawab lebih banyak lagi.

Sedangkan orang yang tidak memberi apa-apa, ia juga tidak punya kesempatan untuk mendapatkan apa pun.

“Setiap orang yang mempunyai, akan diberi sampai ia berkelimpahan, tetapi siapa yang tidak punya, apa pun yang ada padanya akan diambil.”

Siapa yang mau memberi, ia akan memperoleh lebih banyak lagi.

Anak bebek namanya meri.
Senang bermain di pinggir kali.
Siapa yang memberi akan diberi.
Siapa yang mengasihi akan dikasihi.

Cawas, hati yang memberi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here