Tertibkan Adminitrasi Data Umat: Keuskupan Agung Pontianak Menggelar Lokakarya DUK

0
1,292 views
Para pesert lokakarya tentang Program DUK di Keuskupan Agung Pontianak. (Sr. Maria Seba SFIC)

INI sudah zaman modern. Ketika nafas keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas publik sudah menjadi pedoman umum dalam mengelola karya demi kepentingan orang banyak, maka mengedepankan  prinsip dasar open management dan transparansi pengelolaan keuangan milik umat juga menjadi hal penting.

Inilah saatnya para pastor pengelola karya “milik bersama” seperti paroki, stasi, seminari dan lainnya sudah harus mulai membiasakan diri berlaku tertib dalam membuat laporan keuangan yang bisa dipertanggungjawabkan secara akuntansi.

Bukan saatnya lagi para pastor bisa membela diri dengan sengaja menghindarkan dari kewajiban harus membuat laporan pertanggungganjawab yang bisa ditelisik historis transaksi dengan bukti-bukti yang valid. Ini sudah zamannya serba digital dan tidak mungkin terus-menerus bersembunyi dengan dalih yang berbunyi “manajemen Gereja itu berbeda dengan manajemen kantoran swasta.”

Nafas semangat pembaruan inilah yang hari-hari mulai berhembus dengan kencang di tlatah Keuskupan Agung Pontianak (KAP).

Ini masuk akal, karena sekarang ini sudah terjadi bahwa kemajuan teknologi digital dalam sistem penyimpanan data yang begitu pesat itu telah sangat berpengaruh pada semua sektor kehidupan, baik itu perusahaan swasta, lembaga nirlaba, organisasi profesional dan swasta kekeluargaan, karya pendidikan, instansi negara, dan apalagi di dunia kerja.

Kini, sudah beragam  jenis pekerjaan yang dulunya hanya bisa dikerjakan secara manual oleh manusia sekarang ini bisa digantikan oleh komputer.

Stefanus Erwin sebagai narasumber pelatihan tentang Program DUK di Wisma Immaculata Pontianak.

Pada perkembangannya, teknologi yang bergulir sangat cepat itu mau tidak mau menuntut pelayanan yang serba cepat dan digitalisasi pula. Pelayanan yang serba cepat ini dapat terlaksanana, jika seluruh data yang dibutuhkan tersebut terkumpul, tersusun, dan terorganisir dalam suatu komponen data akurat yang dapat diakses menurut keperluan kapan saja diperlukan.

Database

Salah satu teknologi yang harus dimiliki oleh sebuah, institusi, lembaga maupun organisasi adalah teknologi dalam memproses data tersebut sehingga menjadi informasi yang berguna. Teknologi yang dimaksud di sini adalah sistem pengolahan basis data atau database.

Pengunaan sistem database sangat membantu dalam pencatatan kependudukan atau yang sering disebut sensus penduduk. Sensus penduduk adalah pencatatan total tentang penduduk dengan tujuan untuk mengetahui jumlah, komposisi, dan karakteristik penduduk. Data sensus yang telah didapat akan disimpan dalam komputer dalam bentuk basis data yang dapat digunakan untuk keperluan-keperluan lain.

Menanggapi begitu pentingnya pengunaan program pelayanan pastoral berbasis data di zaman yang serba digital ini, maka Keuskupan Agung Pontianak ingin merespon positif peluang penertiban administrasi pendataan umat yang berbasis komputer.

Keuskupan Agung Pontianak menurut statistik memiliki jumlah umat Katolik sekitar 415.239 dan tersebar di 26 paroki ini. Dalam konteks ingin maju dalam tertib administrasi publik ini, KAP lalu kemudian menggelar lokakarya program database umat Katolik.

Kali ini, KPA mengundang Stefanus Erwin, seorang programmer database umat Katolik Indonesia sebagai pembicara. Sekitar 40 peserta perwakilan dari masing-masing paroki mengikuti lokakarya penting ini selama dua hari, mulai tanggal 4-5 Mei 2018 yang lalu di Wisma Immaculata Pontianak.

Panduan Program DUK.

Program DUK

Menurut Erwin, Program Database Umat Katolik (DUK) ini memang sengaja dibuat untuk membantu tiap-tiap paroki dalam proses pendataan umat. Ia menyayangkan bahwa ternyata di zaman yang serba digital ini masih saja ada banyak Gereja Katolik lokal di Indonesia yang belum mau atau belum mampu menggunakan program database, sehingga data umat menjadi tidak akurat.

