Lectio Divina 31.05.2021 – Magnificat Anima Mea Dominum

0
325 views
Elisabeth menyambut Maria, by Jacques Daret, c. 1435.

Senin. Pekan Biasa IX (H). Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabeth (P)     

  • Zef.3: 14-18.
  • Rm.12: 9-16b.
  • Mz Tanggapan: Yes.12: 2-3.4bcd.5-6
  • Luk.1:39-56

Lectio

39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus,

42 lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”

46 Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.

50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;

53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya,

55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Meditatio-Exegese

Berangkatlah Maria dan berjalan ke pegunungan menuju rumah Zakharia

Melalui kisah kunjungan Ibu Maria, Santo Lukas mengharapkan komunitas iman yang anggotanya tersebar di pelbagai kota penjuru kekaisaran Romawi dan dibinanya belajar dari teladan ibu Yesus.  

Saat mendengar seorang perempuan berseru dari kerumunan orang, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Segera Yesus menjawab, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Luk. 11:27-28).

Komunitas hendaknya bertindak seperti Ibu Maria: mendengarkan sabda dan mengubah kunjungan Sang Sabda menjadi tindakan pelayanan bagi para saudara dan saudari dalam komunitas dan masyarakat lain, tanpa pilih bulu.

Ibu Maria mampu melihat dan menjumpai Anaknya dalam diri “salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25: 40). 

Tentang cara Ibu Maria ambil bagian dalam karya keselamatan Allah, Gereja mengajarkan : “Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkapkan sejak saat Kristus dikandung oleh Santa perawan hingga wafat-Nya.

Pertama-tama, ketika Maria berangkat dan bergegas-gegas mengunjungi Elisabet, dan diberi ucapan salam bahagia olehnya karena Maria beiman akan keselamatan yang dijanjikan, dan ketika pendahulu melonjak gembira dalam rahim ibunya. (lih. Luk  1:41-45). 

Kemudian pada hari  kelahiran Yesus, ketika  Bunda Allah penuh kegembiraan menunjukkan kepada para Gembala dan para Majus Puteranya yang sulung, yang tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru menyucikannya.

Ketika ia di Kenisah, sesudah menyerahkan persembahan kaum miskin, menghadapkan-Nya kepada Tuhan, ia mendengarkan Simeon sekaligus menyatakan, bahwa Puteranya akan menjadi tanda yang akan menimbulkan perbantahan dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Bunda-Nya, supaya pikiran hati banyak orang menjadi nyata.(lih. Luk 2:34-35).

Ketika orangtua Yesus dengan sedih hati mencari Putera mereka yang hilang, mereka menemukan-Nya di Kenisah sedang berada dalam perkara-perkara Bapa-Nya, dan mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh Putera mereka.

Tetapi Bundanya menyimpan itu semua dalam hatinya dan merenungkannya (lih. Luk. 2:41-51).” (Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja, Lumen Gentium, 57). 

Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu

Setiap orang diberkati apabila ia mampu melihat dan mengenal Allah. Santo Lukas memakai kata ευλογημενη, eulogemene dan ευλογημενος, eulogemenos, berasal dari kata eu, baik, dan logos, berbicara.

Kata itu dalam Kitab Suci sepadan dengan kata memberkati, benedicere (Latin). Orang yang diberkati adalah mereka yang berkenan kepada Allah.

Saat Elisabeth berkata, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” (Luk 1:42), ia menyingkapkan keyakinannya bahwa perempuan yang kepadanya Allah paling berkenan adalah Ibu Maria.

Ibu Maria bekenan bagi Allah karena Yesus menjadi Pribadi yang paling berkenan di antara semua manusia. Buah rahim merupakan ungkapan kuna yang digunakan sebagai pengganti kata anak (bdk. Kej. 30:2; Ul. 28:4).

Ibu Maria mengalami dua sisi hidup yang saling bertentangan. Ia diberkati karena menjadi ibu Putera Allah. Karena itu sebilah pedang menancap di hatinya ketika Anaknya wafat di salib.

Santo Anselmus, guru agung dan Uskup Agung Canterbury, 1033-1109, dalam suatu khotbah, berkata, “Tanpa Putera Allah, tiada karya penciptaan. Tanpa Putera Maria, tiada karya penebusan.”

Ibu Maria menerima anugerah baik mahkota suka cita maupun salib duka.  Suka citanya tak pernah sirna hanya karena duka. Suka citanya dibakar oleh iman, harapan, dan kepercayaannya pada Allah dan janji-Nya.

Allah menganugerahkan suka cita sorgawi yang memungkinkan murid Yesus menanggung setiap duka dan lara.

Sepertinya, Yesus memuji ibu-Nya ketika bersabda pada para muridNya (Yoh 16: 22), “Tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.”, gaudium vestrum nemo tollit a vobis.

Maria dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus

Ketika Ibu Elisabet memberi salam pada Ibu Maria dan mengenali bahwa yang dikandung sepupunya adalah Sang Mesias, mereka dipenuhi Roh Kudus.

Mereka bersuka cita atas janji Allah yang segera terlaksana: Ia menganugerahkan Sang Penyelamat.

Ternyata, yang bersuka cita tidak hanya mereka berdua, bayi yang dikandung Ibu Elisabet, kelak diberi nama Yohanes, ikut bersuka cita.

Roh Kudus menyingkapkan kehadiran Sang Raja yang segera akan lahir.

Katekese

Yohanes bernubuat dari dalam kandungan. Santo Maximus dari Turin, wafat antara 408-423: 

“Walaupun belum lahir dan masih berada dalam rahim ibunya, Yohanes telah bernubuat dan mengakui kedatangan Kristus dengan gerakan-gerakan yang mengungkapkan suka cita, karena ia belum bisa melakukannya dengan suara lantang.

Ketika Elizabet berkata pada Ibu Maria yang suci, “Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.” Yohanes bersuka cita, walau ia belum lahir.

Sebelum matanya dapat melihat bagaimana bentuk dunia, ia dapat mengenali Tuhan, Sang Penguasa dunia dengan rohnya.

Maka, saya kita benar nubuat nabi, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau.” (Yer 1:5).

Maka kita tidak perlu heran bahwa setelah Herodes memenjarakannya, ia terus mewartakan Kristus pada para muridnya dari dalam sel tahanan, sama seperti ketika ia masih tinggal dalam kandungan ia mewartaan Tuhan yang sama melalui gerakan-gerakannya.” (dikutip dari Sermon 5.4).

Oratio-Missio

  • Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus dan anugerahkanlah suka cita padaku untuk mencarimu dengan lebih giat. Kuatkanlah iman, harapan dan kasihku pada-Mu. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan agar  selalu bersuka cita?

Magnificat anima mea Dominum, et exsultavit spiritus meus in Deo salvatore meo – Lucam 1: 46-47

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here