Kesadaran Keberagaman Harus Ditumbuhkan Sejak Kanak-kanak

0
3,519 views

Kesadaran bahwa Bangsa Indonesia memiliki keberagaman suku, agama, ras, dan golongan perlu ditumbuhkan sejak dini melalui pola pengasuhan dalam keluarga, kata Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Prof Budi Widianarko.

“Orang tua harus menumbuhkan kesadaran multikulturalisme ini kepada anak-anaknya sebab kesadaran ini perlu tertanam sejak kecil,” katanya usai talkshow bertajuk “Kontribusi Warga Tionghoa dalam Kebhinnekaan Jawa Tengah” di Semarang, Rabu.

Ia menjelaskan, kesadaran multikulturalisme dalam dirinya diperoleh dari ayahnya yang selalu menekankan bahwa perbedaan yang dimiliki Bangsa Indonesia tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk membeda-bedakan satu sama lain.

“Ketika kecil, saya pernah dimarahi ayah saya ketika mengadu usai berkelahi dengan anak-anak kampung (Jawa, red.), dan menjelaskan bahwa saya juga anak kampung, tidak berbeda dengan mereka yang berkelahi dengan saya,” katanya.

Kesadaran multikulturalisme yang ditumbuhkan di keluarganya, kata dia, tertanam sampai saat ini dan dilanjutkan dalam pola pengasuhan anak-anaknya untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan wawasan kebangsaan.

“Bagaimana caranya? Saya sekolahkan anak-anak ke sekolah negeri yang siswanya relatif lebih plural, minimal pada SD dan SMP. Selebihnya, setelah waktunya kuliah saya bebaskan mereka memilih perguruan tinggi,” katanya.

Mitos
Budi yang dikenal sebagai pakar ilmu lingkungan itu menjelaskan, selama ini masih saja ada mitos tentang etnis Tionghoa, seperti orangnya pasti kaya raya dan pasti menekuni bisnis atau usaha, padahal tidak sepenuhnya benar.

“Mitos-mitos seperti itu akhirnya justru membatasi ruang gerak masyarakat keturunan Tionghoa sendiri sebab, tidak seluruhnya senang berdagang dan kenyataannya memang tidak semuanya terjun menekuni bisnis,” katanya.

Namun, Budi menjelaskan, segregasi (pemisahan kelompok) untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memang tidak sedahsyat pada bidang sosial dan ekonomi, dan kesadaran masyarakat terkait multikulturalisme saat ini sudah semakin bagus.

Sementara itu, Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Prof Pdt. John Titaley menjelaskan, kontribusi masyarakat keturunan Tionghoa dalam sejarah Indonesia sebenarnya sangat besar dan tidak boleh dilupakan.

“Bukan hanya dalam segi ekonomi, namun intelektual dan budaya juga. Coba lihat kebudayaan-kebudayaan tradisional Indonesia, misalnya di Jawa, kebanyakan ada perpaduan dengan kebudayaan China,” katanya.

Karena itu, kata guru besar ilmu teologi itu, pemerintah harus menciptakan suasana keterbukaan di tengah masyarakat dan mengelola secara baik keanekaragaman yang dimiliki masyarakat Indonesia, salah satunya melalui regulasi yang mendukung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here