Rekoleksi 29 Tarekat Religius di Forum Kerjasama Religius Kalbar (FKRK): Merumuskan Tantangan Panggilan dan Kiat Mengatasinya

0
1,036 views
Ilustrasi: FKRK Mei 2019 - Menjadi religius yang murah senyum dan bahagia nampak dalam aksi para suster dan frater lintas tarekat pada kesempatan rekoleksi bersama para anggota religus yang tergabung di kelompok Forum Kerjasama Religius Kalbar atau FKRK. (Sr. Maria Seba SFIC)


“APAKAH sekarang ini, panggilan hidup bakti dengan menjadi imam, bruder dan suster zaman now masih tetap laku dan laris manis?

Pertanyaan ini mengemuka, karena pasokan mengisi pos-pos hidup bakti dari Umat Katolik saat ini masih saja sebagian besarnya berasal dari kalangan anak-anak muda kategori Generasi Millenial.

Pertanyaan itu menjadi bahan diskusi dalam rekoleksi kaum religius lintas tarekat di Keuskupan Agung Pontianak yang tergabung dalam Forum Kerjasama Religius Kalbar (FKRK).

Rekoleksi bersama ini terjadi pada hari Sabtu, 11 Mei 2019.

Rekoleksi setengah hari itu merupakan salah satu dari ragam rangkaian kegiatan Ekspo Panggilan dalam rangka menyambut Hari Minggu Panggilan Sedunia ke-56 di Paroki St. Yosef Katedral Pontianak selama tiga hari dari tanggal 10-12 Mei 2019.

Fenomena global

Menyikapi fenomena menurunnya jumlah panggilan hidup membiara secara global di Indonesia, khususnya di Keuskupan Agung Pontianak yang cukup signifikan saat ini, maka Forum Kerjasama Religius Kalimantan Barat (FKRK) lantas punya prakarsa.

????????????????????????????????????

Dari forum persaudaraan komunikasi antarkaum religius di Kalbar inilah lalu lahir inisiatif dengan mengundang narasumber Romo Dr. Mateus Mali CSsR, dosen teologi moral Fakultas Teologi Sanata Dharma Yogyakarta.

Ia didapuk tampil memberi rekoleksi dengan mengusung tema “Tantangan Religius di Era Millenial”.

Mencari strategi baru

Inilah salah satu metode dan terobosan yang terus-menerus dilakukan agar pesona hidup membiara tetap eksis dan menarik bagi Generasi Millenial.

Bagaimana menemukan ‘strategi’ jitu guna membetot atensi generasi zaman now ini agar satu-dua di antara mereka mengikuti ‘jejak’ menjadi pewarta iman sebagai imam, bruder, dan suster.

Dalam bahasan materinya, pastor Kongregasi Imam-imam Sang Penebus yang akrab disapa Romo Mali ini memberi pandangan berikut ini.

Tantangan hidup membiara di era millenial ini cukup besar. Terutama ketika berhadapan dengan generasi yang lahir di era tercanggih teknologi dan internet yang semakin masif. Apalagi, kaum millenial ini mengganggap smart phone adalah denyut nadi hidup mereka.

FKRK Mei 2019 – Para suster baik senior, yunior, postulan, dan novis dengan sangat antusias mengikuti rekoleksi.
FKRK Mei 2019 – Suasana rekoleksi bersama Romo Mali CSsR.

“Kaum millenial ini menggandrungi dunia virtual sebagai sarana berjejaring mereka untuk mengaktualisasikan diri agar diakui,” ungkapnya.

Oleh karena itu, katanya, berhadapan dengan situasi disaster yang mulai merobek jatidiri kaum millenial ini, dosen teologi moral lalu memaparkan beberapa contoh perilaku dan pola pikir kaum millenial:

  • Yang cepat, itu yang dipercaya.
  • Yang menarik, itu yang diminati.
  • Yang eksis, itu yang berpeluang,
  • Yang dekat, itu yang diikuti.
  • Yang sensasional, itu yang disimak.
  • Yang dilarang, malah itu yang dicari.

“Jika tarekat  kita ingin menjadi tarekat yang dipercaya, diminati, diikuti, disimak dan yang dicari oleh kaum mlilenial, maka kita harus berani juga merombak pola pikir kita. Dari yang nyaman-aman dengan pola pikir zaman dulu kini harus mulai terbuka akan perubahan sesuai kebutuhan zaman. Meski demikian, kita tidak lari dari identitas atau semangat tarekat masing-masing,” demikian argumennya.

FKRK Mei 2019 — Para Suster yang menjadi tim konsumsi juga tak ketinggalan menebar pesona sukacita mereka sebagai orang yang terpanggil.
FKRK Mei 2019 — Romo Ellenterius Bon SVD meskipun Imam senior tetap bersemangat.

Mencari mutiara indah

Hal serupa juga disampaikan oleh Romo Ellenterius Bon SVD.

Ini demi menjaga nila-nilai luhur yang menjadi kekayaan setiap tarekat agar eksistensinya tetap terpelihara. Maka setiap anggota tarekat berusaha untuk memberikan kesaksian hidup yang baik.

“Setiap tarekat pasti memiliki mutiara indah. Dan setiap orang yang ingin masuk kongregasi itu pasti ingin mendapatkan mutiara tersebut. Oleh karena itu mutiara itu harus tetap jernih, tetap terawat agar tidak tergerus oleh arus zaman yang akan menghancurkan identitasnya,” jelas Romo Ellen.  

FKRK Mei 2019 — Vikjen Keuskupan Agung Pontianak Pastor William Chang OFMCap (berdiri) menyampaikan sambutannya atas hadirnya Romo Mateus Mali CSsR (kiri) sebagai narsum utama.

Dukungan senafas juga disampaikan oleh Vikjen Keuskupan Agung Pontianak, Romo William Chang OFMCap.

Imam Ordo Kapusin ini mengatakan bahwa sebagai religius yang memiliki kekhasan, kelebihan masing-masing kita mencoba menarik nilai-nilai apa yang perlu ditanamkan untuk menyikapi era millenial ini.

“Selain itu perlu juga mengambil sikap bijak dalam menyikapi arus zaman yang bakal menghanyutkan identitas kita sebagai orang-orang yang terpanggil,” ungkapnya.  

Sebelum mengakhiri kegiatan rekoleksi ini Ketua FKRK, Bruder Rafael MTB, menyampaikan pesan yang menjadi inti dari seluruh kegiatan Ekspo Panggilan ini bahwa meskipun menjadi religius di era millenial, namun kita tetap memiliki kualitas hidup yang baik.

“Hari Minggu Panggilan yang kita rayakan saat ini bukan hanya sebagai ajang untuk menjaring calon. Lebih dari itu, juga sebagai bahan refleksi yakni bagaimana kita memelihara panggilan kita masing-masing,” paparnya sekaligus menutup seluruh rangkaian kegiatan rekoleksi.

FKRK Mei 2019 – Tanda kasih untuk Romo Mateus Mali CSsR dari pengurus FKRK yang diwakili oleh Br. Rafael MTB dan Sr. Irene SFIC.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here