Bus Rombongan KBKK Nyemplung Jurang 5 Meter di P. Sumba, Lecet-lecet dan Misi Jalan Terus

0
2,017 views

logo KBKKSETELAH 12 tahun eksis di berbagai kegiatan bakti kasih di lebih 20 keuskupan di Indonesia tanpa kekurangan suatu apa, namun hari ini rombongan anggota KBKK (Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan) yang lagi menjalani baksih di Keuskupan Weetebula di Pulau Sumba (NTB) mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal.

KBKK berdiri pada tanggal 16 Februari 2001 sebagai gerakan kaum awam katolik bersama para klerus (imam, biarawan), kaum religius (suster) dan para imam praja dan kaum profesional (dokter, insinyur, akuntan, wartawan, dll) untuk sebuah misi sosial rohani:  berbagi kasih kepada sesama yang terlupakan.

Namun sangat berbeda dibanding LSM atau organisasi sosial lainnya yang juga suka melakukan kegiatan bakti kasih, KBKK selalu punya langgam ‘prosedur ritual’nya sendiri sebelum akhirnya terjun ke lapangan. Sebelum berbakti kasih entah dimana pun, KBKK selalu mengawali perjalanan iman ini dengan kegiatan  rekoleksi, retret, dan pendalaman iman bersama para pastur pembimbingnya.

“Bagi KBKK, berbakti kasih tidak hanya sekedar melakukan pelayanan kasih berupa layanan medis gratis atau berbagi kasih dengan menyediakan paket sembako. Lebih dari itu, bakti kasih adalah sebuah perjalanan iman dimana iman kita akan Yesus Kristus mau kita wartakan dan nyatakan dalam perbuatan-perbuatan kasih itu sendiri. Jadi, aspek doa dan pengolahan iman menjadi satu paket dalam kegiatan bakti kasih itu sendiri,” tutur dr. Irene Setiadi, pendiri sekaligus Ketua KBKK sekali waktu.

Juga yang menjadi cirikhas KBKK dalam melakukan kegiatan baksih ke daerah-daerah terpencil adalah selalu berkoordinasi dengan Gereja Lokal setempat yakni Keuskupan dan paroki dimana lokasi baksih itu akan dilakukan. Meski berkoordinasi dengan Gereja Lokal, itu tidak berarti misi pelayanan kasih KBKK hanya untuk orang-orang katolik.

Sama sekali tidak. Misi kasih KBKK selalu tertuju pada masyarakat setempat lintas iman dan siapa pun boleh datang untuk mendapatkan pelayanan medis, bantuan pendidikan (buku, tas/ransel, seragam sekolah), dan sembako.

Moderator KBKK saat ini adalah Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF, Uskup Diosis Palangkaraya, Kalteng. Para pembimbing rohani KBKK antara lain Romo Ig. Madyautama SJ, Romo Peter Aman OFM, Romo Darmin Mbula OFM, Romo Terry Ponomban Pr, Romo Patricius Pa SVD, dan Romo Martin Harun OFM.

Terjun ke jurang

Menurut penuturan Megawati Lie –anggota tim KBKK ke Keuskupan Weetebula—kecelakaan terjadi, ketika bus yang mengangkut 18 penumpang KBKK “terjun bebas” tak terkendali karena tidak kuat menaiki jalan tanjakan persis di sebuah jembatan.

“Tidak berapa lama kemudian, bus lalu  melewati sebuah jembatan kecil. Namanya Jembatan  Kananggar.  Tekstur jalan menurun tajam dan begitu jembatan terlampaui, jalanan lalu menanjak tajam,” kata Megawati Lie.

“Namun begitu harus menaiki tanjakan menanjak, bus terlihat tidak bisa menahan beban. Maka yang terjadi kemudian, bus itu berjalan mundur tanpa kendali… Terus melaju mundur tanpa bisa direm.  Saya hanya bisa menunggu, kapan bus itu bisa berhenti dari laju mundur ini… dan akhirnya terhenti,” sambungnya.

“Namun saya harus koprol terlempar keluar. Kaca pun terlempar lepas.  Pertama-tama saya melihat Aseng terlempar keluar dari pintu masuk bus. Juga Pak Gunawan Petrus tersedot keluar dan akhirnya saya sendiri terlempar keluar melalui pintu masuk bus,” ungkapnya.

