Silahturahmi Lebaran: Rasa Damai dan Bahagia Kunjungi Umat Muslim

0
462 views
Silahturami Lebaran di Majenang. (Ist)

DI hari pertama Lebaran dan usai  misa Minggu pagi, mulai pukul 08.45,  saya bersilaturahmi kepada warga tetangga lingkungan gereja. Ada 15 orang warga yang saya kunjungi sepanjang kurun waktu 55 menit. Salah satunya adalah Ketua RT.

Saya ditemani koster. Selesai silaturahmi, saya langsung pergi ke stasi untuk pelayanan misa di Stasi St. Maria Mergo pukul 11.00. Namun dalam perjalanan,  saya bersilaturahmi dulu ke salah satu warga nikah campuran yang anaknya menjadi imam dan kini sedang studi lanjut di Perancis.

Di hari kedua Lebaran, Senin 26 Juni 2017 lalu, saya mengajak tiga orang suster dan melanjutkan anjangsana bersilahturahmi. Ini merupakan kebiasaan yang sudah saya praktikkan selama empat tahun belakangan ini.

Di Majenang

Saya datang mengunjungi dua orang pemuka muslim berpengaruh dan terhormat di Majenang. Satui orang menjadi pemimpin masjid agung di kota ini dan satunya lagi menjadi pemimpin dan pengasuh  Ponpes Elbayan.

Pada kesempatan itu juga, kami berjumpa dengan salah satu anggota DPR yang sedang liburan di rumah orangtuanya. Di kedua tempat ini, para tamu mengalir tiada henti datang menyambangi mereka.

Kepada mereka, kami pun berkisah tentang berbagai  hal secara akrab dengan hati sukacita tanpa kesan formalitas.

Silahturahmi Lebaran (Ilustrasi/Ist)

Silaturahmi berlanjut ke rumah Pak Lurah namun yang bersangkuta pas tidak ada di rumahnya; lalu  ke rumah keluarga nikah campuran.

Kami juga datang mengunjungi Bapak Bupati di rumah kediamannya dan di sana kami juga  bertemu segenap bapak-ibu camat yang tengah bersilaturahmi juga.

Di hari ketiga Lebaran, saya juga melakukan serangkaian turne silahturahmi berikutnya dengan mengunjungi sejumlah ketua RT dan RT plus beberapa warga sekitarnya.

Saya mengalami hal ini sebagai peristiwa sukacita dan membahagiakan, ketika kita saling kunjung bersilahturahmi dan saling bermaaf-maafan.

Mengapa saya mau melakukan hal ini?

Ini memang saya hayati sebagai bagian penting dari cara hidup menggereja yang kontekstual dimana umat katolik Indonesia ada-bersama dengan anggota masyarakat lain yang sangat majemuk. Kita hidup di tengah aneka kemajemukan yang bermacam-macam

Semoga para pembaca pun juga mengalami sukacita dan rasa bahagia yang sama di hari Lebaran pekan lalu.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here