Eksegese Hidup Orang Pedalaman: Orang Keduniawian Kerjanya Cerdik, Licin, Licik, dan Picik

0
442 views
Ilustrasi: Licik. (Ist)

Luk 16:1-8

Baru-baru ini, publik digegerkan karena ada akun yang memviralkan rencana anggaran belanja DKI Jakarta tahun 2020 ke medsos. Di situ, dimunculkan soal pengadaan lem. Kalau tidak salah, angka anggaran untuk pengadaan lem yang muncul k epublik adalah Rp. 80 miliar.

Ini baru pengadaan lem. Belum pengadaan yang lain.

Tanggapan publik dan pembelaan dari dalam ‘Pemda’ DKI mengenai hal itupun menimbulkan polemik sana-sini.

Untuk publik penilaiannya jelas bahwa anggaran yang tidak wajar dan tidak transparan ke publik berarti ada upaya kongkalikong politik anggaran di dalam sana. Melihat mosi tidak percaya dari publik, dari dalam muncul pembelaan.

Katanya, “ada kesalahan pada anak buah yang salah menginput data, dan kesalahan sistem dan kesalahan teknologi”.

Boleh dong kita bertanya? Betulkah anak buah, sistem dan teknologi yang salah? Bukankah anak buah ini bekerja berdasarkan perintah atasan? Atau jangan-jangan mereka budeg mendengar perintah atasan?

Bukankah sistem dan teknologi itu, manusia yang mengatur? Entahlah…..Toh dari dulu sampai saat ini, warna dasar politik kita adalah “semua kepentingan politik entah bagi kursi dan korupsi bisa diatur di belakang panggung”.

Dan semua perdebatan kusir di depan publik hanya untuk mengelabui mata publik.

Lagian, menjadi anak buah itu, memang serba salah. Kalau kerjanya bagus, yang dipuji dan yang mendapat penghargaan adalah atasannya. Sedangkan, kalau hasil kerjanya salah, maka yang disalahkan itu adalah anak buahnya.

Atasannya, cuci tangan dan mulutnya mendadak “licin seperti mentega” (bdk Mzm 55:22) karena sibuk membela diri.

Amsal dan Yesus Putra Bin Sirakh berkata, “Lidah dusta membenci korbannya, dan mulut licin mendatangkan kehancuran”(Ams 26:28) dan “Jalan orang berdosa licin tanpa batu, tetapi di ujungnya terletak tubir dunia orang mati” (Sir 21:10).

Mungkinkah pola kerja yang model ini yang sebut pola kerja cerdik sekaligus licik?

Kerja cerdik sekaligus licik seringkali diilustrasikan sebagai bentuk kerja ular, di bagian depan kelihatannya baik, tetapi di bagian belakangnya terselubung kejahatan. Dia akan menusuk kebaikkan dari belakang (bdk. Kej 3:1). Banyak sekali tipu muslihatnya (bdk. Sir 11:29). Hasilnya kepicikan dan berakhir dengan kehancuran.

Renungan: Apakah aku dalam setiap bekerja untuk umum selalu memprioritaskan kerja dengan sikap Kejujuran?

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here