TANGGAL 14 Februari dikenal luas sebagai Hari Valentine. Ini merupakan momen istimewa bagi anak-anak muda untuk saling mengungkapkan cinta satu sama l. Semisal dengan saling tukar kado atau berbagi coklat. Padahal, kalau dirunut dari sejarah asal-usul Valentine’s Day, apa yang sekarang biasa dilakukan kaum muda dengan saling berbagi cokelat atau kado sebenarnya jauh dari kisah sejarahnya sendiri.
Secara sekilas dapatlah dikisahkan ulang begini. Pada masa Kekaisaran Romawi saat di bawah kekuasaan Kaisar Claudius II, hiduplah seorang biarawan muda bernama Valentine. Dia menjadi sang pemrakarsa bagi banyak orang muda yang pada waktu itu bergiat melawan kebijakan kaisar yang melarang kaum muda berkasih-kasihan. Alasan kaisar melarang adalah karena waktu itu banyak kaum muda wajib menjadi serdadu yang siap diutus ke medan pertempuran demi mempertahankan kekuasaan Kekaisaran Romawi.
Untuk Julia
Aksi Valentine (biarawan muda) yang justru mendukung perkembangan afeksi anak-anak muda untuk saling bagikan kasih itu akhirnya tercium juga oleh Kekaisaran Romawi. Akhirnya, Valentine dipenjara sebelum akhirnya ia dijatuhi hukuman mati karena menentang kebijakan pemerintah waktu itu. Saat di penjara, Valentine berjumpa dengan seorang gadis, anak penjaga penjara itu. Gadis ini mengalami kebutaan dan hidup penuh dengan keputusasaan, tanpa harapan. Gadis ini sempat berdialog dengan Valentine soal doa dan keyakinannya akan adanya Tuhan.
Julia, nama gadis itu, lalu mengatakan, “Bapa, apakah Tuhan itu sungguh-sungguh mendengarkan setiap doa?”
Valentine menanggapi: “Iya, anakku… Tuhan tentu selalu mendengarkan setiap doa kita”.
Julia melanjutkan, “Bapa tahu apa yngg tiap hari aku doakan? Aku ingin dapat melihat indahnya dunia seperti kebanyakan orang”.
Valentine menanggapi, “Tuhan pasti melalukan apa yg terbaik untuk kita anakku, asal kita percaya sungguh kepadaNya setiap kali kita berdoa”.
Lalu mereka bersama-sama berlutut untuk berdoa di dalam penjara di mana Valentine dikurung.
Terkabul
Hari eksekusi akhirnya tiba, Valentine lalu dijatuhi hukuman mati oleh Kaisar Claudius II. Tapi sebelum Valentine menjalani hukuman matinya, ia sempatkan diri menulis sebuah surat pendek untuk Julia yang ditinggalkannya di penjara di mana dia dikurung itu.
Beberapa minggu sesudah kematian Valentine, surat itu diberikan oleh ayah Julia kepadanya. Suatu hari, saat Julia memegang surat itu, ia merasakan mulai bisa melihat ada warna-warni dalam tulisan surat itu. Inti surat itu berpesan supaya Julia tetap dekat, bahkan untuk makin dekat dan percaya akan kuasa kebaikan Tuhan. Itulah, sekilas kisah asal-usul HariValentine.
Di Sidareja, sebagaimana kebanyakan anak-anak remaja atau muda di tempat-tempat lain, tiap Hari Valentine pun biasa diadakan suatu acara tertentu. Rabu tanggal 15 Februari 2012 anak-anak remaja/ muda yang tergabung dalam Kelompok Putera-Puteri Altar (PPA) dan Orang Muda Katolik (OMK) mengadakan kegiatan misa Hari Valentine yang dilanjutkan dengan acara keakraban antar mereka.
Misa dipimpin oleh dua romo paroki St. Yoseph Sidareja dengan gaya liturgi agak berbeda dari biasanya. Lagu-lagu misa sengaja dipilih jenis lagu-lagu anak muda dengan duduk lesehan dilengkapi dengan layar LCD.
Bukan hanya kegiatan misa dan acara keakraban saja dalam rangka merayakan Valentine’s Day, PPA dan OMK St. Yoseph Sidareja juga mengadakan kegiatan bagi-bagi nasi bungkus untuk para orang sakit jiwa, pengemis, gelandangan dan para tukang becak di sepanjang jalanan Sidareja. Kegiatan bagi-bagi nasi bungkus ini terlaksana pada hari Minggu, 19 Februari 2012 sesudah misa mingguan.
Setidaknya ada 20an anak remaja/ OMK Paroki St. Yoseph Sidareja dengan naik mobil pick-up membagi-bagikan nasi bungkus di jalan-jalan. Setidaknya, ada sepuluh orang penyakit jiwa di jalanan yang menerima nasi bungkus dari anak-anak muda ini.
Terima kasih
Tidak hanya satu atau dua orang yang kesehatan jiwanya terganggu dan telah menerima nasi bungkus itu bisa mengucapkan terima kasih..lo…. . Orang yang terganggu kejiwaannya saja masih ingat mengucapkan terima kasih; bagaimana dengan kebaikan-kebaikan yang kita terima dari orang lain? Apakah kita masih sempat dan ingat untuk berterima kasih?
Mulai pukul .09.30 sampai dengan pukul 1.30an para Putera-Puteri Altar dan Orang Muda Katolik Paroki St. Yoseph Sidareja berjalan berkeliling di jalannan Sidareja untuk berbagi tak kurang 83 nasi bungkus. Mereka mengunjungi terminal bus, stasiun KA, pasar dan sejumlah perempatan jalan di Sidareja. Di tempat-tempat ‘strategis’ itulah, anak-anak muda ini menemukan lokasi bagus untuk melaksanakan kegiatan bagi-bagi kasih ini.
Bawaan rumah
Nasi bungkus yang dibagikan oleh para Putera-Puteri Altar dan Orang Muda Katolik Sidareja itu bukan datang dari Gereja, melainkan mereka bawa dari rumah mereka masing-masing dan baru kemudian dikumpulkan di Gereja. Dari pastoran mereka lalu menyebar kemana-mana.
Awalnya, ada kesan takut, bingung, kaget, tatkala harus mengulurkan tangan memberi nasi bungkus bagi orang jalanan atau gelandangan di jalanan. Tapi banyak juga yang merasa senang dengan kegiatan yang mereka usahakan sendiri. Sekalipun itu dilakukan di bawah terik Matahari yang teramat garang.
Menurut salah seorang pendamping PPA dan OMK Sidareja, kegiatan membagi nasi bungkus untuk para penderita sakit kejiwaan, gelandangan, pengemis, dan para tukang becak di jalanan itu sebagai salah satu sarana berlatih bagi anak-anak remaja dan orang muda katolik Sidareja dalam memperhatikan sesamanya yang “kurang beruntung”.
Mereka diingatkan bahwa “lebih baik memberi kepada mereka yang tidak dapat membalas kebaikan yang kita berikan. Sebab, jika kita memberi kebaikan kita terhadap orang yang dapat membalasnya, kita akan (berharap) dapat balasannya dari orang itu; daripada ketika kita memberi sesuatu kepada saudari-saudara kita yang tak dapat membalasnya, itulah pemberian yang sejati”. (bdk. Kis 20:35; 2 Kor.9:7-9).
Ternyata, berbagi kasih itu amat dan teramat indah dilakukan.
Luar biasa kegiatannya mo… berbagi kasih dengan tanpa batas…
Hebat 🙂 salam dari Paroki St. Petrus Pekalongan