Pastor Tentara Ikuti International Course for Formation of Catholic Military Chaplain to Humanitarian Law di Vatikan

0
862 views
Romo Letkol AU Yos "Yote" Bintoro Pr mengikuti International Course for Formation of Catholic Military Chaplain to Humanitarian Law di Vatikan di Vatikan, akhir Oktober 2019. (Ist)

Pengantar Redaksi

PADA tanggal 29-31 Oktober 2019 lalu berlangsunglah kegiatan yang resminya bernama International Course for Formation of Catholic Military Chaplain to Humanitarian International Law yang berlangsung di Vatikan. Romo Yosaphat “Yote” Bintoro Pr, Wakil Uskup untuk Ordinariat Militer TNI-Polri Indonesia mengikuti kegiatan ini.

Selain mengikuti sesi pertemuan resmi, Romo Yos “Yote” Bintoro bersama rombongan peserta konferensi juga mengadakan audiensi dengan Paus Fransiskus di Vatikan.

Romo Yos Bintoro Pr adalah imam diosesan Keuskupan Agung Jakarta.

Sebagai imam, Romo Yote Pr dari Paroki Blok B Jakarta ini mengikuti pendidikan militer penuh di Akademi Angkatan Udara (AAU) dan setelah diwisuda sebagai “tentara beneran” dengan pangkat letnan dua, ia berkarya sebagai pembimbing rohani untuk para “Karbol” (sebutan untuk para taruna militer di AAU Yogyakarta) dan lingkungan para tentara AU di Akademi Angkatan Udara.

Berikut ini catatan refleksi Romo Yos “Yote” Bintoro Pr saat mengikuti acara di Vatikan beberapa pekan lalu.

Pendahuluan

Pesan Paus Fransiskus dalam audiensi umum di Hari Minggu Perayaan Pentakosta, 9 Juni 2019 menyatakan sebagai berikut: Gereja adalah ‘rumah sakit lapangan’ (battle field hospital) yang menampung dan memberi dukungan orang-orang yang paling lemah, serta menghidupkan pengharapan akan kasih ilahi. 

Bapa Suci amat menaruh perhatian besar dan menganggap penting bagi dunia saat ini, selain kerusakan lingkungan, pengungsi dan mereka yang ada di penjara.  

Itulah panggilan rasuli di mana bentuk pelayanan dewasa ini mengarahkan murid-murid Kristus tertarik pada orang-orang yang menderita penyakit dan kelemahan, serta menghadirkan kasih Kristus dalam tindakannya. 

Dan dalam menghadapi segala tantangan dan risiko perbuatan kasih “ketaatan pada Tuhan adalah kekuatan utama dan bukan mengandalkan pada kekuatan yang ada pada manusia itu sendiri.”   

Senada dengan gaung Bapa Suci Fransiskus, pertemuan pembinaan para Perwira Rohani Katolik beserta para Uskup yang berkarya di lingkungan militer,diadakan dari tanggal 29-31 Oktober 2019 bertempat di Balai Sidang Institut Patristik Agustinianum, Vatican City. 

Pada pertemuan kali ini pembahasan lebih difokuskan pada pelaksanaan implementatif Hukum Humaniter (Hukum Perang-Konvensi Jenewa, 12 Agustus 1949) di setiap negara-negara yang tergabung dalam Keuskupan Militer (Ordinariate Casterensis) sedunia yang kini telah beranggotakan 41 negara. 

Kehadiran pelayan-pelayan Kristus dalam dunia kemiliteran adalah sebuah panggilan sekaligus penutusan untuk memberi pelayanan terdepan di tengah kompleksitas pelayanan rohani personil militer dan setiap orang berhubungan dengan mereka untuk berjuang memastikan berlaku dan diterapkannya prinsip-prinsip penegakan hak-hak asasi manusia.    

Pelayanan ini sungguh memberi makna dalam bagi pemuliaan manusia di mana para pelayan-pelayan Kristus berada dekat dengan personel militer yang berada di garis depan (menghadapi kemungkinan) terjadinya konflik, atau mempersiapkan kaum bersenjata bersama keluarganya memiliki keteguhan menghadapi penugasan dengan tetap mengedepankan kesadaran pada cinta kasih universal yang mendekatkan sesama manusia, tanpa memandang ras, suku, kebangsaan, budaya dan juga agama.  

Pesan ini yang secara tegas disampaikan Bapa Suci Fransiskus saat audiensi di hadapan seluruh peserta kursus  Hukum Kemanusiaan Internasional kepada Para Perwira Rohani sedunia.

Pertemuan bertajuk The Fifth International Course for The Formation of Catholic Military Chaplains to International Humanitarian Law diikuti oleh tidak kurang perwakilan 25 negara-negara:

  • 41 negara yang memiliki Keuskupan Militer di seluruh dunia;
  • 22 orang uskup militer;
  • 60 lebih imam militer;
  • 30 awam Katolik lebih yang terdiri dari militer aktif, perwakilan lembaga-lembaga di bawah Kepausan (Departemen Kepausan bagi Penginjilan Bangsa-Bangsa -Propaganda Fidei,  Departemen Kepausan Urusan Promosi Pembangunan Manusia Integral, Kongregasi Para Uskup Kuria Roma), para akademisi (Universitas Bologna, Universitas Roma Tre);
  • Para nggota organisasi-organisasi internasional yang bergerak di bidang kemanusiaan dan hak-hak asasi manusia. Antara lain ICRC, Palang Merah Internasional, AMI, Apostolate Militaire International  yang dengan tekun membahas isu-isu terkini dalam karya kerasulan di dunia militer, kepolisian, dan angkatan bersenjata dalam berbagai bentuknya di negara-negara peserta. 

Negara asal peserta sangat beragam.

  • Dari Afrika Selatan, Kenya, Pantai Gading hingga Kongo mewakili Benua Afrika. 
  • Dari Benua Amerika dihadiri Kanada, AS, hingga Uruguay, Peru, Argentina, Bolivia, Republik Dominika, dan Guatemala. Dari benua Eropa hadir utusan Kerajaan Inggris, Belanda, Belgia, Swiss, dan Italia.
  • Sedangkan dari Gereja Ritus Timur hadir perwakilan Ukraina dan Armenia.
  • Perwakilan Benua Asia ada tiga negara: Filipina, Korea Selatan, dan Indonesia.

Selain itu di akhir acara penutupan dan saat beraudiensi dengan Bapa Suci Fransiskus beberapa tamu dari Korps Diplomatik beberapa negara tampak hadir. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here