Mgr. Pius Riana Prapdi: Suster OSA, Guru Sejati di Wilayah Pastoral Keuskupan Ketapang (4)

0
705 views
Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi memimpin Perayaan Ekaristi memperingati 25 tahun Kongregasi Suster OSA mandiri di Indonesia. Perayaan ini berlangsung di Agustinian Spiritual Center di Kompleks Biara Pusat OSA di Kota Ketapang, Kalbar. (Petrus Kanisius/Paroki Katedral Ketapang)

PELAYANAN para suster biarawati anggota Kongregasi Suster Santo Augustinus dari Kerahiman Allah –biasa disebut Suster-suster Agustinian atau OSA–  khususnya di bidang pendidikan formal di wilayah Keuskupan Ketapang, Kalimantan Barat, boleh dibilang  telah melintasi perjalanan zaman dan tantangan.

Para Suster OSA itu termasuk kelompok perintis awal karya pendidikan formal bagi anak-anak Dayak pedalaman.

Para Suster OSA adalah pribadi-pribadi yang memiliki karakter kuat dan komitmen teguh, sehingga mereka itu menjadi mampu bisa mengubah para murid yang nota bene awalnya hanyalah anak-anak pedalaman hingga di kemudian hari bisa menjadi orang-orang  yang berpendidikan.

Mengenal Kongregasi Suster St. Augustinus (OSA) Ketapang: Misi Pendidikan Anak Dayak Pedalaman (1)

Bagaikan nugal

Para Suster OSA itu bagaikan kumpulan nugal di tanah gambut.

Artinya, mereka itu telah menabur benih-benih kehidupan di tanah subur yang penuh tantangan. Namun, mereka mampu dan berhasil mendidik anak-anak yang polos dan jujur itu dengan bekal  rahmat Kerahiman Ilahi.

Ketulusan dan pelayanan para Suster-suster OSA ini telah teruji oleh medan perjuangan dan perubahan zaman.

Berbagai kisah sukses tentang anak-anak pedalaman yang kini sudah ‘menjadi orang’ di banyak tempat di Indonesia merupakan hasil nyata karya para Suster OSA di Ketapang tersebut.

Itu juga dengan amat jelas memperlihatkan, para Suster OSA pendidik anak-anak pedalaman yang kini ‘sudah menjadi orang’ itu memang nyata-nyata telah hadir sebagai pribadi-pribadi yang tangguh dan tahan uji.

Memberi inapan dan keteduhan

Para Suster OSA itu mendidik anak-anak pedalaman dengan juga memberi keteduhan dan suasana adem, penuh harapan. Mereka menyemai  angan besar akan masa depan  yang lebih menjanjikan di jiwa dan hati segenap generasi anak muda di Keuskupan Ketapang.

Peluh dan air mata mereka itu bagaikan pupuk yang kemudian bisa menyuburkan keteladan mereka dalam karya pengabdian khususnya di bidang pendidikan formal.

Gedung Auditorium, Cara Suster OSA Tingkatkan Fasilitas Penunjang Belajar Mengajar di Ketapang (2)

Para Suster OSA itu mampu menghadirkan lagi semangat nyata yang pernah dikobarkan tokoh pendidikan nasional  Ki Hajar Dewantara. Semangat teladan itu berbunyi “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani” yang berarti “Di depan memberi teladan, di tengah memberdayakan, di belakang meneguhkan.”

Guru sejati

Dengan demikian,  kehadiran para Suster OSA di wilayah pastoral Keuskupan Ketapang di Kalimantan Barat ini sungguh sebagai pendidik. Mereka itu benar-benar guru sejati.

Kata ‘guru’ berasal dari bahasa Sanskerta. Kata “Gu” berarti kegelapan dan “Ru” berarti mengusir.

Maka ‘guru’ sebenarnya adalah ‘pengusir kegelapan’ yang mampu menjadikan orang ‘buta ilmu pengetahuan’ kemudian menjadi melek, memampukan orang yang sebelumnya  tidak tahu apa-apa menjadi berpengetahuan sehingga para murid hasil didikan para guru Suster OSA itu bisa mendapatkan peluang untuk maju dan berkembang.

Mari Kita Bantu Kongregasi Suster OSA di Ketapang Selesaikan Pembangunan Auditorium (3)

Dukungan doa, perhatian, dan dana dari semua pihak jelas akan sangat berguna.

Semua itu akan bermanfaat mendukung kiprah nyata para Suster OSA untuk bersama-sama dengan segenap pemangku kepentingan bisa  memajukan Ketapang melalui pendidikan formal yang berkualitas.

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here