Minggu 12 November 2023.
- Keb. 6:13-17;
- Mzm. 63:2,3-4,5-6,7-8;
- 1Tes. 4:13-18 (panjang) atau 1Tes. 4:13-14 (singkat);
- Mat. 25:1-13.
“BETAPA lambat aku akhirnya mencintaiMu,
keindahan begitu lama – begitu baru,
betapa lambat Kau kucintai.”
Engkau mengajak, memanggil dan menggempur ketulianku,
Engkau bersinar, cemerlang dan menghalaukan kebutaanku…
Terlambat aku mencintaiMu, ya Tuhanku.” St. Agustinus
Santo Agustinus mencari Tuhan setelah fase hidup yang getir dan gelap dalam perjalanan rohaninya.
Ia mencari cinta Tuhan di tempat yang tidak tepat hingga akhirnya cintanya berlabuh pada Sang Kebijaksanaan yang menjelma menjadi manusia yakni Yesus Kristus.
Pengalaman Santo Agustinus sering kita temui dalam pengalaman kita juga.
“Saya dulu berpikir bahwa dengan hidup baik dan tidak merugikan orang lain itu sudah cukup,” kata seorang bapak.
“Prinsip saya hanyalah jangan sampai saya merepotkan atau membebani orang lain karena kehidupan saya,” lanjutnya.
“Inilah yang membuat saya tidak mau menganggu orang lain dan juga tidak mau diganggu oleh orang lain,” paparnya.
“Saya berpikir jika semua orang bertanggung jawab dengan dirinya sendiri maka tidak akan ada masalah dalam hidup bersama,” katanya.
“Namun prinsipku itu ternyata tidak sungguh-sungguh tepat dan benar,” lanjutnya.
“Ketika aku jatuh sakit dan harus menjalani perawatan di luar kota, mataku terbuka karena hidupku harus ditopang oleh banyak orang,” jelasnya.
“Isteriku, perawat, dokter, sopir dan banyak orang lain yang bahkan tidak saya kenal ikut menjadi penopang hidupku,” sambungnya.
“Aku sadar bahwa cinta pada sesama itulah yang membuat mereka mau melayani dan menolongku, bukan semata-mata karena pekerjaan mereka,” urainya.
“Sejak sembuh dari sakit itu, aku meralat prinsipku bahwa cinta pada sesama haruslah menjadi bentuk cintaku pada Tuhan,” tegasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya,”
Yesus menasihati para pengikutnya untuk ’terus berjaga-jaga’ selama masa kehadirannya.
Yesus akan datang, dan mereka harus siap menyambutnya seperti lima gadis yang bijaksana.
Dari kisah ini kita belajar bahwa hidup yang kita jalani saat ini adalah kesempatan yang dianugerahkan kepada kita untuk bersiap-siap menyambut kedatangan Tuhan.
Kedatangan-Nya kelak akan menjadi kesempurnaan keselamatan kita. Sayangnya, banyak orang abai dan belum menjalani hidupnya dengan bertanggung jawab.
Hal itu sama saja dengan ketidaksiapan kelima gadis yang bodoh. Jangan sampai kita terlambat untuk sadar. Pertobatan membawa kita menjadi seperti kelima gadis yang bijaksana.
Mungkin ada yang berkata: “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.” Tetapi tetap lebih baik yang siap sedia. “Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
Itu baru sikap yang bijaksana, menjaga pelita iman kita tetap menyala.
Bagaimana dengan diriku?
Bijaksanakah aku dengan berbagai anugerah dan kesempatan yang aku terima dari Tuhan?