Pernas Meditasi Kristiani Indonesia 2025: Risiko Hidup Bersama dalam Semangat Agape

0
13 views
Pertemuan Nasional Komunitas Meditasi Kristiani hari ketiga di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM), Mei 2025. (Panitia)

KOMUNITAS Meditasi Kristiani Indonesia kembali menggelar Pertemuan Nasional (Pernas). Kali ini, pernah yang berlangsung 25-28 Mei 2025 lalu mengangkat tema “Risiko Hidup Bersama” (The Risk of Living Together).

Diselenggarakan di Pusat Pastoral Sanjaya, Muntilan, Pernas 2025 yang baru lalu dihadiri oleh 162 peserta dari 11 keuskupan di Indonesia, serta perwakilan umat diaspora dari Singapura dan Timor Leste.

Acara diawali dengan Retret Hening selama empat hari (25–28 Mei) yang diikuti oleh 35 peserta terpilih. Retret ini dipandu oleh dua pembimbing rohani: Romo Siriakus M. Ndolu O.Carm dan Romo Vincent Watun OMI. Ini menjadi momen kontemplatif yang memperdalam praktik doa hening bagi para meditator — sebutan khas bagi anggota komunitas ini.

Ekaristi pembukaan pertemuan nasional Komunitas Meditasi Kristiani di Muntilan, Mei 2025. (Erwin Susilo)
Koordinator Komunitas Meditasi Kristiani 2025-2028 saat tampil di forum pertemuan nasional di Muntilan, Mei 2025. (Erwin Susilo)

Solidaritas meditator: Program “Meditator Berbagi”

Pernas 2025 mencatatkan sejarah sebagai pertemuan dengan peserta terbanyak. Hal ini dimungkinkan berkat inisiatif inspiratif bertajuk “Meditator Berbagi”. Tema ini terinspirasi dari Tradisi Caffe Sospeso di Italia di mana seseorang membayar secangkir kopi untuk orang lain yang membutuhkan.

Dalam semangat serupa, komunitas-komunitas meditasi di berbagai keuskupan saling bergandengan tangan agar lebih banyak umat dapat berpartisipasi dalam pertemuan nasional ini.

Moderator Komunitas Meditasi Kristiani Romo Siri O.Carm menjelaskan tema Pernas 2025 di Muntilan. (Erwin Susilo)

Cinta yang menggerakkan komunitas

Dalam sesi pembukaan, Romo Siriakus M. Ndolu O.Carm, selaku moderator Komunitas Meditasi Kristiani Indonesia, mengajak seluruh peserta untuk mendalami makna dari tema “Risiko Hidup Bersama”.

Ia menekankan bahwa komunitas lahir dari cinta, dan cinta sejati –agape– hanya bisa dialami dalam keheningan yang mendalam bersama Allah.

Mengutip pepatah Latin Bonum diffusivum sui (Kebaikan itu dari kodratnya ingin membagikan dirinya sendiri), Romo Siri menegaskan bahwa cinta dan kebaikan tidak mungkin dikurung untuk diri sendiri. Justru dari semangat itulah, komunitas yang sejati terbentuk.

Namun, hidup bersama tidak luput dari tantangan. Ego yang tersembunyi dalam diri manusia, bila tidak diolah dalam kasih, bisa menjadi pemicu konflik. “Meditasi yang tekun akan menuntun kita menuju pengalaman cinta,” ujar Romo Siri.

“Dan cinta itu menyatukan. Namun cinta juga menuntut kita untuk menghadapi risiko: risiko konflik, risiko terluka, risiko saling mengampuni. Di sinilah kita belajar membangun komunitas yang ramah dan penuh kasih.”

Moderator Komunitas Meditasi Kristiani Nasional: Romo Siriakus M. Ndolu O.Carm. (Erwin Susilo)
Para peserta pertemuan nasional Komunitas Meditasi Kristiani dalam sesi meditasi di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan. (Erwin Susilo)

Sebuah gerakan global

Komunitas Meditasi Kristiani Indonesia merupakan bagian dari World Community for Christian Meditation (WCCM) yang berpusat di Bonnevaux, Perancis, dan kini telah hadir di lebih dari 100 negara.

Gerakan ini menghidupi warisan spiritual dari Pater John Main OSB, tokoh pembaru doa hening dalam tradisi Kristiani yang menggali inspirasi dari praktik doa para rahib padang gurun dan tulisan Yohanes Kasianus (abad ke-4).

Ciri khas doa Meditasi Kristiani terletak pada hening, diam, dan kesederhanaan, dilakukan dengan mengulangi satu kata doa — sebagaimana disarankan Pater John Main -yaitu: “Maranatha” (Datanglah, Tuhan).

Para peserta pertemuan nasional Komunitas Meditasi Kristiani di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan, Mei 2025. (Erwin Susilo)
Anggota panitia Pernas Komunitas Meditasi Kristiani di Muntilan, Mei 2025. (Erwin Susilo)
Pernas Komunitas Meditasi Kristiani di Muntilan bulan Mei 2025 diikuti enam imam, satu bruder dan satu suster. (Erwin Susilo)

Praktik ini dijalankan dengan disiplin dua kali sehari, masing-masing selama 20–30 menit.

Kini, komunitas ini telah tumbuh dan hadir di 19 keuskupan, serta semakin dikenal di tingkat paroki dan sekolah. Melalui praktik meditasi yang hening namun penuh daya, umat Kristiani diajak untuk semakin menyatu dalam kasih Allah dan membangun hidup bersama yang saling menghidupi.

Catatan penutup
Pernas 2025 ini menjadi momentum penting bagi Komunitas Meditasi Kristiani Indonesia, tidak hanya sebagai ajang temu spiritual, tetapi juga sebagai bentuk nyata dari solidaritas iman. Dalam dunia yang penuh kegaduhan dan ketegangan, komunitas ini menawarkan sebuah jalan: diam yang menyatukan, hening yang menyembuhkan, dan cinta yang mempersatukan.

Baca juga:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here