Film “Mulan”, Pergulatan Perempuan Timur

0
819 views
Film "Mulan" produksi Walt Disney Pics (Indiewire)

SEMENJAK pandemi Covid-19, saya dan mungkin juga para pembaca sekalian, bermatiraga untuk tidak ke bioskop.

Sementara, saya menantikan banyak film unggulan yang dijanjikan sejak 2019 yang lalu. Namun saat ini patut kita turut prihatin karena dunia perfilman pun mengalami masa-masa yang sulit.

Hadiah Walt Disney Pic

Salah satu film yang saya nantikan adalah Mulan. Proses pembuatan film ini sudah saya dengar sejak 2019 akhir. Akhirnya, pekan ini saya dapat menontonnya karena salah seorang teman dari grup WA membagikan link untuk menonton online.

Cerita yang ditampilkan dalam film ini tak banyak berubah dari film versi kartun 1998. Selama dua jam, saya asyik menontonnya. Alurnya sederhana tetapi bagi saya tidak membosankan.

Saya tidak merasakan kecanggihan dalam penggambilan gambar seperti efek yang ditampilkan dalam the Lion King. Walau kesannya tidak heboh soal gambar dan tehniknya namun itu tetap asyik. Sejauh saya rasakan, film ini cukup menghibur dan dapat dinikmati.

Saya berterima kasih pada Walt Disney yang tetap memenuhi janjinya untuk menayangkan Mulan kendati terhambat dengan pandemi.

Remaja hebat

Diawali dengan masa kecil Fa Mulan yang dalam asuhan ayahnya mengembangkan beladiri dan daya chi. Bakat itu sebenarnya sudah membuat Mulan kecil memiliki kelebihan dari anak-anak sebayanya. T

etapi berhubung dalam kebudayaan di mana Mulan bertumbuh, beladiri dan chi itu diperuntukkan untuk lelaki, maka sang ayah mengingatkan dengan keras agar tidak menggunakan chi tersebut.

Saya melihat Mulan merupakan figur yang berani mengambil keputusan luhur untuk menyelamatkan keluarganya. Ketika kaisar meminta setiap keluarga menyerahan anak atau anggota lelaki untuk menjadi prajurit kekaisaran guna menghadapi serangan Bori Khan dan sekutunya, Mulan secara diam-diam menggantikan ayahnya yang cacat kakinya.

Mulan menyamar sebagai laki-laki dan bergabung dengan pasukan yang digembleng oleh komandan Tung. Di kamp itulah diceritakan perjuangan Mulan membungkus identitasnya dan perlahan-lahan kemampuan beladirinya berkembang pesat.

Hal yang menarik adalah proses bagaimana Mulan menyingkapkan identitasnya yang sesungguhnya adalah perempuan. Menariknya proses ini malah dibantu oleh penyihir Xian Lang, seorang penyihir, yang sesungguhnya berada di pihak Bori Khan.

Xian sebenarnya kala itu tengah dalam dilemma antara menegakkan eksistensinya atau menghamba pada kejahatan.

Menurut saya, pertemuan Mulan dengan Xian Lang merupakan pertemuan yang indah karena di sanalah para perempuan meneguhkan tentang eksistensi dan identitas mereka. Tanpa bicara kamu teman atau lawanku. Mereka bicara tentang hakikat kehadiran perempuan di dunia ini.

Perempuan secara bebas menetapkan pilihannya untuk menjadi apa dan bagaimana. Dari kacamata saya, proses ini benar-benar proses remaja yang menegaskan jati dirinya.

Dalam proses tersebut terjadi mutualisme di mana Mulan akhirnya dengan tegas menyingkap identitas dirinya. Ia adalah perempuan yang rela memperjuangkan tegaknya kerajaan dan berjayanya kaisaranya.

Lebih dari itu, ia memiliki semangat untuk meluhurkan keluarganya. Ia menemukan bahwa kepalsuan diri untuk menghamba budaya pria justru tidak mengembangkannya.

Demikian pula dengan si penyihir, kesadaran yang sudah lama tumbuh dalam dirinya akhirnya diafirmasi oleh Mulan.

Penyihir memilih untuk merdeka. Ia tidak mau menjual martabatnya dengan mengabdi kepada Bori Khan yang jelas-jelas hanya memanfaatkannya.

Maka film ini benar-benar mengangkat tema perjuangan perempuan di tengah himpitan dunia patriakal.

Pelajaran dari Mulan

Ada dua hal yang saya renungkan setelah menonton ini.

Pertama, di zaman ini, kehadiran Mulan semacam menyentil kesadaran kita tentang kebangkitan kaum perempuan. Dunia perempuan itu bukan sebatas warisan zaman dahulu di mana perempuan itu hidupnya untuk bersolek, menikah dan tunduk pada pria.

Mulan melepaskan diri dari dunia semacam itu dan memilih mengangkat pedang dan berkumpul dengan para pria. Alhasil para pria pun angkat topi kepadanya. Sebuah pelajaran yang apik tentang perjuangan perempuan tentang kesetaraan di zaman postmodern ini.

Kedua, ini tentang pencarian identitas. Terjun bebas di dunia kesetaraan perlu dilandasi dengan identitas diri yang kokoh. Mulan dan Xian Lang merupakan pribadi-pribadi yang berjuang menegaskan siapa diri mereka di tengah berharganya suatu citra diri.

Keduanya menemukan citra diri bukan pada pengakuan orang lain, tetapi pada pilihan diri untuk menjadi apa mereka ada.

Film Mulan cukup menginspirasi terlepas dari aneka komen yang berbau politis menyangkut film produksi Walt Disney Pictures ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here