Suster OSA Membangun Asa: Membumikan Karya Kesehatan, Suster Sekolah Perawat (2)

0
437 views
Empat orang Suster Novis OSA pribumi angkatan pertama. Mereka mengucapkan kaul pertamanya pada tanggal 18 Agustus 1958. Di tahun 1961, hanya tiga orang yang akhirnya mengucapkan kaul kekal. (Dok OSA/Repro MH)


IBARAT dampak beruntun dari “Teori Domino”, maka peristiwa terbentuknya Gereja Lokal baru bernama Keuskupan Ketapang di Provinsi Kalbar sejak 3 Januari 1961 itu ikut membawa “angin segar” bagi Kongregasi Suster St. Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA). Terlebih juga dengan kemudian ditahbiskannya Administrator Apostolik Mgr. Gabriel Wilhemus Sillekens CP menjadi Uskup pertama untuk Keuskupan Ketapang.

Salah satu dampak penting dalam konfigurasi “Teori Domino” bagi OSA adalah munculnya gagasan serba grès tentang peluang bisa mandiri dalam pengelolaan karya-karya yang sudah dirintis para suster misionaris OSA sejak tahun 1949.

Kelima suster misionaris OSA generasi pertama itu datang di Ketapang awal Desember tahun 1949. Dan sejak itu pula para suster St. Augustinssen itu mulai merintis karya kesehatan dengan mengirim tiga tenaga suster bekerja purna waktu sebagai perawat di RS Daerah Ketapang milik Pemerintah RI.

Ketiga suster perawat berdarah Belanda itu adalah Sr. Mathea Bakker OSA, Sr. Desideria OSA, dan Sr. Maria Paulo OSA.

Belakangan dan bersama Sr. Euphrasia Laan OSA, Sr. Desideria OSA mulai merintis karya baru di Tumbang Titi –juga sebagai perawat yang bekerja di sebuah poliklinik milik Pemerintah RI. Karya kesehatan ini terus berlanjut dan semakin berkembang dengan kedatangan Sr. Joanita Dekker OSA yang sebagai “Bidan Kampung” lalu merintis karya kesehatan ibu hamil dan anak melalui BKIA-RSB

Sr. Norbertha OSA tiba di Ketapang pada tanggal 13 Maret 1958 dan sejak itu rajin bersepeda onthel keliling Kota Ketapang dan kawasan pinggiran memberi layanan kesehatan ibu-ibu hamil dan bayinya. Ia lantas diikenal sebagai “Bidan Bersepeda”.

Dua suster bidan unggulan OSA

Bergabungnya sejumlah anak Dayak dan Tionghoa –warga Bumi Putera lokal di Ketapang– menjadi Suster St. Augustinessen itu semakin membuka wawasan dan kehendak kuat untuk menjadikan karya kesehatan itu sebagai karya mandiri.

Singkat cerita, sebelum akhirnya berdiri RS Fatima Ketapang seperti sekarang ini, maka dirintislah terlebih dahulu BKIA-RSB Fatima yang diampu oleh Sr. Norbertha OSA “Sang Bidan Bersepeda”.

Sr Joanita Dekker OSA saat tiba di Ketapang tahun 1957.

Di Tumbang Titi, kisahnya sedikit berbeda.

Sr. Joanita Dekker OSA mengawali tugas studi bidang keperawatan di RS Sint Carolus Jakarta pada tahun 1960. Itu karena ketika datang sebagai misionaris di Ketapang, dia belum memiliki ijazah keperawatan.

Karenanya, ia langsung ditugaskan belajar menjadi perawat di Jakarta hingga akhirnya bisa memperoleh brevet sebagai perawat dan bidan untuk boleh praktik memberi layanan kesehatan untuk ibu-ibu hamil dan bayinya.

Sr. Joanita Dekker OSA yang merintis karya kesehatan ibu-ibu hamil dan bayi di Tumbang Titi. Ia rajin bersepeda berkelling Tumbang Titi dan daerah-daerah lain hanya untuk “mencari pasien” sehingga ia dikenal sebaai “Bidan Keliling Kampung”.

Langkah mengutus para suster studi bidang keperawatan dan bidan ini kemudian diteruskan oleh “anak-anak Bumi Putera”.

Mereka ini adalah para suster OSA pribumi etnis Dayak dan Tionghoa — semuanya warga lokal dari seluruh kawasan di Kabupaten Ketapang– yang setelah menikmati hidup asrama lalu memutuskan jalan hidupnya sebagai suster biarawati OSA.

Mendapat “sampur” penugasan belajar

Salah satu “produk” projek pertama untuk segera mengampu tugas menjalani program studi keperawatan ini akhirnya datang “menyapa” Sr. Theresia OSA dan Sr. Frederika 0SA.

Sr. Theresia adalah Novis OSA pribumi generasi pertama, sementara Sr. Frederika adalah Novis OSA pribumi angkatan kedua,

Pada akhir tahun 1962, kedua suster muda OSA ini mendapat tugas pengutusan baru dengan dikirim pergi ke Pontianak untuk memulai tugas belajar di bidang keperawatan.

Barisan suster pribumi

Pada tanggal 5 Mei 1963, empat remaja puteri Dayak dan Tionghoa dari kawasan Ketapang ikut bergabung masuk menjadi Postulan OSA. Mereka adalah Dominika, Catharina, Asuheng, dan Nailoi.

Sr. Frederika OSA (bawah) dan Sr. Nicolaus Sina (atas) bersama Sr. Clementina OSA.
Tiga suster muda OSA.

Pada tanggal 28 Agustus 1963, Sr. Maria Goretti OSA dan Sr. Ancilla OSA mengucapkan kaul kekal.

Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 20 September 1964, kedua suster muda ini mendapat tugas pengutusan baru dan dikirim ke Nyarumkop di Singkawang, Kalbar, untuk memulai studi menjadi guru di SGA Nyarumkop.

Pada tanggal 28 Agustus 1964, Sr. Nicolaus Sina OSA dan Sr. Frederika OSA mengucapkan kaul kekal. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here