OLAHRAGA bersepeda adalah sebuah aktivitas yang sangat menyenangkan. Apalagi di masa pandemi ini. Olahraga bersepeda menjadi kegiatan yang sangat digemari oleh banyak orang.
Selain mudah dan sederhana, bersepeda juga dapat memberi manfaat kesehatan fisik dan rohani yang baik bagi kita.
- Secara fisik, olahraga bersepeda menjadikan tubuh menjadi bugar, sehat dan energik.
- Karena mirip aktivitas berlari, olahraga bersepeda mampu membakar lemak serta meningkatkan imunitas tubuh.
- Secara rohani, olahraga sepeda melatih kesabaran. Apalagi, jika rute yang dipilih cukup jauh, usaha untuk mengayuh juga menjadi lebih besar.
Meskipun demikian, dalam hal menikmati perjalanan serta pemandangan sekitar, olahraga bersepeda menjadi pilihan terbaik karena kecepatannya tidaklah seperti kendaraan lainnya seperti motor ataupun mobil.
Kita dapat merasa takjub dalam setiap perjalanan karena boleh merasakan keindahan alam sekitar selama bersepeda.
Hari Kamis lalu (26/08/2021), para frater goweser Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII di Malang dan bersama Romo Aang Winarko berolahraga sepeda dengan destinasi sekitar 15 kilometer.
Tempat yang akan kami tuju adalah tempat wisata air terjun Coban Putri, Kota Batu, Jawa Timur.
Penulis ikut serta dan baru saja bergabung dengan tim Goweser yang terdiri dari para frater dan romo.
Data dulu, baru berangkat
Pagi hari, kami berkumpul di halaman depan Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII. Untuk mendata anggota yang akan berangkat.
Kali ini jumlah frater yang berangkat berjumlah 14 orang dan Romo Aang. Kami semua juga sudah mengecek keadaan sepeda kami masing-masing demi mengantisipasi terjadinya kerusakan di jalan.
Setelah semua anggota berkumpul, kami diberi pengarahan singkat oleh Romo. Setelah Romo Aang membuka dengan doa, para frater diperkenankan untuk pergi menuju rute yang telah ditentukan.
Jalan menanjak
Sebagai goweser pemula, ternyata gowes di Kota Malang menuju Kota Batu cukup melelahkan.
Bagaimana tidak, hampir setiap jalanan memiliki kontur tanah yang menanjak sehingga saya membutuhkan usaha keras untuk mengayuh. Sementara itu, teman-teman lain yang sudah terbiasa gowes, terlihat enjoy dan mudah saja untuk mengayuh meskipun menanjak.
Antara heran dan kagum, saya juga tidak mau kalah. Sekalipun beberapa kali harus turun menyeret sepeda yang saya gunakan.
Beberapa frater juga mengalami hal yang sama. Kami yang tidak kuat lagi mengayuh sepeda terpaksa berjalan dan menyeret kendaraan kami masing-masing.
Syukurlah, tim gowes kami sangat kompak.
Tidak ada satu pun frater yang ditinggalkan atau meninggalkan timnya. Ada tim yang berada di belakang untuk memastikan goweser tidak tertinggal.
Sementara di depan ada tim lain yang mengarahkan jalan supaya goweser tidak masuk ke rute yang salah.
Begitu cara kami mengarahkan satu dengan yang lain.
Para goweser juga berhenti sejenak di beberapa spot untuk mengumpulkan tenaga. Kami juga berhenti di warung yang menjual masakan sego-an.
Sebagai orang Kalimantan, saya agak sepo’ (terheran-heran) melihat makanan khas Jawa ini.
Ada dua menu yang terpampang yakni sego empok dan sego pecel.
- Sego empok ini adalah makanan yang berupa nasi dicampur dengan jagung halus beserta lauk pauk, sayuran, dan beberapa cemilan pilihan seperti sate usus, sate ampela, hati, gorengan dan lain-lain.
- Makanan tersebut kami bungkus untuk di bawa ke Coban Putri yang sedikit lagi akan kami santroni.
Di tengah perjalanan, sepeda salah satu frater terpaksa dibawa ke bengkel karena mengalami kerusakan.
Setelah tiba di tujuan, kami merasa puas karena tempat yang dituju ternyata sangat indah.
Air terjun Coba Putri
Coban Putri ini memiliki dua buah air terjun. Selain itu, tempatnya juga sudah ditata dengan rapi sehingga terlihat sangat cantik dan acap kali menjadi destinasi para kaum muda untuk menyegarkan lensa gadget-nya di setiap panorama yang ada.
Air terjunnya juga terasa sangat dingin, tetapi para frater tetap menikmati dinginnya air dan mandi dengan gembira.
Sementara itu demi mengisi tenaga, sego empok dan sego pecel yang kami beli tadi menjadi makanan pembuka siang hari kami.
Untuk mengabadikan momen baik ini, kami berfoto bersama sebelum kembali menuju Malang.
Kali ini perjalanan menjadi lebih cepat. Kebalikan dari tanjakan, rute pulang kami berubah menjadi turunan. Sehingga perjalanan pulang menjadi lebih cepat. Meskipun begitu, kami juga harus tetap menjaga kecepatan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sekitar jam 12.00 lewat, kami tiba di Seminari Tinggi. Berbeda jauh dari waktu tempuh awal, kami tiba di tempat tujuan jauh lebih cepat.
Karena begitu melelahkan, saya beristirahat sejenak untuk melepas lelah.
Catatan usai nggowes
Perjalanan menuju Coban Putri ini memotivasi saya melakukan refleksi. Betapa kerja sama begitu penting dalam tim gowes San Giovanni XXIII ini.
Selain itu, perjalanan panjang yang kami alami menjadi refleksi perjalanan Emaus di mana Kristus menemani dua murid selama di perjalanan.
Kami juga bersyukur bahwa perjalanan yang kami lakukan berjalan dengan aman dan lancar berkat penyertaan Tuhan Yesus.
Ibarat pepatah bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian itu nyata dalam aktivitas olahraga sepeda yang kami geluti ini. Di mana rute pertama dengan tanjakkan yang curam menjadi perziarahan yang cukup rumit dan berat untuk dilewati.
Namun setelah itu, kami dapat menikmati pemandangna dan panorama yang indah sehingga rasa lelah itu seketika hilang. Refleksi lainnya adalah sikap selama mengayuh sepeda.
Saya belajar untuk sabar, penuh harapan, tidak kehilangan semangat dan optimis pada masa depan. Mengayuh sepeda mungkin hal yang sederhana, tetapi banyak pelajaran yang bias diambil daripadanya.
Maka dari itu, saya akan melanjutkan perziarahan rohani bersama tim gowes San Giovanni XXIII. Selain sehat jasmani, juga sehat secara rohani.
PS:
- Artikel ditulis oleh Fr. Fransesco Agnes Ranubaya Pr.
- Dokumentasi foto oleh Fr. Ariberto Pr dan Fr. Arianto Pr.