
BERITA hangat baru saja menyapa Redaksi Sesawi.Net hari Senin ini menjelang tengah malam tanggal 1 Agustus 2016. Pengirimnya adalah Bapak Uskup Agung Keuskupan Jakarta: Mgr. Ignatius Suharyo.
Seperti biasa, dalam bahasa Jawa ragam krama inggil yang sangat halus, Bapak Uskup Agung Keuskupan Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo menyampaikan news updated kepada Redaksi sebagai berikut.
“Mgr … Matur nuwun. Sonten wau, kula saksedulur dipun undang kaliyan Pak Teten Masduki … lan benjing Selasa awan (2 Agustus 2016 —Red.) ugi dipun undang rembugan kaliyan Bapak Presiden Joko Widodo. Nyuwun donganipun Mgr. Suharyo,” begitu bunyi berita ringkas dari Bapak Uskup Agung Keuskupan Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo kepada Redaksi Sesawi.Net.
“Mgr… Terima kasih. Petang hari tadi, saya bersama beberapa saudara lainnya telah diundang oleh Pak Teten Masduki … dan besok hari Selasa siang (2 Agustus 2016–Red) juga diundang lagi oleh Bapak Presiden Joko Widodo untuk diajak berdiskusi. Mohon doa restunya Mgr. Suharyo.”
Baca juga:
- Reportase Long March Menjemput Keadilan demi Keutuhan Ciptaan
- Puji Tuhan Alhamdulillah atas Keadilannya
- Mgr. Ignatius Suharyo Kunjungi Tenda Pendemo Pembangunan Pabrik Semen di Kawasan Pegunungan Kendeng
Panggilan Presiden Joko Widodo mengundang bicara para pendemo ke Istana ini bisa jadi terkait dengan langkah ‘tak pernah terbayangkan’ sebelumnya. Pada hari Minggu petang tanggal 31 Juli 2016 kemarin, sungguh tak terduga oleh banyak orang bahwa ada seorang pemimpin Gereja Lokal selevel Uskup (Agung) telah datang menyambangi kelompok pendemo, menyapa mereka, lalu menyalami satu per satu, dan kemudian duduk bersama mereka di emperan sebuah tenda plastik.
Tidak pakai jubah, melainkan Bapak Uskup Agung Keuskupan Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo hanya berkemeja batik dan sejenak menyempatkan diri duduk di ’emperan’ tenda yang dibangun oleh ibu-ibu pendemo. Mereka berdemo menentang rencana pembangunan sebuah pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng di Jalur Pantura wilayah Timur yang membujur panjang dan luas mulai dari Kudus, Pati, dan seterusnya menuju arah Timur hingga perbatasan Jawa Timur.
“Saya mendatangi mereka, menyalami satu per satu para pendemo itu karena sebagian kecil dari mereka saya kenal,” tutur Mgr. Ignatius Suharyo menjawab Sesawi.Net hari Senin tanggal 1 Agustus 2016 siang.

Pesan moral
Tentu saja kehadiran seorang Uskup Agung –dan apalagi Uskup Agung Jakarta—di sebuah arena demo publik tidak jauh dari Istana menyiratkan pesan moral yang sangat jelas dan gamblang. Gereja Katolik di Keuskupan Agung Jakarta ikut dalam gelombang “satu suara” dengan para pendemo itu: menolak gagasan akan dibangunnya pabrik semen di kawasan jalur Pegunungan Kendeng di wilayah Pantura (Pantai Utara Jawa) bagian Timur Jawa Tengah hingga sampai Kabupaten Jombang di Jawa Timur.
Demo penolakan warga kawasan Pegunungan Kendeng itu sebenarnya sudah berlangsung lama, sejak bertahun-tahun lalu. Ketika Mgr. Ignatius Suharyo masih menjabat Uskup Agung Keuskupan Semarang di Jawa Tengah, gelora protes masyarakat setempat terhadap ide dibangunnya pabrik semen di jalur Pegunungan Kedeng juga sudah membuncah ria.
Catatan historis menyebutkan kawasan Pegunungan Kendeng dengan tekstur tanah berkapur ini membentang sangat luas dan sangat panjang di sepanjang lintasan pantai utara Pulau Jawa (Pantura); membujur panjang dan luas mulai dari Kabupaten Grobogan –sebelah timur Ibukota Semarang- dan Kabupaten Pati hingga menuju kawasan utara di Kabupaten Jombang di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Baca juga:
- Sarasehan Budaya di Balai Budaya Rejosari: Pranata Adicara Menata Kehidupan (1)
- Sarasehan Budaya di Balai Budaya Rejosari: Mengikis Budaya Pengkotak-kotakan (2)
- Tinuntun Jumbuh
- Seruling Pluralisme dari Lereng Gunung Muria
Ketinggian Pegunungan Kendeng kurang dari 1.000 m di atas permukaan air laut (dpl).

Sudah sedari beberapa tahun silam, gerakan rakyat secara massal yang terdiri dari para petani, buruh, kaum intelektual –baik warga lokal di sekitar jalur permukiman Pegunungan Kendeng maupun kelompok-kelompok kategorial– terhadap gagasan pembangunan pabrik semen itu tidak hanya terjadi di Kota Semarang, ketika Mgr. Ignatius Suharyo masih menjabat Uskup Agung di Keuskupan Semarang. Protes massal oleh berbagai elemen masyarakat itu juga sering kali terjadi di banyak kota di jalur Pantura bagian Timur Jawa Tengah (Kudus, Pati, Rembang, Juwana) yakni kota-kota di Jalur Pantura Timur yang dilewati garis panjang membujur dari Barat ke Timur oleh kawasan pegunungan bertekstur kapur yakni Pegunungan Kendeng.
Yang menarik, kini Mgr. Ignatius Suharyo tidak hanya menjabat Uskup Agung Keuskupan Jakarta. Beliau juga menjadi Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sekaligus Uskup TNI/Polri.