Artikel Kesehatan: Dokter Digital

0
646 views
Artikel Kesehatan: Dokter Digital. (Ist)

PADA hari Rabu, 17 April 2019 WHO mengeluarkan rekomendasi baru tentang 10 cara agar negara dapat menggunakan teknologi kesehatan digital, yang dapat diakses melalui ponsel, tablet dan komputer, untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.

Apa yang menarik?

https://www.who.int/reproductivehealth/publications/digital-interventions-health-system-strengthening/en/

“Memanfaatkan kehebatan teknologi digital sangat penting untuk mencapai cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couverage (UHC),” kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Namun demikian, teknologi digital bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi adalah alat vital untuk meningkatkan derajad kesehatan, menjaga keamanan dunia, dan melayani masyarakat yang rentan.” Selama dua tahun terakhir, WHO secara sistematis menganalisis berbagai bukti tentang teknologi digital dan berkonsultasi dengan para ahli dari seluruh dunia, untuk menghasilkan rekomendasi tentang alat tersebut, agar dapat digunakan dan berdampak maksimal pada sistem kesehatan nasional dan derajad kesehatan masyarakat.

Intervensi dokter secara digital yang sudah memiliki efek positif di beberapa negara, adalah sistem pengingat kepada ibu hamil untuk datang pada layanan antenatal dan agar anak diantar kembali untuk mendapatkan vaksinasi. Intervensi digital lainnya adalah alat pendukung informasi untuk memandu dokter dan petugas kesehatan lainnya, saat mereka menangani pasien. Selain itu, juga layanan digital yang memungkinkan pasien dan dokter untuk berkomunikasi dan berkonsultasi, tentang masalah kesehatan dari berbagai lokasi yang berbeda.

Penggunaan teknologi digital menawarkan peluang baru untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat, tetapi ada bukti tentang tantangan dalam dampak beberapa intervensi. Jika teknologi digital harus dipertahankan dan diintegrasikan ke dalam sistem kesehatan, mereka harus mampu menunjukkan perbaikan jangka panjang atas cara tradisional dalam memberikan layanan kesehatan.

Pedoman WHO ini menjelaskan kelebihan dalam meningkatkan keakuratan data manajemen stok obat dan alat kesehatan di sebuah RS. Teknologi digital memungkinkan petugas kesehatan untuk berkomunikasi secara lebih efisien, mengenai status stok obat dan alat kesehatan. Namun demikian, pemberitahuan saja tidak cukup untuk meningkatkan manajemen ketersediaan barang. Selain itu, sistem kesehatan juga harus merespons dan mengambil tindakan tepat waktu, untuk mengisi kembali ketersediaan obat dan alat kesehatan di RS yang dibutuhkan.

Dokter dan petugas kesehatan lainnya membutuhkan pelatihan yang memadai, untuk meningkatkan motivasi mereka, agar bersedia beralih ke cara kerja yang baru ini, dan mampu menggunakan teknologi tersebut dengan mudah. Pedoman ini menekankan pentingnya menyediakan lingkungan kerja yang mendukung untuk pelatihan, menangani infrastruktur koneksi internet yang tidak stabil, serta kebijakan untuk melindungi privasi pasien. Selain itu, juga tata kelola dan koordinasi untuk memastikan perangkat digital ini tidak terfragmentasi di seluruh sistem kesehatan.

Pedoman ini mendorong para dokter pembuat kebijakan dan pelaksana profesional layanan medis, untuk beradaptasi dengan kondisi ini. Dokter digital bukan peluru perak yang dapat mengatasi semua masalah dan WHO akan terus bekerja untuk memastikan penggunaannya seefektif mungkin. Ini berarti memastikan bahwa hal itu menambah nilai bagi dokter, petugas kesehatan dan pasien yang menggunakan teknologi ini, memperhitungkan keterbatasan infrastruktur yang memerlukan koordinasi secara tepat.

Pedoman ini juga membuat rekomendasi tentang telemedis, yang memungkinkan pasien yang tinggal di lokasi terpencil, agar mendapatkan layanan kesehatan dengan menggunakan ponsel, portal web, atau alat digital lainnya.

Metode ini adalah pelengkap yang penting untuk terjadinya interaksi atau tatap muka, tetapi tidak dapat menggantikan komunikasi dokter dengan pasien sepenuhnya. Penting juga dilakukan penjaminan, bahwa konsultasi dilakukan oleh dokter yang berkualifikasi dan bahwa privasi informasi kesehatan individu tetap dipertahankan.

Pedoman yang baru ini menekankan pentingnya menjangkau populasi yang rentan, dan memastikan bahwa layanan dokter digital tidak membahayakan mereka dengan cara apa pun (does not endanger them in any way).

WHO telah menggeluti bidang kesehatan digital ini selama bertahun-tahun, yaitu melalui pengembangan ‘eHealth Strategy Toolkit’ pada tahun 2012, yang diterbitkan dalam kolaborasi dengan ‘International Telecommunications Union’ (ITU).

Untuk mendukung semua pemerintah dalam pemantauan dan koordinasi investasi digital di negara mereka masing-masing, WHO telah mengembangkan ‘Digital Health Atlas’, sebuah repositori global online di mana para dokter dapat mendaftarkan kegiatan kesehatan digital mereka. WHO juga telah membangun kemitraan inovatif dengan ITU, seperti inisiatif ‘BeHe @ lthy’ dan ‘BeMobile’ untuk pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Selain itu, WHO juga telah merilis sejumlah sumber daya untuk memperkuat penelitian dan implementasi kesehatan digital, termasuk ‘mHealth Assessment and Planning for Scale (MAPS) toolkit’, sebuah buku pegangan untuk Pemantauan dan Evaluasi Kesehatan secara Digital, dan mekanisme untuk memanfaatkan intervensi kesehatan digital untuk mengakhiri TB atau tuberkuosis (to end TB).

Pada 6 Maret 2019 telah dibentuk Departemen Kesehatan Digital WHO, dalam mendukung semua negara anggota untuk memprioritaskan, mengintegrasikan, dan mengatur teknologi digital, untuk para dokter, petugas kesehatan lainnya, dan masyarakat luas.

Sudahkah kita bertindak bijak?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here