Membumikan “Duc in Altum”, Sambut 70 Th Karya Misi OSA di Keuskupan Ketapang (1)

0
620 views
Kronik sejarah OSA - para suster suster Indonesia generasi pertama bersama para suster misionaris Belanda: Dok OSA-Repro MH

PROMOSI  panggilan dalam rangka menyambut perayaan 70 tahun Karya Misi Kongregasi Suster Santo Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA) di Keuskupan Ketapang, Kalbar, tahun 2019 ini mengambil tema “Duc in Altum”.

Arti istilah ini adalah “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam” (Luk 5:4). Dari situ diambil sub-tema yakni  “Mengikuti panggilan Allah dalam Keheningan” (Luk 5:1-11).

Kami berharap Promosi Panggilan ini bisa dihadiri oleh segenap tarekat religius imam, suster, bruder, dan imam diosesan yang berkarya di Keuskupan Ketapang.

Bersama Mgr. Sillekens CP, para suster Kongregasi OSA perintis karya awal di Indonesia – khususnya di wilayah Keuskupan Ketapang, Kalbar sekarang.

Pengantar

Syukur kepada Allah yang telah menyelenggarakan semua ini dengan kekuatan-Nya yang maha dahsyat, sehingga karya misi para suster OSA dapat terlaksana, tumbuh, dan berkembang di Keuskupan Ketapang.

Ini terjadi  sejak tahun 1949 hingga 2019 sekarang ini. Keberadaan Kongregasi Suster OSA di Keuskupan Ketapang kini telah genap mencapai umur lansia manusia: 70 tahun.

Para Novis OSA dalam suatu kurun waktu di masa pendidikan dasar mereka sebagai calon suster biarawati OSA di Novisiat — Dok. OSA-Repro MH.
Para suster OSA di depan bangunan Kapel Biara Induk Kongegasi Suster St. Augustinus dari Kerahiman Allah atau biasa disebut OSA.

Saudara-saudari, pemuda dan pemudi Keuskupan Ketapang yang terkasih.

Kita patut bersyukur, kita masih dapat menikmati karya kerasulan para suster OSA hingga sekarang ini. Karya kerasulan para suster OSA  itu terjadi di beberapa bidang layanan:

  • Pendidikan formal persekolahan dan asrama.
  • Kesehatan: poliklinik, rumah sakit.
  • Pastoral.
  • Katekese iman.
Suster OSA melakukan karya pendidikan formal untuk pencerdasan anak-anak bangsa — Dok. Kongregasi OSA Ketapang repro by MH.
Karya pendidikan untuk anak-anak usia dini juga menjadi perhatian para suster OSA.
Karya pastoral suster OSA di kalangan anak-anak muda di Keuskupan Ketapang, Kalbar: Dok OSA – Repro MH.
Bahkan di Negeri Belanda dan Belgia pun, karya pendidikan dan kesehatan tetap menjadi perhatian para suster OSA.

Kita bangga dan percaya, para suster OSA itu telah melakukan semua karya pelayanan ini dengan semangat cinta kasih Kristus yang memampukan kita bisa sungguh menjadi manusia seutuhnya berbekal iman dan ilmu yang mumpuni.

Menemukan warisan leluhur

Sahabat-sahabat muda yang terkasih.

Saat orangtua mulai lanjut umurnya, kita tahu bahwa di pundak kitalah warisan karya-karya baik itu harus  senantiasa kita teruskan.

Karena itu marilah kita bersedia “bertolak lebih dalam lagi” untuk mencari dan menemukan nilai-nilai baik dari warisan leluhur yang masih tersimpan di suatu tempat, masa, suasana.  Dan itu bisa berupa kebiasaan, ide/gagasan, pola kebijakan, dan lainnya yang belum sempat kita raih.

Mengapa ini perlu kita lakukan? Tiada lain agar semua yang baik sebagai warisan leluhur itu bisa  menjadi milik kita seutuhnya.

Ilustrasi: Menjala ikan (Mathias Hariyadi)

Latar belakang teks

Sahabat-sahabat muda yang terkasih.

esuai dengan tema kita hari ini “Bertolaklah ke Tempat yang Lebih Dalam” atau dalam bahasa LatinnyaDuc in Altum (Luk 5:4), maka saya ingin mengajak anda sekalian untuk terlebih dahulu menyimak teks dan konteks di mana teks perikop Injil atau seruan ini ada.

Kalau kita membaca pada Injil Lukas pasal 5:1-11, maka  kita temukan sebuah kisah perjumpaan antara Yesus dengan para nelayan.

Kita tahu bahwa Yesus bukanlah anggota kelompok para nelayan. Ia  datang dari daerah pedalaman atau “hulu” dalam istilah kita; dengan latarbelakang berasal dari keluarga  tukang kayu.

