Menghadapi Kesulitan Hidup dengan Iman

0
1,002 views
Ilustrasi: Vikaris Apostolik Ketapang Mgr. Gabriel Wilhemus Sillekens CP bersama rekan memperlihatkan lahan tanah tempat di mana biara OSA akan segera dibangun di Jl Pal (kini Jl. Jenderal Sudiman) di Kota Ketapang. (Dok CP/OSA -Repro MH)

APA yang terjadi ketika Anda menghadapi kesulitan-kesulitan yang mendera hidup Anda? Anda melarikan diri atau Anda menghadapai kesulitan-kesulitan itu dengan penuh iman?

Suatu hari, seorang anak perempuan mengeluh kepada ayahnya bahwa hidupnya sengsara dan dia tidak tahu bagaimana dia akan berhasil.

Dia lelah berjuang dan berjuang sepanjang waktu. Tampaknya hanya salah satu dari masalahnya yang dapat ia selesaikan, kemudian masalah yang lainnya segera menyusul untuk dapat diselesaikan.

Ayahnya yang seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air dan menaruhnya di atas api yang besar.

Setelah tiga panci tersebut mulai mendidih, ia memasukkan beberapa kentang ke dalam sebuah panci, beberapa telur di panci kedua, dan beberapa biji kopi di panci ketiga.

Kemudian ia duduk dan membiarkan ketiga panci tersebut di atas kompor, agar mendidih. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada putrinya yang mengeluh dan tidak sabar menunggu. Ia bertanya-tanya, apa yang telah ayahnya lakukan.

Setelah dua puluh menit, sang ayah mematikan kompor. Ia mengambil kentang dari panci dan menempatkannya ke dalam mangkuk.

Ia mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk. Kemudian ia menyendok kopi dan meletakkannya ke dalam cangkir.

Lalu ia beralih menatap putrinya. Ia bertanya, “Nak, apa yang kamu lihat?”

Putrinya buru-buru menjawab, “Kentang, telur, dan kopi.”

Ayahnya bertanya, “Lihat lebih dekat dan sentuh kentang ini.”

Putrinya melakukan apa yang diminta oleh ayahnya dan mencatat di dalam otaknya bahwa kentang itu lembut. Kemudian sang ayah memintanya untuk mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapatkan sebuah telur rebus. Akhirnya, sang ayah memintanya untuk mencicipi kopi. Aroma kopi yang kaya membuatnya tersenyum.

Ia bertanya kepada ayahnya, “Ayah, apa artinya semua ini?”

Sang ayah menjelaskan bahwa kentang, telur dan biji kopi masing-masing telah menghadapi kesulitan yang sama, yaitu berada di air mendidih. Namun, masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Kentang itu kuat dan keras.

Namun ketika dimasukkan ke dalam air mendidih, kentang menjadi lunak dan lemah. Telur yang rapuh, dengan kulit luar tipis melindungi bagian dalam telur yang cair sampai dimasukkan ke dalam air mendidih. Bagian dalam telur menjadi keras.

Namun, biji kopi yang paling unik. Setelah biji kopi terkena air mendidih, biji kopi mengubah air dan menciptakan sesuatu yang baru.

Sang ayah bertanya, “Kamu termasuk yang mana, nak? Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana caramu dalam menghadapinya?

Apakah kamu adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?”

Jangan mengeluh

Banyak hal terjadi di sekitar kita. ada pengalaman menyenangkan, namun ada juga pengalaman yang menyedihkan. Tidak semua orang bisa menghadapi pengalaman-pengalaman yang menyedihkan.

Ada yang pasrah saja. Ada yang bergegas mencari solusi.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk berusaha menyelesaikan persoalan hidup kita dengan tidak mengeluh. Orang yang mengeluh sering tidak menampakkan iman yang mendalam.

Orang yang mengeluh cenderung menyalahkan hal-hal yang ada di luar dirinya. Seolah-olah hal-hal yang ada di luar dirinya itu menjadi penyebab utama persoalan yang dihadapinya.

Karena itu, kita mesti meningkatkan kemampuan diri kita untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup ini.

Kita mesti berani menyelesaikannya, agar kita tidak perlu mengeluh tentang kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here