“Paroki-paroki yang sudah menggunakan Program DUK ini mengaku banyak ‘kehilangan’ umat, setelah selesai mensensus dan meng-update data umatnya. Banyak umat yang keluar, pindah paroki, tetapi masih tercatat di data umat di paroki,” ungkap programmer yang mulai membuat program DUK ini sejak tahun 2000.

Sampai saat ini, kata Erwin, sudah ada 27 paroki di Keuskupan Agung Jakarta yang telah memanfaatkan  program DUK ini, serta ada 24 paroki dari berbagai wilayah. Sudah ada lima keuskupan yang sudah melakukan sosialisasi serentak (pelatihan bersama) yaitu:

  • Keuskupan Agung Medan, 29-31 Oktober 2010 di Wisma PPU, Pematang Siantar.
  • Keuskupan Agung Makassar, 27-29 Januari 2012 di Makassar.
  • Keuskupan Manado, 13-16 Juni 2012 di Tomohon, Manado.
  • Keuskupan Amboina, 13-16 Juni 2012 di Tomohon, Manado.
  • Keuskupan Surabaya, 9-10 Juli 2014 dengan agenda presentasi Program DUK di Surabaya;12-20 Januari 2015 agenda sosialisasi format sensus DUK versi Keuskupan Surabaya serta di tanggal 21 Januari 2015 mulai pelatihan program DUK.
Ekonom Keuskupan Agung Pontianak Romo Andreas Kurniawan OP bicara tentang program KAP di tahun-tahun mendatang.

Dalam kesempatan ini, Romo Astanto CM dipercaya mengakomodasikan lokakarya ini dan berharap demikian. Setelah mengikuti training ini, pelayanan pastoral di tiap-tiap paroki terutama yang menyangkut data umat diharapkan bisa dengan lebih mudah diakses.

“Semoga dengan adanya program pastoral berbasis data di Keuskupan Agung Pontianak ini, terjadilah peningkatan jumlah potensi ‘pelayan’. Keeratan persaudaraan di antara umat Katolik  akan  memiliki kepedulian satu sama lain untuk terlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat,” ungkap pastor Paroki Keluarga Kudus Kota Baru ini dalam pengantarnya.

Visi dan misi KAP ke depan

Didaulat menyampaikan presentasi program dan visi-misi Keuskupan Agung Pontianak tahun 2016-2020, Romo Andreas Kurniawan OP memaparkan makna, tujuan, dan manfaat seputar program sensus umat ini.

Romo Ekonom Keuskupan Agung Pontianak ini menyampaikan paparannya dari sudut pandang rohani bahwa ‘spiritualitas’ sensus merupakan cara Gereja bisa menyapa dan mengenal umat agar Gereja bisa dengan sungguh mengenal keadaan, realitas umat. Sensus ini juga sebagai data dan bahan berpastoral yang akan menjadi lebih baik dan tepat.

“Partisipasi umat untuk bersedia disensus berarti mengakui diri sebagai anggota dan bagian dari Gereja dan sebagai salah satu implementasi Sakramen Baptis,” pungkas alumnus Seminari Menengah KAJ Wacana Bhakti angkatan ketiga ini.

Romo Andreas juga menyampaikan bahwa manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan sensus ini adalah agar Gereja semakin lebih baik mengenal umatnya lantaran memiliki data yang akurat. Umat Gereja menjadi lebih mudah dalam mengurus administrasi.

Informasi tentang data umat bisa dengan lebih cepat didapatkan, sehingga semua puhak juga semakin bisa melaksanakan kegiatan-kegiatan gerejani lebih cepat dan tepat.

Penting bisa mengetahui demografi umat Katolik,  baik penambahan atau pengurangan jumlah umat. harus menjadi bahan verifikasi , apabila terdapat ketidakcocokan antara statistik yang dilaksanakan oleh publik dengan data dari sensus Gereja.

Umat diharapkan menyadari bahwa data ini sangat berguna untuk membantu pelayanan pastoral ke depan. Umat juga perlu menyadari bahwa mereka adalah bagian dari Gereja, sehingga bersedia secara aktif dalam pelaksanaan sensus ini, baik sebagai petugas maupun pemberi data. Data-data yang perlu disiapkan dalam sensus umat Katolik ini adalah nama, alamat, menerima Sakramen Baptis, Komuni Pertama, pernikahan, dll.

“Semua program ini selaras dengan salah satu pointpenting misi Keuskupan Agung Pontianak yang menyangkut program pendataan umat Katolik yaitu ‘Mengoptimalkan struktur organisasi di tingkat keuskupan dan paroki dalam meningkatkan mutu pelayanan pastoral berbasis data’. Oleh karena itu, mari kita dukung sensus ini,” ungkap Romo Andreas OP menutup paparannya.

Kredit foto: Sr. Maria Seba SFIC.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here