Misa Syukur Tahun Baru PWKI, Wartakan Kebenaran dengan Kreatif dan Berani (1)

0
266 views
Ilustrasi: (Mathias Hariyadi)

ISTILAH “jurnalisme” berasal dari kata bahasa Perancis journal yang kalau dirunut bersumber dari kata bahasa Latin diurna yang artinya harian. Sejarah jurnalisme modern bisa dilacak dengan terbitnya Acta Diurna pada abad 59 Sebelum Masehi.

Acta Diurna dipercayai oleh sejarawan sebagai koran pertama di dunia; diperkenalkan pada zaman Romawi kuno di bawah pemerintahan Julius Caesar.

Acta Diurna atau dikenal juga sebagai Acta Publica ini digunakan sebagai media publikasi resmi pemerintah; ditempatkan pada papan putih di ruang publik yang kemudian dinamai Album.

Acta Diurna atau biasa disingkat Diurna berisi pengumuman dekrit, berita pengadilan, pemberitahuan kelahiran, pernikahan dan kematian. Sebagian memang mencerminkan isi media massa sampai saat ini.

Tugas mulia wartawan: mewartakan kebenaran

Jurnalis atau wartawan adalah pihak yang membuat publikasi dan memiliki tugas mulia mewartakan kebenaran.

Romo Paulus Christian Siswantoko Pr, Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI, menyampaikan paparan homili kepada umat PWKI yang menghadiri Perayaan Ekaristi. (Mathias Hariyadi)

Romo Paulus Christian Siswantoko Pr mengingatkan esensi jurnalisme itu dalam homilinya saat Misa Syukur Tahun Baru 2020 Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI), Jumat malam 17 Januari 2020.

Lokasi perayaan kali ini mengulangi apa yang terjadi Januari 2019 lalu, yakni Gedung Lemhannas di Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat,

Romo Siswantoko yang akrab disapa Romo Koko hadir bersama Romo Antonio Steven Lalu Pr, dua pejabat KWI yang ramah dan hangat.

Romo Koko kini menjabat Sekretaris Komisi Kerasulan Awam KWI. Sedangkan Romo Steven Lalu Pr mulai Agustus 2019 mengemban tugas menjadi Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial KWI.

Keduanya diundang PWKI untuk memimpin misa syukur bersama sekitar 40 wartawan Katolik yang memenuhi sebuah ruangan di lantai 3 gedung tempat para calon pemimpin bangsa ini menerima masukan dan pemikiran tentang ketahanan bangsa.

Profesi berisiko

Romo Koko mengingatkan agar para wartawan berhati-hati dalam menjalankan tugasnya. Itu karena profesi wartawan sering kali juga mengandung risiko. Contohnya terjadi pada sosok wartawan bernama Fuad Muhammad Syafruddin yang akrab dipanggil Udin, wartawan Harian Bernas di Yogyakarta.

Udin meninggal dunia lantaran dianiaya orang tak dikenal pada 16 Agustus 1996, ketika umurnya masih sangat muda yakni 32 tahun. Kematian Udin ditengarai lantaran keberaniannya menulis kritik pedas terhadap pemerintah Kabupaten Bantul saat itu.

Renny, anggota PWKI dari UCANews, bertugas membaca kutipan Perjanjian Baru. (Mathias Hariyadi)

Anggota PWKI dalam kapasitasnya sebagai wartawan, demikian imam diosesan Keuskupan Purwokerto, harus selalau membawa semangat Kristus dalam penugasannya sehari-hari.

“Jangan hanya sekedar menjadi wartawan umum, padahal di situ ada huruf K “Katolik” yang melekat padanya,” tegas Romo Koko yang pernah mengemban tugas sebagai Sekretaris Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoran Migran Perantau KWI ini.

Perlu kreatifitas

Menyambung homili Romo Koko, Romo Steven Lalu Pr lalu menghubungkan nasihat injili itu dengan bacaan hari Jumat lalu itu. Kutipan Injil Matius 2:1-12 bicara tentang peristiwa Yesus menyembuhkan orang lumpuh.

Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI sekaligus Ketua Signis Indonesia: Romo Antonio Steven Lalu Pr dari Keuskupan Manado. (Mathias Hariyadi)

Pejabat anyar di KWI yang murah senyum ini lalu merujuk tugas wartawan dalam mengungkap kebenaran ke masyarakat. Tugas mewartakan kebenaran yang diemban para wartawan –apalagi yang Katolik— sungguh perlu kreatifitas.

“Ini seperti halnya orang-orang yang kreatif dan berani membongkar atap agar bisa mereka menurunkan orang lumpuh ke hadapan Yesus. Kreatifitas yang juga disertai kerendahan hati untuk menerima masukan dan mau terus belajar itulah yang kira-kira mesti menjadi semangat kerja para wartawan. Tentu juga harus disertai keberanian menghadapi risiko yang mungkin menghadang,” ungkap Romo Steven Lalu Pr.

Perayaan Ekaristi bersama PWKI dengan Romo PC Siswantoko Pr dan Romo Antonio Steven Lalu Pr. (Mathias Hariyadi)

Imam diosesan Keuskupan Manado sekaligus Ketua Signis Indonesia ini sangat menghargai undangan PWKI menghadiri acara yang baru pertama kali dia hadiri.

Master Teologi Komunikasi alumnus Universitas Santa Croce di Roma ini mendoakan agar perayaan syukur PWKI tetap bisa terselenggara pada tahun-tahun mendatang.

Selesai misa syukur, acara perayaan Tahun Baru PWKI dengan tema “Mewujudkan Persatuan Indonesia dengan Kehendak Baik” ini lalu berlanjut di aula lantai 1 Gedung Lemhannas.

Acara ramah tamah bersama PWKI ini dihadiri oleh para tamu undangan antara lain Ketua KPK Komjen Pol Firli Bahuri, Wagub Lemhannas Marsdya TNI Wieko Syofyan, Kepala BNN Komjen Pol Heru Winarko, Sekjen Kominfo Rosarita Niken Widiastuti, Pangdam Jaya Mayjen TNI Eko Margiono, Waka Bais Mayjen TNI Handy Geniardi, Mayjen TNI Ilyas Alamsyah dari Universitas Pertahanan, Dirdok Kodiklat TNI Brigjen TNI (Mar) Hasanuddin, Kolonel Laut (P) Yoos Suryono Hadi mewakili Gubernur AAL Laskda TNI Edi Sucipto, dan Mayjen TNI Ivan Pelealu dari Lemhannas RI.

Ikut hadir juga sejumlah alumni Lemhannas PPSA XXI di antaranya Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar, Lina SE, Arriestyanto Nugroho, dr Ratna. Dari kalangan pengusaha ikut hadir Ketua Umum KADIN Babel Tjomas Jusman, Billyani Tania, dan Maya Damayanti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here