Ditemukan dari Jalan Sesat

1
588 views
Ilustrasi: Tersesat.

Kamis, 3 November 2022

  • Flp. 3:3-8a.
  • Mzm. 105:2-3,4-5,6-7.
  • Luk. 15:1-10.

LELAH menghadapi orang-orang yang gemar menghakimi sesamanya dengan ukuran yang mereka miliki.

Ada orang yang menganggap diri sebagai orang-orang yang lebih benar atau lebih baik, dibandingkan dengan orang main.

Akibatnya, hati mereka tertutup oleh perasaan superior dan keangkuhan. Paling hebat dan sempurna tidak seperti orang lain yang menurutnya tidak sebaik dirinya.

Namun sayangnya banyak orang dengan karakter menghakimi sesamanya umumnya bukan orang-orang yang berkualitas.

Sebab semakin tinggi dan luas pengetahuan seseorang akan semakin rendah hati.

Seorang ibu mensyeringkan betapa hidupnya dirubah oleh kebaikan seorang imam yang menyelamatkan masa depan anaknya.

“Keluarga kami pernah mengalami peristiwa yang sangat memalukan,” katanya.

“Anak saya yang sekolah di SMA kedapatan mencuri uang APP sekolahan,” lanjutnya.

“Kejadian itu berulang kali terjadi dan salah satu pelakunya adalah anakku,”urainya dengan sedih.

“Semua guru sangat tidak suka hingga anakku mendapatkan saksi yang cukup berat bahkan terancam dikeluarkan dari sekolah,” jelasnya.

“Saya dipanggil ke sekolah, sungguh sangat malu, menatap guru dan anak-anak rasanya tidak mampu,” paparnya.

“Sekolah memberikan peringatan paling keras, dan akan mengeluarkan anak saya jika kejadian serupa terulang. Saya hanya pasrah menerima sanksi itu,” sambungnya.

“Selang beberapa hari, seorang romo mengunjungi rumah kami, dan bertemu dengan saya dan anak-anak,” katanya.

“Jangan takut dan cemas, setiap hari adalah hidup baru, dengan kesempatan baru, yang sudah itu sudah lewat tidak perlu selalu diratapi, lihat ke depan apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik,” jelasnya.

“Kata-kata romo itu mematik gairah dan semangat anakku,”kisahnya.

“Saya akan sekolah dan akan menunjukkan bahwa saya bisa berubah menjadi baik, benar dan bukan seorang pencuri,” kata anakku.

“Tekad anakku benar-benar bulat dan sangat kuat, hingga dia bisa lulus SMA dengan nilai yang sangat bagus,” ujarnya.

“Anakku yang hilang telah ditemukan lagi,” lanjutnya.

Dalam bacaan Inji hari ini kita dengar demikian,

“Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan
orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Bahaya rohani terbesar adalah saat seseorang menganggap dirinya telah hidup benar.

Merasa puas dengan kesalehan dan kebaikan yang telah dilakukan.

Itu sebabnya mereka tidak rendah hati. Mereka tidak membutuhkan anugerah dan pertolongan Kristus.

Padahal Allah lebih peduli kepada orang-orang yang hancur dan remuk jiwanya karena dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku membuka hati dan mau berjuang bersama teman yang sedang jatuh?

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here