SIANG itu, akhir December 2018, saya, Bu Juhari, Bu Melan baru saja keluar dari lobi di Bandara Ketapang. Membawa serta koper-koper cukup berat. Maklum, kami akan menempuh perjalanan sekitar dua pekan dan mungkin tidak sempat cuci baju.
Di bandara Ketapang, kami bertiga dijemput alm. Romo Erfan Pr
Dalam keadaan gerah dan agak bingung, tiba-tiba terdengar sapaan. “Selamat pagi Bu. Apakah Ibu-ibu yang datang dari Pekalongan? Saya diutus Monsinyur Pius Riana Prapdi untuk jemput ibu. Saya Frater Erfan,” sapanya ramanya.
Saat itu, almarhum Romo Agustinus Erfan Sanjaya Simamora Pr tengah menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Keuskupan Ketapang, Kalbar.
Di hadapan kami berdiri sosok orabg muda, ramah, ganteng, dan siap membantu kami para ibu lansia. Sosok tersebut adalah Frater Erfan Sanjaya Simamora. Sejak itu bersama rombongan Uskup Ketapang Mgr. Pius, kami bertujuh masuk ke belantara hutan Kalimantan Barat.
Turne dengan perahu klotok susuri aliran sungai menuju stasi-stasi pedalaman Keuskupan Ketapang
Dari Ketapang menuju Gereja St. Gabriel Paroki Sandai, Kabupaten Ketapang, Kalbar. Kunjungi stasi-stasi di wilayah pedalaman. Untuk bisa sampai ke wilayah udik ini, kami hanya bisa menyusuri sungai dengan perahu motor yang biasa disebut klotok.
Tiga klotok digunakan untuk memuat barang-barang dan penumpang.
Setiap hari dan berlangsung selama 11 hari, kami bertujuh datang mengunjungi 10 stasi pedalaman yang hanya bisa diakses dengan klotok. Cukup melelahkan karena paling tidak 4-5 jam tiap hari menyusur sungai.
Dokumentasi Romo Erfan
Tapi Frater Erfan selalu siap membantu dan mengabadikan semua kegiatan dan fenomena alam yang ditemui. Frater Erfan memang punya hobi memotret dan kamera DSLR miliknya selalu tergantung dipundak.
Selamat jalan Romo Erfan. Allah Bapa dan Para Kudus siap menyambutmu.
Pekalongan, 20 Mei 2024
ME Soesiati