Lentera Keluarga – Discernment dalam Konflik

0
327 views

Tahun A-2. Pekan Biasa VII
Senin,  24 Februari 2020.
Bacaan:  Yak 3:13-18; Mzm 19:8.9.10.15; Mrk 9:14-29.

Renungan:

DENGAN berkembangnya komunitas kristen, Yakobus berhadapan dengan jemaat yang nampaknya berkonflik untuk mencari kebenaran, entah itu berkaitan dengan kebenaran iman ataupun posisi dalam jemaat. Yakobus melihat sumber konflik itu sebagai rasa iri dan memegahkan diri. Maka Yakobus mengatakan “sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan yang jahat.” Orang seperti itu tidak hidup dari hikmat. Karena hikmat itu pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasih dan buah-buah yang baik; tidak memihak dan tidak munafik. 

Tantangan terbesar orang kristen dalam pelayanan bukanlah sulit dan sukarnya pelayanan itu, tetapi terutama adalah konflik internal di antara para anggota dan pemuka jemaat. Tugas gembala kadang lebih tersita dalam mengurusi konflik daripada mengurusi pelayanan; terlebih lagi jika konflik itu menyertakan orang-orang yang tidak sungguh paham duduk perkaranya dan hanya mengandalkan kedekatan relasi dan meggoreng opini-opini. Yakobus mengantar jemaat untuk discernment diri sebelum menilai. Apakah di situ kita mencari kebenaran obyekif ataukah kita didorong oleh rasa iri dan memegahkan diri? Hikmat Allah mengajar kita untuk berpikir obyektif. Dan hikmat mengajarkan kita bahwa buah dari discernment obyektif dan keinginan itu akan teruwujud dalam perjalanan hidup orang. Tuhan dan gereja adalah lembaga kudus,  dan Tuhan mengenal orang dari hatinya yang paling dalam. Ketidakkudusan tidak akan bertahan di dalam rancangan Tuhan dan menjadi bumerang bagi hidup sendiri. Sebaliknya kebenaran dan kekudusan itu akan semakin gemilang, jika diperjuangkan dengan jujur, pendamai, belas kasih dan baik. Maka janganlah kehilangan kejernihan hati, ketulusan, sikap tanpa pamrih dan kedamaian ketika kita berhadapan dengan konflik di dalam jemaat. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana Yakobus prihatin kepada situasi jemaat dan mengingatkan jemaat untuk hidup di dalam hikmat yang sejati.

Refleksi:

Bagaimanakah sikapku berhadapan dengan situasi konflik dalam jemaat? Apakah aku mencari hikmat Allah dan berpikiran jernih, dan tulus hati lepas dalam menilai?

Doa: 

Ya Bapa, di tengah konflik, ajarilah kami untuk mempunyai hati yang jernih, jujur, tulus, tanpa pamrih dan kedamaian hati; supaya kami dalam menangkap hikmat kebenaranMu. 

Perutusan:

Bersihkan hati, pikiran dan keinginan pribadi anda dan carilah hikmat Allah ketika anda menghadapi situasi konflik dalam jemaat ataupun 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here