Bersukacita dalam Kerahiman Bapa

0
1,667 views

Minggu, 6 Maret 2016
Minggu Prapaskah IV
Yos 5:9a.10-12; Mzm 34:2-3.4-5.6-7;  2Kor 5:17-21; Luk 15:1-3.11-32

Yesus bersabda, “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia….”

KITA tahu bahwa kisah perumpamaan Injil hari ini merupakan satu kisah terbaik yang terkenal dalam semua literatur manusia. Apa makna sesungguhnya bagi kita saat ini saat kita membacanya sebagai Sabda Tuhan?

Kita telah merenungkan teks ini pada hari Sabtu, 27 Februari yang lalu. Dan lagi, sekitar seminggu kemudian, kita membaca teks yang sama hari ini. Pada hari Sabtu yang lalu, kita memusatkan perhatian kita pada sifat bapa dari perumpamaan itu, yang menghadirkan Bapa surgawi kita sebagai yang terbaik dalam hal kerahiman. Meski kita sering menyebutnya sebagai perumpamaan tentang anak yang hilang, namun kita bisa menyebutnya pula sebagai perumpamaan tentang bapa yang terbaik dalam kerahiman. Dan Dia adalah Allah sendiri, Bapa surgawi kita. Perumpamaan ini adalah tentang Bapa yang penuh kerahiman.

Hari ini, marilah kita merenungkan Injil yang sama dan memusatkan perhatian pada fakta spiritual bahwa Allah, Bapa surgawi kita, adalah satu-satunya sumber dari kerahiman, pengampunan dan kebahagiaan kita. Itulah sebabnya mengapa hari Minggu saat Injil ini diwartakan kepada kita hari ini, disebut Minggu “Laetare”. Apa itu?

“Minggu Laetare” adalah sebutan populer untuk Minggu Keempat Masa Prapaskah. Kata “Laetare” dalam bahasa Latin berarti bersukacitalah. Secara tradisional, Minggu ini dipandang sebagai hari perayaan yang memungkinkan kita bersukacita dan bersorak sorai dari segala dukacita (bdk Yesaya 66:10-11). Hari ini kita bersukacita dan bersorak-sorai dalam Tuhan Yesus Kristus karena kita memiliki Bapa yang penuh kerahiman di surga, Allah kita. Dialah alasan dan sumber kebahagiaan kita. Ia mengampuni kita selalu dari segala dosa kita seperti diwartakan dalam Injil hari ini.

Sesungguhnya, perumpamaan itu tidak pertama-tama tentang anak yang hilang. Perumpamaan itu juga bukan tentang anak sulung yang arogan dan kasar. Tetapi terutama tentang Bapa yang penuh kerahiman. Pertama-tama, Yesus Kristus menyampaikan perumpamaan itu kepada para pemungut cukai dan pendosa. Ia juga menyampaikannya kepada orang Farisi dan ahli Taurat. Kini Yesus meyampaikanya kepada kita masing-masing.

Maka kita dapat bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita seperti anak hilang atau seperti anak sulung yang arogan. Kita mungkin seperti anak bungsu yang berontak dalam dosa-dosa kita. Kita juga mungkin seperti anak sulung yang arogan dan hati kita seperti karang, mudah menghakimi setiap orang dan menganggap diri kita paling baik dari yang lain.

Siapa pun kita, mari kita bersukacita dalam Tuhan dan bersorak-sorai, karena kita memiliki Allah yang terbaik penuh kerahiman, Bapa surgawi kita yang dengan penuh kerahiman menyambut kita di rumah-Nya, baik anak yang hilang maupun anak yang berhati karang. Kita bersukacita dan bersorak-sorai oleh sebab Bapa surgawi kita yang luar biasa mengasihi kita.

Dalam Injil pada hari ini kita berjumpa dengan Allah Bapa surgawi kita yang tidak perlu banyak kata untuk mengampuni kita. Tindakan-tindakan-Nya jauh lebih lantang dan jelas menyuarakan pengampunan-Nya. Ia menganugerahkan kepada kita jubah terbaik, cincin, dan menyelenggarakan pesta. Itu merupakan simbol dari kehidupan baru yang dianugerahkan kepada kita yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya. Itu menandakan kehidupan yang murni, pantas, dan penuh sukacita dalam kerahiman-Nya.

Maka, jelaslah bahwa dalam perumpamaan yang kita baca hari ini, Yesus Kristus mengajarkan kepada kita tentang kerahiman Allah. Allah adalah Bapa terbaik yang penuh kerahiman bagi kita semua. Ia selalu menunggu kita. Ia bersukacita menemukan kita dan menyambut kita di rumah-Nya. Ia selalu mendahului kita dan merangkul kita dalam persahabatan-Nya yang penuh kasih dan kerahiman, tak peduli berapa jauh kita telah tersesat dari-Nya.

Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, seraya bersembah sujud di hadirat Yesus Kristus, kita semua bersukacita dan bersorak-sorai dalam Dia senantiasa. Kita bersyukur pada-Nya telah membawa kita kepada Bapa surgawi yang penuh kerahiman.

Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas perupamaan-Mu yang indah yang membuka mata kami untuk mengenal Bapa kita yang penuh kerahiman. Semoga kami juga penuh kerahiman seperti Dikau dan Allah Bapa Surgawi kita yang penuh kerahiman kini dan selamanya. Amin.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here