MINGGU PASKAH 6, C; 5 Mei 2013
Kis. 15:1-2.22-29; Why. 21:10-14. 22-23; Yoh. 14:23-29
Minggu yang lalu kita mendapat perintah Yesus untuk saling mengasihi. Minggu ini, perintah saling mengasihi itu dijabarkan sebagai hidup dalam persatuan dengan Allah Bapa dan Yesus Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus. Buahnya, kita hidup dalam damai di dunia dan berbahagia dengan Kristus di surga. Alangkah bahagianya hidup dalam cintakasih bersama Allah; hidup damai di dunia dan bahagia di surga.
Tetapi berapa dari kita yang sudah mencapai damai di bumi dan siap untuk bahagia di surga? Yang lebih mungkin terjadi, karena tidak mendapat damai di dunia, kita berharap memperoleh kebahagiaan di surga. Kebahagiaan di dunia, mudah sekali hilang karena situasi di sekitar kita mudah berubah dan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita. Situasi alam yang memburuk, pekerjaan yang tidak menyenangkan, orang-orang yang mengganggu, keinginan yang tidak terpenuhi, kehendak baik yang tidak diterima dll.dsb.
Semua hal tersebut dapat menghilangkan kebahagiaan di dunia; kebahagiaan yang disediakan dunia. Kebahagiaan seperti itu bukan yang disediakan Tuhan Yesus bagi kita. Kebahagiaan di dunia dasarnya adalah kesesuaian antara dunia sekitar saya dengan saya. Kebahagiaan yang disediakan Tuhan Yesus adalah bersatunya kita dengan Allah; kesesuaian diri kita dengan Kasih Allah. Menyesuaikan diri dengan kasih Allah, membutuhkan banyak usaha dan perubahan diri. Hal itu berat, butuh waktu lama dan terutama butuh bimbingan Roh Kudus.
Raka Dan Dara duduk di senja itu, bercanda ria, memadu kasih.
Dara: “Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?” Raka: “Kamu dong..” Dara: “Menurut kamu, aku ini siapa?” Raka: (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) “Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam Dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang Dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”
Setelah menikah, Dara Dan Raka mengalami masa yang indah Dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing Dan kepenatan hidup yang kian mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian… dan cinta mereka satu sama lain. Mereka mulai bertengkar Dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, “Kamu nggak cinta lagi sama aku!” Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara Dan secara spontan balik berteriak, “Aku menyesal Kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam, berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air Yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air Mata, Dara kembali ke rumah Dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan Kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.”
Lima tahun berlalu.. Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, Dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan. Mata mereka bertaatapan, tak saling mau lepas.
Raka: “Apa kabar?” Dara: “Baik… Ngg.. Apakah kamu sudah menemukan tulang rusukmu yang hilang?” Raka: “Belum..” Dara: “Aku terbang ke New York di penerbangan berikut.” Raka: “Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon Kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang Berubah.” Dara tersenyum manis, lalu berlalu. “Good bye….” Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya. Dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling Kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal.” Saudara-saudari, jika Kita merasakan sakit di dada saat akan kehilangan seseorang… . Mungkinkah seseorang itu adalah Tulang Rusuk Kita….??
Dari cerita ini beberapa hal dapat kita pelajari.
1. Pesan dari Tuhan, lewat Kitab Suci: Kalau hatimu sakit dan berlubang, mungkin tulang rusukmu rusak atau hilang.
2. Rendahkan diri untuk minta maaf, sebelum terlambat.
3. Dicintai adalah kebutuhan. Berani lah mengakuinya.
4. Cinta dan kebahagiaan diperoleh dengan membagikannya, bukan dengan menunggu pemberian orang lain.
Raka menunggu cinta dan kebahagiaan. Terlalu tinggi hati untuk minta maaf, terlalu ‘jantan’ untuk mengakui kebutuhannya dan terlalu berpusat pada diri untuk membagikannya. Akibatnya, ia kehilangan Dara, tulang rusuknya. Begitulah cinta, damai dan kebahagiaan ala dunia. Disediakan dan digunakan melulu untuk kebutuhan dan keinginan kita. Tetapi kasih, damai dan kebahagiaan yang disediakan Allah bagi kita adalah kasih yang memberikan diri.
Kasih yang merendahkan diri, kasih yang terulur untuk menjangkau dan membahagiakan yang dikasihi. Meski kita punya gengsi, harga diri, terluka, Roh tetap mendorong kita untuk mengatasi diri demi membahagiakan dia yang kita kasihi dan dengan demikian mengalami kasih, damai dan kebahagiaan, bersama di dunia sampai nanti total bahagia di surga. Semoga ini yang terjadi dalam hidup kita. Amin.
mantap kang makasi
Kalau mempunyai Damai Sejahtera Allah mestinya Surga sudah ditangan (tidak usah dipikirkan).
Masalahnya untuk mendapatkan Inner Peace itu teramat sangat susah ,segala ikhtiar harus semata mata demi Kemuliaan Allah , segala keinginan duniawi , kepentingan Pribadi , Keluarga , Bangsa , Negara atau Bunda Gereja harus menjadi yang tidak penting.
Jadinya akan sulit buat orang bijak dan pintar namun cocok buat anak kecil , sulit untuk menjadi seperti burung pipit atau bunga bakung.