Puncta 19.07.22
Selasa Biasa XVI
Matius 12:46-50
KETIKA saya mau masuk Seminari Mertoyudan, orangtua saya transmigrasi ke Palembang.
Tetapi saya punya keluarga baru yang menjadi wali orangtua yaitu keluarga Th. F Soekamto.
Mereka bukan saudara, tetapi saya boleh tinggal di rumah dan diangkat sebagai anaknya. Saya memanggilnya “Pakde dan Budhe Kamto.”
Karena orangtua saya jauh di pedalaman Sumatra, di seminari saya jarang dikunjungi seperti teman-teman lainnya.
Tiap pekan kedua dalam bulan adalah hari kunjungan keluarga. Saat itu adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh para seminaris.
Saya sering diajak bergabung dengan keluarga Lastsendy dan Didiek. Makan bersama di halaman depan seminari yang teduh dengan pohon-pohon palem yang tinggi-tinggi.
Selama di Mertoyudan saya juga punya orangtua yang baru, yakni Keluarga Pak Hari Dampit.
Hampir tiap liburan kami pasti pulang ke Dampit. Sampai sekarang relasi kekeluargaan itu masih terjalin. Adik saya, Romo Joko Susanto “Gatot” juga dekat dengan keluarga ini.
Kami menemukan keluarga-keluarga yang ikut mendukung perjalanan imamat kami.
Dalam Injil Yesus memperluas relasi keluarga. Bukan sekedar relasi hubungan darah, tetapi relasi hubungan iman.
Dalam iman kepada Yesus Kristus, kita disatukan sebagai keluarga kudus Allah.
Yesus berkata, “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, Ia berkata, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Bagi Yesus hubungan persaudaraan bukan sekedar kekerabatan sesama saudara sedarah daging, tetapi saudara dalam iman.
Mereka yang melaksanakan kehendak Bapa di sorga adalah saudara-saudari kita juga.
Yesus mengajarkan bahwa hubungan persaudaraan itu lebih luas. Saudara sedarah daging kadang justru jauh tempatnya.
Saudara yang dekat adalah mereka-mereka yang paling cepat menolong kita dalam kesulitan.
Tetangga-tetangga di sekitar kita adalah saudara yang langsung bertindak jika terjadi apa-apa.
Kriteria menjadi saudara, bagi Yesus adalah mereka yang tekun melaksanakan kehendak Bapa di sorga.
Siapa pun tanpa pandang bulu, yang melaksanakan kehendak Allah, dialah saudara-saudariku.
Marilah kita berusaha menjadi saudara bagi orang-orang di sekitar kita. Kita akan bahagia jika memiliki banyak saudara.
Kelilingi alun-alun dengan kereta,
Menghabiskan malam di kota Yogya.
Saudara adalah harta tak terhingga,
Ia lebih dari segala emas berharga.
Cawas, menjadi saudara kita….