106 Tahun Kongregasi Suster SMFA Nederland: Mandiri dalam Perspektif Kekinian sebagai Religius SMFA (2)

0
281 views
Suasana rekoleksi para suster SMFA (Suster Misi Fransiskan Santo Antonius) di Pontianak. (Ist)

KEPADA setiap peserta rekoleksi, para suster SMFA, ada sejumlah pertanyaan reflektif demikian. Apakah makna kemandirian bagi seorang religius suster Kongregasi SMFA.

Atas pertanyaan penuntun reflektif ini, Pastor Elen SVD sengaja tidak memberi batasan ruang lingkup pemaknaan. Namun, ia memberi garis besar pemahamannya sebagai berikut:

  • Kemandirian spiritual: Artinya, kesadaran akan pentingnya relasi pribadi dengan Tuhan dan semua hal yang bersifat rohani itu tidak bergantung melulu pada aturan komunitas.
  • Kemandirian spiritual. Artinya, kita lebih fokus pada melakukan kegiatan–kegiatan rohani sendiri di luar aturan umum. Mengikuti kegiatan rohani umum, kiranya lebih dimotivasi  bukan oleh karena ada paksaan atau melakukan segala sesuatu dengan rasa enggan atau  terpaksa. Melainkan, kita melakukan hal itu atas inisiatif dan kemauan sendiri dan kemudian ikut terlibat di dalamnya.

106 Th Suster SMFA Nederland: Ekaristi di Asten, Rekoleksi di Pontianak (1)

  • Kemandirian emosional: Itu berarti bebas dari  kelekatan pribadi dengan orang tertentu, termasuk dalam menyalurkan afeksi (perhatian).
  • Kemandirian sosial: Ini berarti kita tidak mau tergantung pada relasi dengan pihak–pihak lain. Melainkan,  kita harus bisa menentukan sikap sendiri.  Misalnya, kita mampu mengambil keputusan — baik pribadi maupun komunitas–, keputusan Kongregasi secara mandiri dan atas dasar “bisikan” dan apalagi ”pesanan” pihak–pihak lain.
  • Kemandrian intelektual: Artinya, kita harus terus-menerus mengasah diri kita dengan ilmu–ilmu  yang bisa membantu diri kita untuk berkarya dengan baik dan melayani.
  • Kemandirian finansial: Melalui daya, kreasi, karya dan pelayanan kita, kita membiayai hidup kita sendiri, komunitas dan Kongregasi dengan tidak bergantung penuh dari kebaikan orang lain (donatur).
  • Kemandirian dalam kebersamaan: Artinya, kita secara bersama dalam komunitas dan dalam Kongregasi untuk berjuang melepaskan diri dari keterikatan–keterikatan dengan pihak–pihak lain di luar lingkaran Kongregasi dan komunitas kita.

Pentingnya bersatu

Maka tepat sekali  bahwa Pastor Elen kemnudian memberi judul tema rekoleksinya sebagai “Bersatu Hati Menjalani Kemandirian.”

Komunitas SMFA di banyak biara ini terdiri banyak orang.  Maka perlu sekali yang namanya bersatu.

Bersatu bukan saja secara fisik lahiriah, ada bersama, makan bersama, doa bersama dan lainnya, melainkan  juga roh, semangat hati harus bersatu.

Kemandirian kita dalam biara bukanlah kemandirian total, tetapi kemadirian yang selalu dalam kebersamaan.

Bahasa sederhananya demikian: boleh mandiri, tetapi tetap bersama; boleh bersama, tapi harus tetap mandiri.

Dengan kata lain,  kata romo, kebersamaan kita itu harus kreatif, inovatif. Kreativitas pribadi kita betul–betul  harus selalu dikembangkan agar bisa memajukan kebersamaan; baik komunitas maupun Kongregasi.

Rekoleksi para suster yang sudah berkaul ini akhirnya berakhir dan ditutup dengan Perayaan Ekaristi di Kapel Novisiat SMFA.

Ikut dalam perayaan suci ini sebanyak 7 orang Novis II, 7 orang Novis I, 8 orang Postulan, dan 3 orang Aspiran.

Dalam Perayaan Ekaristi ini, hati kami bersukacita dan bersatu padu dalam perayaan kudus yang di Nederland, ketika para suster SMFA di Asten merayakan 106 tahun Kongregasi SMFA Nederland. (Bersambung)

 

 

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here