Tetapi tampaknya Yesus cukup kenal  orang-orang di pesisir pantai itu: kelompok para nelayan. Bisa jadi juga, mereka itu sudah saling pernah bertemu, saling kenal dan karenanya  Yesus diterima  sangat baik di situ.

Para gadis muda ini bersiap diri ingin menjalani hidup bakti sebagai calon suster biarawati OSA dalam sebuah acara penerimaan busana biara — Dok OSA-Repro MH.

Pertemuan Yesus dengan kelompok nelayan itu bisa jadi terjadi pada pagi hari.  Itu karena  para nelayan itu yang bernama Petrus, Yakobus, Yohanes dan yang lainnya itu biasanya lego jangkar dan menyandarkan perahunya di bibir danau, setelah semalaman pergi ke tengah danau untuk menangkap ikan di malam hari.

Usai bekerja sepanjang malam, barulah esok hari mereka “mendarat” di bibir perairan danau untuk berkemas pulang sembari membawa hasil tangkapan ikan.

Tapi, sudah semalaman bekerja keras menangkap ikan, ternyata hasilnya nihil. Sudah waktunya harus segera pulang, namun kerja semalaman ternyata  tidak berhasil membawa satu ekor ikan.

Suster muda OSA siap menjalani hidup sebagai calon Novis dan suster lainnya mengucapkan kaulnya — Dok OSA -Repro MH

Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam

Perjumpaan Yesus dengan kelompok para nelayan itu dibangun dengan latarbelakang  sangat kontras.

Usai  Yesus bicara berkotbah di hadapan ribuan orang dan kemudian bertemu dengan kelompok nelayan ini, maka Ia lalu menyuruh Simon (yang kemudian disebut Petrus) untuk “bertolak lebih dalam” ke perairan danau.

Pastilah, Simon bereaksi sangat bingung, heran, sekaligus ragu dan kesal. Jawaban Simon mengkonfirmasi hal itu.“Guru, kami sudah kerja sepanjang malam,” katanya.

Di danau itu tidak ada ikan yang berhasil mereka tangkap.

Kronik sejarah OSA.
Kronik sejarah OSA: daftar para suster OSA.

Bisa kita bayangkan kondisi emosional para nelayan tersebut saat itu. Setelah semalaman bergelut melawan deru ombak, angin dingin, badan basah oleh keringat karena harus  menarik jaring atau pukat plus rasa capai dan menahan kantuk yang hebat, kini di tengah suasana lapar dan harus, tiba-tiba oleh Yesus disuruh berbalik melaut.

Ini sudah waktunnya harus pulang,  namun tidak sukses membawa pulang ikan sehingga hari itu juga tida ada barang dagangan yang bisa dijual. Kira-kira apa yang akan terjadi?  Di rumah mereka bisa didamprat isteri dan anak-anak yang sedari malam sudah berharap bisa membawa pulang hasil tangkapan ikan.

Kronik sejarah OSA.

Percaya atas dasar iman

Walau demikian, rupanya Simon tetap mau mengikuti perintah Yesus, Sang Guru.

Mengapa demikian? Ini tentu bukan tindakan rasional Simon, karena dia tahu bahwa Yesus itu bukan‘nelayan, melainkan tukang kayu. Tentu ada alasan lain yang membuat Simon mau ikut perintah Yesus.

Taat atas dasar iman

Rekan kaum muda yang budiman.

Pastilaj ada alasan lain yang membuat Simon mau mengikuti perintah Guru. Itu tak lain adalah ketaatan atas dasar iman.

  • Simon mau percaya dan melakukan apa yang dikatakan Yesus, lantaran dia pernah melihat sebelumnya mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus.
  • Simon juga pernah melihat Yesus mengajar sebagai Guru yang cerdas dan penuh wibawa.
  • Ketaatan atas dasar iman itu diungkapkan oleh Simon yang kemudian berkata demikian: “Tetapi atas perintah-Mu, aku akan menebarkan jala.”
Suster misionaris OSA dari Negeri Belanda berpamitan dari Indonesia untuk segera pulang kembali ke Nederland, anah kelahirannya.

Apa yang terjadi sesudah itu?

  • Mereka sukses menangkap ikan dalam jumlah sangat banyak sampai perahu mereka hampir tenggelam.
  • Ada hasil yang luar biasa karena percaya dan taat.

Petrus dan kawan-kawannya di akhir kisah ini kita ketahui, mereka segera meninggalkan segala yang mereka miliki sebagai nelayan dan melakukan tugas baru sebagai ‘penjala manusia’. (Bersambung)

Kronik sejarah OSA: para suster misionaris OSA dari Belanda berpamitan dari Ketapang untuk kembali ke tanah kelahirannya di Nederland setelah 24 tahun berkarya di Tanah Misi: Keuskupan Ketapang, Kalbar.
Kronik sejarah OSA – Logo perayaan misi OSA kurun waktu tahun 1949-2003.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here