“Saya shocked dan kaget….juga langsung lemes. Di pintu belakang saya masih bisa melihat Inge dan Tante Anna….speechless,” ujarnya kemudian.

“Saya melihat  Wiwie segera membonceng motor mencari lokasi sinyal agar bisa segera melakukan kontak dengan Waingapu dan Ngonggi. Di lokasi terjun bebas itu tidak ada sinyal.
Kami berjalan keluar dari lokasi jurang. Sangat khawatir kalau terjadi hujan tiba-tiba,” terang Megawati Lie.

Akhirnya bala bantuan datang dari desa terdekat. Ada rombongan motor dan juga ambulans.

Keuskupan Weetebula, Sumba

Kejadian kecelakaan terjun bebas dan “jatuh” ke dalam jurang sedalam 5 meter ini terjadi pada hari Selasa tanggal 26 Maret 2013. Hari ini merupakan perjalanan hari ke-4 misi 18 orang anggota KBKK yang tengah menjalani pengalaman spiritual Pekan Suci dengan jalan berbakti kasih di Keuskupan Weetebula, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Barat.

Pilihan KBKK melakukan baksih di Keuskupan Weetebula diambil dalam sebuah proses diskresi yang panjang. Itu antara lain karena sejauh ini Pulau Sumba di Provinsi NTB kurang atau jarang mendapat perhatian dan kunjungan dari Pusat.

Sengaja memilih kawasan Sumba bagian Timur yang kering, panas dan sering terjadi kelaparan, maka justru di wilayah pinggiran dan tak “dilirik” orang inilah KBKK justru datang dan ingin berbagi kasih.

Lazimnya prosedur bermisi di KBKK, sebelum memulai misi kasihnya di Pulau Sumba ini, ke-18 anggota KBKK yang bertolak menuju Keuskupan Weetebula terlebih dahulu menjalani  berkat pengutusan dalam sebuah misa di Gereja Santo Paskalis Cempaka Putih, Minggu  tanggal 17 Maret 2013 lalu. Selain menjadi semacam kesaksian iman bagi umat katolik Paroki Paskalis, misa dengan berkat perutusan itu juga menjadi semacam “bekal rohani” untuk memulai baksih.

Romo Dr. Peter Aman OFM, dosen teologi STF Driyarkara Jakarta dan pembimbing rohani KBKK, berkenan memimpin misa dan berkat pengutusan tersebut.

Setelah bertolak menuju ke Sumba, tim KBKK yang kali ini berjumlah 18 orang langsung sowan ke Bapak Uskup Diosis Weetula Mgr. Dr. Edmund Woga CsSr untuk koordinasi lapangan kegiatan baksih dan minta restu. Pada kesempatan itu pula, tim KBKK juga ikut menghadiri misa Minggu Palma di sebuah stasi terpencil di Keuskupan Weetebula.

Sebelum ke Keuskupan Weetebula dan berkonsentrasi berbakti kasih di Pulau Sumba bagian timur, misi baksih KBKK sebelumnya terjadi di Teluk Naga, Tangerang.

Bekerja sama dengan Paroki Santa Maria Tangerang dan khususnya Stasi Maria Immakulata Teluk Naga, tim baksih KBKK ke Teluk Naga barangkali menjadi misi kasih KBKK dengan anggota terbanyak sepanjang 12 tahun eksis.

Dalam misi baksih KBKK di Stasi Maria Imakulata Teluk Naga pada hari Minggu tanggal 3 Maret 2013 tercatat tak kurang 122 orang ikut dalam kegiatan baksih ini. Dari jumlah itu ada 22 orang dokter dari berbagai paroki dan tim farmasi dari RS Sint Carolus Jakarta ikut mendukung kegiatan pelayanan medis gratis ini.

Tak terduga juga, sekitar 15 mahasiswa Universitas Islam Tangerang yang tengah KKN di Teluk Naga juga ikut dalam program bakti kasih KBKK ini.

Tautan: Situs resmi KBKK Indonesia (www.kbkkindonesia.com)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here